Chapter 16 [Cermin]

23.2K 3.9K 73
                                    

Selamat membaca~(。・ω・。)ノ♡
.
.
.
.

Kriett..

Pintu kamar ditutup dengan pelan oleh Marvos. Marvos pergi kembali ke pekerjaannya sebagai kepala pelayan mansion besar ini, jadi tentu saja banyak hal yg harus diurusnya. Berbeda dengan Marvos, James adalah ajudan yg dipilih secara langsung karena itu dia akan tetap berada didepan pintu berjaga sampai Duke keluar.

James hanya akan berdiri menunggu didepan pintu seperti penjaga. Sebenarnya dia ingin pergi saja tetapi karna tugasnya harus mendampingi atasannya jadi dia akan menunggu seperti orang tanpa kepastian. Menyedihkan.

...

Sherina dan Brian masuk bersama ke kamar tamu yg sekarang menjadi kamar Sherina dan faktanya adalah itu kamar sama yg digunakan Brian waktu kecil.

Mereka berjalan sampai tepat ke depan kasur. Sherina tak langsung berbaring diatas kasur yg empuk itu, dia malah menghadap ke arah Brian lalu menarik narik baju Brian sambil memperlihatkan tatapan tanya.

Brian bingung atas apa yg dilakukan Sherina. Dia kan tidak melakukan apa-apa. Sherina yg membaca raut wajah Brian membuka mulutnya.

"Kenapa disini dingin? Duke apa ini sihirmu?"

Brian makin mengerutkan keningnya. Dia tak merasa mengaktifkan sihirnya, sihirnya juga tidak bocor. Apa yg kau bicarakan?

"Tidak. Bukan aku. Lagipula apa elemenmu api? Kau sangat peka dengan hawa dingin" Brian menundukkan kepalanya menyamakan tinggi dengan Sherina. Sherina hanya kaget bagaimana Orang ini menebak elemen sihirku dengan hanya alasan itu?

"Lalu kenapa aku kedinginan?" Sherina memiringkan kepalanya sambil bertanya.

Brian ikut memiringkan kepalanya sambil berpikir. "Emm karna ini sudah malam?"

Sherina memasang wajah datar. Tiba² ekspresinya berubah saat hawanya makin mendingin. Ini bukan dingin biasa, leher bagian belakangnya lebih terasa dingin daripada bagian lain.

Angin berhembus sedikit kencang yg menyebabkan pintu balkon kamar itu terbuka dengan sendirinya. Mereka berdua tiba² dikagetkan dengan suara tangan orang merangkak dari kasur didepan mereka.

"Apa itu ulahmu?" Sherina bertanya saat dia merasakan firasat buruk.

"Aku didepanmu sekarang ini. Bagaimana bisa itu aku?" Jawab Brian dengan nada sewot tak terima dituduh.

Sherina makin merasa ada sesuatu dikamar ini. Tapi tak bisa menjelaskannya dengan kata². Dia segera memeluk dirinya sendiri sambil menundukkan kepalanya. Brian yg khawatir segera memegang kedua pundak Sherina.

"Ada apa denganmu? Apa kau ingin ku nyanyikan lagu? Atau kau ingin cemilan lagi? Jika tidak mungkin kau ingin ke toilet? Tenang saja aku akan mengijinkannya." Ucap Brian ngawur. Sherina yg tadinya sedikit merasa aneh sekarang langsung merasa kesal. Apa kau tidak bisa peka pada perempuan?!

Sherina mengangkat wajahnya ke arah Brian. "Kau ini terbuat dari apa sih? Pantas saja ka--" kalimat itu terhenti saat Sherina melihat sesuatu dipojokan yg berdiri dengan tegak dengan anggunnya.

"Nak! Apa kau benar² ingin ke toilet? Kau tidak boleh menahannya terlalu lama!" Brian masih mengoceh tentang kesehatan. Dia berhenti saat menyadari arah yg ditatap Sherina.

Ekspresi Sherina makin memburuk seakan dia sedang melihat hal yg seharusnya tak ingin dia lihat. Brian yg curiga langsung melihat kearah yg sama. Terlihatlah cermin besar yg digunakan oleh Sherina mengaca pagi ini.

Brian bingung kenapa Sherina memucat karna melihat cermin itu. Jelas tidak ada apa² disana. Brian kembali menatap wajah Sherina. Betapa kagetnya di saat melihat mata anak didepannya menyala dengan indah. Dan dimata merahnya terbentuk bunga mawar yg mekar.

I became a Villainess? in my brother's novel?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang