Chapter 27 [Belajar!]

18.4K 3.2K 144
                                    

Selamat membaca(◕ᴗ◕✿)
.
.
.
.

Frenesia pulang dengan wajah senang dan santai. Entah sudah berapa jam berlalu saat menghabiskan waktu dengan murid barunya itu.

Dia pulang dengan wajah bahagia. Setidaknya harapannya terkabul.

Sampai di mansion keluarganya terlihat anak perempuannya dan suaminya menunggu diruang tamu. Terlihat dimeja sudah banyak camilan yg menghilang dari piring.

Mereka sudah menunggu kepulangannya sangat lama.

"..!! Istriku! Kau sudah pulang..bagaimana? Apa..lancar?" Marquess atau Groven Griselta bertanya dengan cemas setelah melihat istrinya baru muncul dari balik pintu utama.

Dia dan anak perempuannya terkejut saat menunggu kepulangan Frenesia yg ternyata bisa sangat lama. Apalagi pulang ke rumah dengan senyum senang.

Mencurigakan.

"Ibu..apa kau terluka?" Florin yg emang blak-blakan langsung to the point.

Frenesia menggeleng dengan lembut. "Sama sekali tidak. Lagipula tenyata Nona Shena sangat baik dan ramah. Aku jadi menikmati saat bicara dengannya^^"

Dia dengan jujur menceritakan kesan pertamanya tentang murid barunya yg sangat berbeda.

Frenesia menggambarkan Shena sebagai anak yg ANGGUN DAN PENURUT.

Dia nggak tau kalau sama orang yg dah Deket tingkah Shena bisa kek orang gila:v

Pastinya Frenesia pasti sadar akan fakta itu di masa depan tentunya.

Florin cemberut mendengar bagaimana dirinya dibandingkan dengan murid baru ibunya yg bahkan hanya anak adopsi tapi anggunnya melebihi dirinya.

Dia dalam hati mengingat baik-baik nama yg disebut oleh ibunya itu.

Sherina Chevalier.

Sementara itu, Frenesia juga menceritakan betapa kagumnya dia melihat penampilannya.

Rambut hitam legam yg langka dipadu mata merah seperti ruby. Benar-benar sangat mempesona. Frenesia sendiri merasa Shena sangat imut terutama saat melihatnya mengucapkan salam.

Sayang sekali kata-kata yg keluar dari mulutnya kaku dan baku. Walau begitu tetap bisa dengan mudah membuat dirinya nyaman dan membuka pikirannya.

Frenesia berharap bahwa anaknya bisa seperti Shena.

...

Keesokan harinya Shena seperti sudah jadwalnya sarapan bersama dengan Papanya.

Shena memandang wajah tampan Papanya yg sekarang terlihat sangat lelah. Hampir pingsan. Sumpah.

"Papa. Yg dimakan bukan cangkirnya. Tapi makanannya." Jelas Shena saat melihat Brian dengan mata tertutup menyangkutkan pisau yg digunakan untuk memotong daging disangkutkan pada pegangan cangkir lalu dia gigit-gigit sehingga cangkir itu hampir retak.

Para pelayan yg melihat sebenarnya ingin berkata hal yg sama dan terharu disaat yg bersamaan.

Akhirnya ada seseorang yg berani berkata langsung didepan Brian. Pasalnya dulu juga pernah terjadi seperti ini dan James yg mengingatkannya tapi langsung dilempar ke langit-langit oleh Brian. James pun tersangkut di lilin gantung tengah ruang makan itu.

Shena yg tak tau hanya berkata jujur seadanya.

Dia kasian pada cangkirnya yg tak salah apa-apa tapi kena imbasnya.

"Selesai...aku akan pergi..ke ruang kerja.. dulu" Brian langsung bangkit dari duduknya dan berjalan melewati Shena dengan langkah gontai. Padahal makanannya belum dihabiskan.

I became a Villainess? in my brother's novel?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang