###
Hari spesial menurut kalian itu hari apa sih?
Hari saat doi nembak kamu? Atau hari saat pertama kali kamu kenal doi? Atau justru hari pertama kencan dengan doi? Atau malah hari putus dari doi?
Bagi Qiana, hari spesial baginya adalah hari dimana ia menyanyikan lagu ulang tahun bersama orang-orang terkasih. Dan malam inilah waktunya Qiana bernyanyi lagu ulang tahun untuknya sendiri. Dimalam gelap dan sunyi, seperti orang yang tengah bersemedi didalam gua, itulah Qiana saat ini. Duduk bersila dilantai, mulai merapalkan doa untuk dirinya dan orang disekitarnya. Berharap ada seseorang yang mau menemani sweet seventeennya. Tapi inilah adanya, selalu sendiri setiap umurnya bertambah.
Tak..
Qiana terkejut saat suara lemparan batu terdengar dari arah pintu balkon kamarnya. Dengan takut-takut, Qiana menuju balkon, perlahan ia buka gorden dan mengintip kearah luar. Hanya kegelapan yang ia lihat, tak ada apapun yang cocok untuk dilihat. Hem malam sabtu yang kelabu.
Lemparan batu kembali terdengar saat ia akan menutup gorden. Dengan perasaan campur aduk, Qiana membuka pintu balkon, ia lalu melangkah pelan dan melihat sekeliling rumahnya yang nampak sepi.
"Sutt.."
Qiana menundukkan kepalanya, melihat kebawah balkon kamarnya yang kini terdapat beberapa orang yang tengah melihat kearahnya. Kue berbentuk huruf Q terlihat jelas dibawah sana, "Kalian ngapain?"
"Happy birthday to you bocil.." mau kesel tapi mereka udah sweet, kadang Qiana pengen banget nampol tuh wajah Aruna. Suka banget manggil Qiana bocil :(
"Bentar, tunggu gue oke.." Qiana lalu segera turun dan menuju halaman rumahnya. Bibirnya seketika mewek saat melihat lilin berbentuk angka 17 itu menyala begitu terang.
"Ah gue pengen nangis masak."
"Gak usah drama, cepet tiup lilinnya, gue gak sabar makan nih kue." Ucap Somi sarkas. Qiana melayangkan tatapan sengit ke arah Somi, setelah make a wish, lilin itu padam seketika.
"Potongan pertama gue simpen aja deh, kalian potong sendiri aja ya." Semua mata menatapnya tajam, masih bagus para sahabatnya inget sama ultahnya, eh malah si kutu kupret kelakukannya kayak Iron Man.
"Gue jauh-jauh kesini cuma mau ngasih nih kue ke lo, tapi lo gak ada baik-baiknya gitu sama kita? Jahat lo Qi.."
"Ya terus gue harus gimana?"
"Ya dipotongin dong kuenya buat kita." Kadang ngegas ke Qiana itu perlu.
"Oh oke gue potongin."
Mereka lalu duduk di kursi halaman rumah Qiana, karena hanya ada satu kursi, Aruna dan Somi memilih duduk di ayunan.
"Gue kira kalian lupa." Ucap Qiana tiba-tiba.
"Gue lupa sebenarnya Qi, yang inget malah si Dira." Balas Ame.
"Aduh kakak ipar sweet banget, jadi tambah sayang.." dengan manja, Qiana memeluk Dira dari samping. Dan Dira dengan tidak berperikemanusiaannya mendorong tubuh Qiana, "Gak usah peluk-peluk ya, jijik gue."
"Jangan gitu dong sama adik ipar, jahad banget."
"Wajah lo pengen gue tampol."
"Qiana, kasih tau kita dong apa harapan lo di umur lo yang udah bisa buat ktp." Seru Aruna yang tengah bermain ayunan, malam-malam main ayunan udah kayak Mbak Hihihi aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉