"Aahh, pelan-pelan Qi..""Ini udah pelan loh."
Qiana dengan telaten mengobati luka Haruto, pelan penuh kasih sayang.
"Ngapain sih pulang jam segitu?"
"Yakan gue latihan dance."
"Kenapa gak pulang lebih awal?"
"Tadi gue mesti latihan sendiri lagi, soalnya belum lancar."
"Gue gak mau tau, jangan pulang jam segitu lagi, untung tadi ada gue, coba kalau gak."
"Ya kalau gak, mungkin gue bakal diculik terus di ambil organ tubuh gue habis itu dimutilasi dibuang, dan gak ada yang nemuin gue. Kan gak lucu kalau Qiana anak Sultan tiba-tiba hilang tanpa jejak."
"Bodo amat Qi, untung sayang."
"Ha? Apa? Coba ulang!"
"Gak ada."
"Ah Hartono, tambah sayang deh. Janji deh mulai sekarang gak bakal pulang sore lagi."
"Bisa gak, gak usah ngebucin gitu? Geli gue."
Ekspresi Qiana berubah datar, "Yaudah, obatin nih sendiri."
"Gitu doang ngambek, dasar cewek."
"Pulang sana!"
"Ini luka gara-gara nolongin lo ya. Tega lo ngusir gue?"
"Ishh lo mah ngeselin, sekali-kali romantis kek ke gue."
"Gue tiap hari perasaan udah romantis."
"Masak? Romantisnya kayak gimana?"
"Mau tau?"
"Hm.."
"Kayak gini.." Haruto mendekatkan wajahnya pada wajah Qiana, pelan tapi pasti. Semakin dekat dan dekat...
Dan...
"Ekhm!"
Plakk..
"Yaampun nyamuknya gede banget.."
Disaat Haruto meringis kesakitan, Qiana malah tersenyum kesetanan.
Dan Ben, menatap mereka datar.
***
Seorang gadis menuju pintu utama kala mendengar suara bel rumahnya berbunyi.
Ia membuka pintu dan tak melihat seorang pun disana, namun ia melihat satu kotak yang tak terlalu besar ada didepannya. Key lalu mengambil kotak itu dan membawanya kedalam rumah.
"Dari siapa ya?" Key melihat kertas yang bertuliskan 'To : Keyvana' diatas kotak tersebut.
Tanpa menaruh rasa curiga, Key membuka kotak tersebut.
"Aaaaa.." Key menutup mulutnya saat melihat apa yang terdapat didalam kotak.
"Ada apa Key?" Mama Key datang, memeluk putrinya yang tiba-tiba menangis ketakutan.
"Itu Ma.."
Mama Key mendekat untuk melihat apa isi kotak itu, sontak ia pun menutup mulutnya menahan pekikan.
"Itu dari siapa Key?"
"Key gak tau Ma.."
"Ada apa Ma?" Papa Key yang mendengar suara teriakan pun berlari dari taman belakang. Dan melihat Key yang dipeluk oleh istrinya.
Mama Key melirik kearah kotak itu, tanpa aba-aba Papa Key pun melihat apa isi kotak tersebut.
"Astaga, apa-apaan ini?"
"Dari siapa ini Ma?"
"Mama gak tau Pa, Key yang dapet."
"Key kamu tau siapa yang ngasih ini?"
"Key gak tau Pa, tadi waktu Key buka pintu cuma ada kotak itu. Gak ada orang."
"Papa mending buang kotak itu sekarang." Ucap Mama Key.
Papa Key mengangguk, ia lalu menutup kotak itu dan segera membuangnya.
-
-
-"Gue kemarin di kejar X man."
"Hah? X man apaan?"
Qiana menarik rambutnya kesal, "jadi kemarin, ada cowok yang ngejar gue waktu gue pulang dari latihan dance."
"Siapa?"
"Ya itu gue gak tau, makanya gue sebut dia X Man."
"Kemarin gue juga diteror." Mereka lalu beralih menatap Key.
"Diteror?"
"Iya, kucing.." Key berhenti sejenak, "Kucingnya dimutilasi."
"Gue gak paham tolong."
"Kucingnya kepalanya putus, kaki sama tangannya pisah." Geram Key.
"Dimana-mana, kaki sama tangan emang pisah Key." Sahut Aruna.
"Ihh maksud gue, pisah dari badannya. Dipotong-potong terus ditaruh didalam kotak, dikasih ke gue. Itu apa namanya kalau gak diteror?"
"Dikirim rejeki." Celetuk Miya.
"Aaahhh, gue takut anjir, gimana kalau nanti gue diteror lagi?"
"Apa jangan-jangan Sella?" Tebak Ame yang sedari tadi diam.
"Sella? Kenapa lo langsung gamblang bilang kalau itu Sella?" Tanya Key.
"Kemarin, dia lihat lo kayak nusuk gitu, kayak ada dendam."
"Gak usah ngaco Me, gue sama dia gak pernah ada urusan."
"Mungkin sama Cio." seru Aruna.
"Kalian jangan ngada-ngada plis."
"Logikanya gini Key, kalau dia gak ada masalah sama lo, itu bisa jadi dia ada masalah sama orang terdekat lo__" Miya menarik nafas terlebih dahulu sebelum melanjutkan ucapannya, "Kalaupun kita, dia pasti udah layangin ke kita tanpa lewat lo, dan selain kita ada Cio yang merupakan pacar lo, kalau gue tebak.. Sella suka sama Cio."
"Lagak lo kayak Detektif." Sinis Somi yang sibuk memelintir rambutnya.
"Ck, ya bukan gimana-gimana.. kalian pasti curiga sama Nabila, Sella sama Acha.. iya kan? Kalau Nabila ngejar Uncuk, Acha ngejar Arthur, so? Sella, gak mungkin Ajun karena kalau Ajun udah pasti Ame kalau gak Aruna yang kena__"
"Kenapa gue?" Potong Ame cepat.
"Dengerin dulu Ame.."
"Hm lanjut."
"Kalau Haruto, udah pasti Qiana yang kena. Dan gak mungkin juga dia suka sama Lucas."
"Gue gak ngerti gue gak paham." Aruna mengangkat kedua tangannya menyerah, ia tak paham dengan semua teka-teki ini.
"Gimana kalau ada pihak ke empat? Ada orang lain selain tiga cabe itu?" Sahut Ame.
"Maksud lo?"
"Qiana juga kena, X man yang Qiana maksud mungkin ada hubungannya sama tiga cabe itu." Jelas Ame.
"Gue takut ada musuh dalam selimut." Ucap Key.
"Kalung itu.." Qiana menunjuk ke arah Yozi yang tertawa dengan para temannya, "Gue kenal kalung itu."
"Kalung yang di pakai Yozi?"
"Itu kalung yang sama kayak yang di pake X Man."
Mendengar itu Aruna tertawa, "Maksud lo Yozi X Man?"
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉