Chapter 57 [Bersiap]

10.5K 1.9K 91
                                    

Selamat membaca ('∩。• ᵕ •。∩')
.
.
.
.

Pagi yang cerah akhirnya datang. MC kita masih tertidur dengan nyenyaknya sampai merasa ada sesuatu yang mengelus kepalanya.

Dengan perlahan dia mulai membuka matanya yang tertutup. Alangkah terkejutnya dia melihat seseorang berwajah sangat pucat dengan mata lelah sedang tersenyum menyeramkan padanya.

"He:)"

Alhasil karena Shena punya reflek lumayan bagus, matanya langsung menutup dan kakinya secara otomatis bergerak menendang orang itu tanpa Shena sadari.

"UHUK!"

Bukannya jatuh setelah ditendang oleh tendangan maut Shena, orang itu malah menghilang seketika.

Mata Shena mengerjap-ngerjap tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Apa itu tad--"

Duag!

Dari belakang, Sebuah tangan melayang dengan indahnya dan berakhir kembali di kepala Shena. Rupanya Teresa punya dendam kesumat ama MC kita.

"Ugh... Sakit. Kamu kenapa sih, Teresa?"

Teresa hanya tersenyum kecil sambil memegang perutnya yang kena tendangan tadi, dia lupa jika anak didepannya peraih sabuk hitam di masa lalu. Sekarang dia menyesal sudah mengganggunya.

"Nggak usah pake kaki juga^^"

Shena masih setia mengelus kepalanya yang makin benjol.

"Ya siapa yang nggak kaget bangun-bangun liat wajah kek gitu."

Tok tok tok

Suara pintu diketuk membuat Shena cepat-cepat bangun dari posisinya yang menunduk kedepan dan segera menjawab.

"Masuk."

Para pelayan perempuan masuk kedalam kamar dan Shena sudah tau apa yang akan mereka lakukan.

Memandikan lalu mendandaninya. Bayangin ajalah kalian kayak lagi dress up in boneka Barbie:(

Seperti biasa sudah ada beberapa gaun sepasang dengan aksesoris yang akan dipilih di atas meja, bedanya mungkin karena sekarang ada 2 tamu penting jadi entah kenapa gaun yang disiapkan oleh para pelayan lebih ramai dari biasanya.

'Astaga.., seharusnya aku pulang aja.'

Sama seperti saat pertama dia di rumah, semuanya berusaha mendandaninya yang terbaik.

Teresa hanya duduk diam sambil terkekeh melihat ekspresi tabah di wajah kawan baiknya itu.

Itu adalah pemandangan yang langka dimasa lalu, tapi entah kenapa sepertinya Teresa punya perasaan jika ekspresi tabah itu bisa jadi ekspresi sehari-hari Shena.

Mungkin karena seseorang atau beberapa orang.

'Wah, kalau begitu mah nggak boleh sampe kelewatan.'

...

Kita beralih ke Ruang kerja.

Pelayan yang bertugas di pagi hari, terutama yang biasanya di perintah untuk membantu anggota kerajaan bersiap-siap merasa canggung dan ragu untuk mengetuk pintu.

Jadi mereka hanya berdiri didepan pintu dan membahas siapa yang akan membangunkan ketiga orang didalam sana.

Brian, yang Indra pendengarannya lebih peka saat dia tidur, merasa terganggu dengan kebisingan kecil di depan pintu masuk yang masih tertutup.

Tak ada pilihan lain jadi dia akhirnya membuka matanya lebar-lebar.

Masih dalam posisi terlentang, dia penasaran dengan kedua orang lain dan memutar matanya.

I became a Villainess? in my brother's novel?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang