Ame meremas jemarinya gugup, setelah cukup lama ia tak bicara dengan Ajun. Kini ia harus kembali dihadapkan dengan pria itu."Udah lama rasanya kita gak ada interaksi Me.." ucap Ajun tak lupa ditambah senyum tipis agar tetap manis.
"Iya.."
"Gue udah dengar semua dari Jihoon.. jangan salahin diri lo terus. Yang namanya dunia percintaan gak ada yang berjalan mulus, pasti bakal ada lika-liku nya. Kayak hubungan kita." Ame menatap Ajun yang tampak tulus menatapnya.
"Gue tau ini mungkin bisa dibilang terlambat, tapi masih ada waktu buat bilang sama lo. Gue suka sama lo Me.."
"Ha?" Entah, Ame ngebug sekarang.
Ajun gemas dengan ekspresi Ame sekarang, tolong Ajun agar tak bertindak lebih. "Tapi itu dulu.." baru diterbangkan, Ame kembali dijatuhkan.
"Dan sekarang kayaknya udah naik level, gue cinta sama lo."
Lagi-lagi Ame mengalami ngebug. Kebanyakan makan micin sih, ngebug kan.
"Kita perbaiki semuanya, kita mulai dari awal. Lo sama gue, dulu lo yang berjuang buat gue. Jadi sekarang biarin gue yang berjuang buat lo. Atau lo mau berjuang bareng-bareng?"
Sungguh, ia berharap Dewi Cinta singgah di otaknya sekarang agar ia bisa membalas ucapan Ajun yang terlewat manis ini.
"Ame.." Ajun meraih tangan Ame dan menggenggamnya, dan lihatlah, tangan mereka pun diciptakan dengan takaran yang pas untuk saling menggenggam.
"Ijinin gue bahagiain lo, kita mulai semuanya dari awal. Gue sama lo, kita berdua. Gue janji gak bakal buat lo sedih, kalau nanti lo sedih, lo bilang sama Lucas yang badannya segede hulk buat pukul gue. Dan ya, jangan samain gue sama buaya-buaya diluaran sana, gue emang buaya, tapi gue bukan sembarang buaya. Gue buaya amazon, yang gak sembarang orang bisa tangkap. Dan lo lah pemenangnya, lo bisa luluhin si buaya black caiman dari amazon." Biar Ame tertawa sekarang, kenapa Ajun bahasnya sampai buaya amazon? Ajun juga tak lupa untuk tertawa, tak sia-sia ia tadi malam belajar dialog tersebut dari sebuah film romantis thailand.
"Gimana? Lo mau kan?"
"Menurut lo gimana?"
"Mau kayaknya, mana ada yang bisa tolak ketampanan paripurna seorang Ajun."
"Dih pd."
"Kan emang gue ganteng, anaknya Bapak June ini. Ketampanan diatas rata-rata."
Ame hanya tersenyum malu, ia terlalu bahagia sampai tak tau harus berkata apa.
***
Berbeda dengan yang lain, dua manusia ini masih sibuk diam seolah tak ada yang ingin dikatakan. Padahal dalam hati dan otak sudah menumpuk kata-kata yang berantrian untuk keluar.
Jihoon melihat Aruna, berbeda dengan Aruna yang tengah mengupas jeruk. Ingin memanggil tapi lidah terasa kelu.
Aruna yang merasa ditatap pun menoleh, "apa?"
Akhirnya, Jihoon mendekat, duduk di kursi dekat ranjang Aruna.
"Maaf.."
"Buat apa?"
"Maaf udah buat lo sedih, udah buat hati lo sakit. Gue brengsek banget ya?"
"Ini apa lagi acara maaf-maafan? Kenapa semua orang pengen minta maaf?"
"Na serius."
"Iya-iya.. gimana?"
"Apanya?"
"Ngapain minta maaf kalau gak salah."
"Gue salah Na, gue egois sampai harus buat lo sama Ame hancur gara-gara gue. Gue sadar, gue lebih brengsek dari Ben."
"Kenapa bawa-bawa Ben?"
"Yakan cuma dia yang dulu lo kejar."
"Tapi kalau dipikir-pikir, kita sama loh Bang. Sama-sama korban perasaan.. haha.. lo dulu kan suka sama gue, tapi gue malah ngejar Bang Ben, terus Bang Ben malah udah sama Yola."
"Kenapa lo dulu nembak Ben padahal juga udah tau kalau bakal di tolak?"
"Gabut aja.. wkwkwk.."
"Gue dulu udah pasrah banget tau gak, kalau perasaan gue gak bakal lo bales gue bakal pergi ke luar negeri. Mau pergi yang jauh, gak mau lagi ketemu sama lo."
"Idih alay, gak usah sampai segitunya kali."
"Kadang cinta juga bisa buat lo alay Na."
"Sebenarnya udah dari lama gue pengen baikan gini sama lo, tapi gue ngerasa lo kayak jauhin gue. Jadi gue males deket-deket sama lo."
"Maaf, gue cuma gak mau jantung gue mendadak disko."
Aruna tertawa lagi, rasanya sungguh bahagia bisa kembali tertawa bersama Jihoon.
"Lo harus semangat, yakin kalau pasti lo bisa sembuh. Gue janji kalau lo sembuh nanti, gue bakal ajak lo ketemu sama cowok korea yang lo suka."
Mata Aruna membulat antusias, "Beneran? Sumpah?"
"Hm.."
"Emang lo tau cowok korea yang gue suka? Ada banyak loh.. ada 7 anak lebah, 12 diamond, 9 visual dari agensi SM, terus 23 bujang. Mampukah anda tuan?"
Jihoon melongo, "Itu satu komplek?"
"Emmm satu korea, eh bukan-bukan.. bukan dari korea aja, itu dari berbagai negara. Ada yang dari Chicago, ada yg dari Jepang, China, terus Kanada, ada yang dari Thailand juga.."
"Ahahahahaha.. banyak ya Bund.." Aruna dan Jihoon sama-sama tertawa, untung mereka sefrekuensi, bicara apapun tetap akan nyambung.
"Na.."
"Hm?"
"Saranghae.."
"Ha? Apa? Bilang apa tadi?"
"Saranghae.."
"Ahaha, belajar dari mana?"
"Dari oppa-oppamu.."
"Ihh gemes, peluk dulu sini.." Jihoon dengan semangat memeluk Aruna. Menghirup aroma yang membuatnya rindu dan ingin terus memeluk gadis itu.
"Te amo.."
"Lagi?"
"Aishiteru.."
"Terus?"
"Wo ai ni.."
"Hehem.."
"I Love you Aruna.."
"Hmm.."
"Balas apa?"
"Juga.."
Dan untuk kali ini, Author juga hanya bisa menikmati keuwuan mereka.
Sekian Terima Jaemin.
Lop yu.
Sorry guys, partnya ketukar, hrusnya Akhirnya dulu bru part apakah ending. Jdi part ini sblumnya aku hapus.
Sorry ya, kesalahan teknis :)
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Waiji
FanficJudul awal => Kampung Waiji Sekarang => High School Waiji Jngn lupa voment and follow 😉