Chapter 74 [Bom.]

3.5K 779 243
                                    

Selamat membaca 💚
.
.
.
.

Keesokan harinya pun datang, seperti sebelumnya, Brian pagi-pagi datang ke istana setelah mengirim pesan ke Frenesia untuk meliburkan pelajaran hari ini.

Jika kemarin dengan alasan pengecekan barang-barang dari panti asuhan, kali ini dia mendapatkan surat lain dari Karsiel. Bukan surat ancaman, tapi tetap saja ini membuatnya terburu-buru.

[Brian, cepatlah datang. Aku mendapatkan jawaban dari Darien.]

Tepat saat Brian menuju ke gerbang dia melihat seseorang yang baru turun dari kereta. Itu adalah Allen.

Sialan. Anak ini cepat sekali.

Allen berjalan tanpa melihat ke Brian, Brian sendiri juga sama. Saat mereka bersebelahan,barulah Brian mengucapkan sesuatu.

"Sebaiknya kau jangan aneh-aneh."

Mendengar ancaman itu, Allen menyeringai dan membalas perkataan Brian.

"Semoga rapatmu berjalan lancar."

Keduanya berpisah dengan Allen yang masuk ke dalam Mansion sementara Brian masuk ke dalam kereta.

Keduanya memikirkan sesuatu secara kompak dalam situasi seperti ini.

'Ck. Aku tak menyukainya.'

...

Syalina menatap kamar Shena dengan sangat gugup. Dia menyembunyikan kehadirannya agar Shena tidak menyadari bahwa dirinya ada didalam kamar.

Shena sendiri sedang berdandan seperti biasa dengan para pelayan perempuan yang biasa mendandani nona muda Chevalier itu.

"Anda mau pita yang mana?"

Seorang pelayan mengarahkan kotak berisi banyak pita-pita beraneka warna. Syalina merasa kegugupannya memuncak saat melihat Shena yang sedari tadi diam tersenyum.

Kejadian kemarin benar-benar menghantui pikirannya.

"Dari mana kau tau nama asliku?"

Syalina membuka mulutnya dengan mata bergetar hebat. Ini.. dia merasa akan diterkam oleh sesuatu jika dia tak cepat menjawabnya.

Pertanyaannya bagaimana dia menjawab?

Bahwa Shena mengatakannya sendiri? Bahkan Shena sendiri malah menanyakan nama kakaknya, apakah dia melupakan eksistensi kakaknya??

"Aku.. A-Aku.."

Syalina mencoba untuk memberikan jawaban terlepas dari tatapan mematikan milik Shena.

Shena tersenyum kembali dengan sangat ramah seakan tak pernah menunjukkan ekspresi menakutkan tadi. Dia segera berdiri dan menepuk gaunnya membersihkan debu yang menempel karena dia duduk di tanah.

"Sampai jumpa~"

Itu kata-kata terakhirnya sebelum meninggalkan Syalina yang masih mematung di tempatnya duduk. Keringat masih mengalir didahinya.

"Benar-benar.. adik dan kakak sama-sama berbahaya."

Kembali ke sekarang, Syalina menelan ludahnya dengan susah payah saat mulut Shena terlihat terbuka akan menjawab.

"Yang merah saja."

Pelayan itu langsung mengambil pita merah dan meletakkan kotak pita tersebut. Tangannya dengan profesional mengambil helaian rambut hitam milik Shena dan mengikatnya dengan simpul yang tidak akan gampang lepas sebelum akhirnya mengangguk menandakan semuanya sudah selesai.

I became a Villainess? in my brother's novel?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang