###
Pelajaran Olahraga tengah berlangsung, hari ini materinya tentang renang. Dan kini semua murid kelas 11 IPS 2 tengah melakukan pemanasan agar tidak cidera saat berenang nanti. Ame si ratu senam memimpin pemanasan, melakukan setiap gerakan yang dapat merenggangkan otot.
"Baik anak-anak, hari ini kita akan praktek renang, seperti yang sudah kalian ketahui, jika nanti bukan hanya kelas kita saja yang akan menggunakan kolam renang ini, jadi Bapak harap kalian tidak membuang-buang waktu. Sekarang, mari kita mulai praktek sesuai urutan absen."
Pak Bowo mulai memanggil satu persatu murid untuk melakukan praktek renang, sedangkan disana, tepat 10 langkah dari tempat Pak Bowo berdiri, sekumpulan anak gadis tengah merumpi.
"Na, jawab gue, lo pacaran sama Jihoon?" Miya bertanya dengan nada serius.
"Iya, kenapa emang?"
"Ohemjijiji, jadi lo udah move on dari si kutu kupret Bensu?"
"Iya."
"Buset, cepet amat, tuh Key tiru si Aruna bisa langsung move on."
"Alah berisik lu kunyit tua,"
"Tapi Na, lo beneran udah move on?" Aruna terdiam, ia teringat dengan kejadian di uks kemarin. Jika bukan karena itu ia tak akan pacaran dengan Jihoon.
"Iya, dibilangin udah move on juga masih nanya aja."
"Lo gak pura-pura pacaran sama Jihoon kan? Bisa aja lo pura-pura pacaran sama dia buat panas-panasin si Ben."
"Ya enggak lah, gak etis banget pura-pura pacaran."
"Ya kan bisa jadi, lagian lo tuh gak mungkin mau sama Ji__"
"Heh kumpulan walang sangit, malah ngerumpi, cepet sini..!!" Ucapan Miya terpotong karena Pak Bowo yang tiba-tiba memanggil mereka, tapi kok manggilnya walang sangit ya.
Dengan lemas mereka berjalan ke arah Pak Bowo, "kalian gak denger kalau saya manggil-manggil kalian dari tadi?"
"Gak denger Pak, telinga kita ketutup aib." Balas Aruna asal.
"Loh kamu kok malah ngejawab."
"Kan Bapak nanya, makanya saya jawab."
"Hih kalau aja bukan anaknya Juned udah saya mutilasi kamu."
"__ sekarang giliran kalian yang praktek."
"Saya lagi mens Pak, jadi gak bisa renang." Ucap Dira, Pak Bowo lalu menatap Dira sejenak, lalu mengangguk.
"Siapa lagi yang mens?" Semua tangan reflek terangkat, Pak Bowo mendesah menahan amarah, susah emang ngadepin anak-anak kek mereka.
"Yaudah, jangan harap nilai kalian bakal keluar nanti. Jangan tanya sama saya kalau besok nama kalian hilang dari buku absensi milik saya."
Mereka saling tatap, lalu dengan santai membalas, "Oh yaudah Pak, kita juga bodo amat kok :)"
***
Ame menatap datar Ajun yang ada di depannya, saat ini mereka tengah berada di perpustakaan. Ajun meminta Ame untuk menemaninya membaca, dan kini Ame benar-benar bosan. Ia sibuk bermain dengan bolpoin milik Ajun.
"Lo gak baca?" Ame menatap Ajun lalu menggeleng, "Gak, gak ada buku yang keren."
"Oh.." hanya oh? Ah andai saja ada batu bata disampingnya, mungkin kini ia sudah melemparkan batu itu tepat ke kepala Ajun.
"Bisa gak sih lo jangan sibuk sama hal lain selain gue?" Entah setan apa yang merasuki Ame, namun gadis itu terlihat tengah menahan emosi sampai wajahnya memerah. Ajun menatap Ame bingung, kenapa Ame marah?
"Lo kenapa?"
"Argh, pliss deh Kak, gue udah sabar selama ini hadapi sifat gak peka lo. Gue bahkan udah nunggu Kakak nembak gue, nyatain cinta ke gue. Tapi gue rasa itu mustahil, Lo gak suka sama gue, lo cuma anggap gue teman semata." Gadis itu lalu beranjak pergi, Ajun yang sadar jika dirinya telah membuat Ame seperti itu segera mengejar gadis itu.
"Ame," Ajun menahan tangan Ame, pria itu lalu menarik Ame kepelukannya.
"Maafin gue, maaf udah buat lo nunggu, gue belum siap pacaran Me, lo tau itu. Gue janji, gue bakal usaha buat buka hati gue." Ajun melepas pelukannya dan menatap Ame lekat, "Hubungan itu gak cuma harus pacaran oke, kita saling percaya aja, kita jalani dulu, kalau kita jodoh, Tuhan gak bakal misahin kita. Gue janji bakal sayang sama lo, sebagai seorang pria bukan seorang Kakak." Detik itu juga, boleh Ame tersenyum. Ada rasa lega di hatinya walau rasa sakit lebih mendominasi. Ia mengangguk dan memeluk Ajun tanpa peduli dimana sekarang mereka berdiri.
Di depan ruangan Kepala sekolah :)
***
"Qi, ayo pulang sama gue." Qiana menatap Haruto cengo, nih ada mbok ya romantis dikit gitu kalau ngajak pulang bareng. Ngajak pulang bareng kok malah kayak nyulik.
"Gue ada janji sama Azwan, jadi gak bisa."
"Ngapain sama Azwan, mending sama gue."
"Ogah, udah sana jan deket-deket sama gue."
"Pokoknya lo pulang bareng gue, titik gak ada penolakan." Suara Haruto yang keras cukup membuat teman sekelasnya menoleh ke arahnya. Kini mereka serasa menonton drama india di dunia nyata :')
"Apaan, gak usah belagak jadi cowok wattpad ya lo. Gak cocok tau gak."
"Tau dari mana kalau gue gak cocok, lo harus tau, gini-gini wajah gue cocok jadi cast cerita wattpad."
"Bodo amat."
"Oke, lo pulang sama gue. Lagian ngapain sih sama Azwan, orang ganti celana aja masih digantiin Maknya, mau sok-sokan ngajak cewek pulang."
"Heh sadar diri, situ juga tiap malam masih suka minum susu bebelac ya. Gak usah ngata-ngatain orang."
"Sape yang minum susu bebelac elah, orang gue minum susu milo."
Teman sekelasnya sungguh tak percaya jika ternyata Haruto masih minum susu. Susu Milo lagi, yang tumbuh tuh ke atas bukan kesamping.
"Pantes badan setinggi tiang, tiap malam nyemil susu milo."
"Orang pendek diem, gak usah comment."
###
Skrng up nya pendek-pendek oke, idenya lgi irit. Otakku hampir meluap-luap dan melepuh sangking panasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉