###
"Ame..."
"Iya Ma.."
"Ada yang nungguin kamu dibawah."
"Siapa?"
"Ada, cowok."
"Cowok?" Dengan cepat Ame keluar dari kamar dan berlari menuju ruang tamu. Ame menatap punggung seseorang yang kini duduk di sofa, perlahan Ame mendekat.
"Kakak ngapain kesini?" Jihoon tersenyum, "Mampir, sekalian mau ngajak lo jalan." Baik, ada yang bergemuruh didalam sana.
"Jalan? Kemana?"
"Ya jalan kemana aja, terserah nanti motornya mau kemana."
"Yaudah, gue mau ganti baju dulu."
"Pake itu juga gak papa kali Me."
Ame melihat setelan bajunya yang terkesan santai, celana pendek diatas lutut dan juga baju kebesaran. "Yaudah deh ayo.."
Kendaraan roda dua itu terus berjalan mengitari kota malam dengan lampu-lampu disekeliling jalan yang bersinar indah. Dua manusia sibuk bercanda ria tanpa peduli ada hati yang mungkin akan terluka jika pemandangan itu sampai terlihat oleh netranya.
"Gue laper, beli makan dulu ya." Ame mengangguk sebagai jawaban, mereka lalu berjalan menuju caffe.
Cukup canggung sekarang, berbeda dengan tadi saat masih berada diatas motor. Hening pun tak segera pergi, masih setia mengitari mereka yang nampak membisu.
Sampai pesanan datang pun mereka masih setia sibuk dengan dunianya sendiri, memakan makanan dengan suara dentingan piring dan sendok yang saling beradu.
"Besok berangkat sama siapa?" Akhirnya Jihoon membuka suara.
"Emm biasa sih paling bareng Dira sama Aruna, kalau gak gitu sama Papa." Sejenak Ame terdiam, ada yang mengganjal dihatinya. Tapi apa, ada rasa bersalah namun entah pada siapa.
"Oohh.. mau bareng gue gak?"
👁👄👁
***
Kamu nonton TV atau TV yang nonton kamu???
Itulah yang Dira lakukan sekarang, TV menyala menampilkan tayangan artis-artis giveaway, namun yang Dira fokuskan bukanlah tayangan itu, tetapi ponsel ditangannya.
"Gue bosen sumpah.." dengan kesal Dira melempar remot TV sampai tergeletak tak berdaya di lantai. Sebuah pesan tiba-tiba masuk dan mengalihkan perhatiannya.
This 🐷
Siap-siap gue jemput.What?!
Demi apa?!
Uncuk mau jemput Dira..?
"Ini beneran? Kenapa dia tiba-tiba kayak gitu? Ah udahlah, yang penting Uncuk mulai peduli sama gue."
Beberapa pasang mata melihat kearah dua remaja yang kini berjalan berdampingan, bukan-bukan, bukan karena Keromantisan mereka, tapi karena si cewek yang berjalan dengan kaki terseok-seok, iyakan kakinya doi lagi sakit.
Dira berjalan dengan lengannya yang memegang erat lengan Uncuk, mereka saat ini tengah berada di pasar malam dekat rumah Dira. Gadis itu tak tau apa yang terjadi pada Uncuk kenapa tiba-tiba mengajaknya pergi ke pasar malam. Tapi tak dapat dipungkiri hatinya bahagia luar biasa, Uncuk yang cuek padanya pun akhirnya dapat luluh juga.
"Lo ngapain ngajak gue kesini?"
"Gue tau lo bosen." Ah iya, Dira bosen tadi. Uncuk lalu membantu Dira untuk duduk dikursi yang menghadap ke salah satu tenda tempat orang berjualan makanan.
"Bentar tunggu sini, gue mau beli sesuatu." Uncuk melangkah pergi meninggalkan Dira, tak lama hanya sepuluh menitan, pria itu sudah datang kembali dengan satu permen kapas serta jus alpukat kesukaan Dira.
"Kok cuma satu?"
"Hemat." Ingin tertawa, tapi takut Uncuk berubah pikiran. Alhasil ia hanya menerima permen kapas yang tadi Uncuk sodorkan padanya. Percayalah, Dira tak pernah setenang ini. Biasanya kan dia bar-bar.
Ia dengan sok kalemnya mulai memakan permen kapas berwarna pink itu, dengan mata yang sibuk menatap sekitar. Uncuk sedari tadi menatap Dira dari samping, mencoba menyelusuri setiap inci wajah gadis itu dengan matanya.
Dira yang sadar jika ditatap seperti itupun hanya bisa menahan senyum dan mencoba mencari objek untuk dilihat. "Kenapa lo suka sama gue?"
"Ha?" Ye sianying pura-pura polos lagi.
"Kenapa lo suka sama gue?"
"Gak tau, gue gak ada alasan buat suka sama lo. Sama kayak benci orang, gue juga gak ada alasan kalau suka sama orang."
"Lo benci orang tanpa alasan?"
"Hem, gue tipe orang yang kalau sekali lihat langsung suka, ya berarti selamanya gue bakal suka, begitupun benci, gue bisa benci kok sama orang baik. Semisal, gue benci sama Nabila yang kebanyakan orang nilai dia baik."
"Kenapa lo benci sama Nabila?"
"Kan gue udah bilang, gue gak ada alasan untuk itu."
"Apa karena dia mantan gue?"
"Apaan? Pliss deh gue bukan jablay diluaran sana yang benci sama mantan dari pacarnya. Ya gue gak suka aja sama Nabila, gue juga gak suka sama Acha si cupu itu."
"Lo tau kalau hubungan kita salah?"
"Salah? Salah gimana? Gak ada larangan kok, baik di dalam agama dan dalam negara, jadi ngapain salah? Kita juga bukan sepupu kandung kan, Bokap lo sama Bokap gue beda Mama."
"Lo tau Ra, Mami gak mungkin restuin kita."
"Kenapa?"
"Gimana kalau Mami jodohin gue sama Nabila?"
###
Ada yg tau hukum nikah sama sepupu???
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanfictionJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉