Chapter 15 [Lelah]

24.9K 4K 56
                                    

Selamat membaca!:)
.
.
.
.
Sekarang Brian dan Sherina sedang berjalan berdampingan ke arah kamar Sherina. Mereka berdua berjalan dengan langkah lesu diikuti Marvos dan James tepat dibelakang.

Flashback beberapa menit yg lalu.

Sekarang 2 jam telah berlalu dan tepat matahari sepenuhnya terbenam dan digantikan sinar bulan yg bersinar. Sesuai yg direncanakan Sherina dan Brian menuju ke ruang makan untuk makan malam bersama.

Meja sudah disiapkan dengan rapi dan suasana di ruang makan dipenuhi dengan harapan para penonton agar berjalan dengan lancar untuk mempererat hubungan ayah-anak yg sekarang baru sampai tepat didepan pintu.

"Selamat datang tua--n dan no--nona" Sapa kepala koki yg sudah seperti biasanya bersiap dibelakang berbaris bersama pelayan lainnya. Sapaan koki terbata bata saat melihat mereka berdua memasang wajah lesu tak bertenaga seolah tak bernyawa.

"Engg...Halo..Tuan koki" Sherina membalas sapaan yg ditujukan untuknya dengan tak bersemangat sementara Brian hanya meng 'Hmm' sambil mengangguk. James yg mengikuti dari belakang Tuannya hanya menghela napas.

Kemudian Sherina dan Brian duduk di kursinya masing² dan makan dalam diam tanpa ada yg memulai percakapan. Para penonton merasa kecewa terutama Marvos yg merencanakan semuanya.

Ingin memecah keheningan tak berguna ini James bertanya dengan hati².

"Ekhem! Apa Tuan jadi menemani nona malam ini?" James langsung bertanya tepat sasaran. Sementara para pelayan yg tadi siang mendengar desas desus jika mereka berdua akan bersama di satu kamar sangat antusias mendengar jawaban langsung dari sang Tuan mereka.

"Hmm" Walaupun hanya 2 huruf yg keluar dari mulut Brian mereka bersorak dalam hati.

"Bagaimana jika langsung setelah ini?" Sherina bertanya tanpa menoleh pada orang yg diajak bicara.

Mereka kagum akan keberanian gadis kecil yg sedang mengunyah makanannya dengan lemas.

Duke tanpa butuh 5 detik langsung menjawab "Ya" dan mendapat senyuman dari semua yg melihat kecuali bagi Sherina sendiri. Dia tak menyangka Brian langsung menjawabnya.

"Lebih cepat lebih baik" Duke berkata dengan senyu--seringai di wajahnya.

"Ya ya lebih cepat lebih baik" Sherina mengulang kata² itu yg pertama kali dia dengar dari Marvos. Intinya mereka berdua menyindir Marvos secara halus. Yg disindir ngerasa dan mengeluarkan senyum simpul seolah berkata 'Oh gitu ya?'

Selesai makan mereka berencana langsung menuju ke kamar Sherina. Mereka berdua berdiri dari kursinya secara bersamaan dan berjalan menuju pintu. Sebelumnya seperti biasa Sherina mengucapkan terima kasih pada koki terlebih dahulu lalu melanjutkan langkah kaki kecilnya keluar pintu.

"Tuan. Bagaimana jika anda menggendong nona sampai ke kamar?" Marvos lagi² memberi ide gila.

'Apa kau tak melihat wajahku akibat ulahmu?' Brian berbatin sambil menatap datar sang pencetus ide. Lalu Brian mengalihkan pandangannya ke anak disampingnya.

"Tidak usah aku akan jalan sendiri." Sherina menolak dengan tegas dan mendapat paksaan lagi dari Marvos.

"Tidak papa anda tak perlu menolaknya. Nona kan masih kecil jadi wajar jika digendong kan?" Marvos memberi alasan yg terlihat masuk akal agar Sherina menurut di gendong oleh Brian.

Brian yg mendengar penyataan Marvos menghela napas berat. Sepertinya julukannya sebagai iblis perang tak berpengaruh pada Marvos yg keras kepala.

"Kondisinya bahkan lebih buruk dariku."

Sherina menjawab jujur dan diacungi jempol oleh Brian sendiri. Seperti mengatakan 'Itu baru anakku!'. James tersenyum menyadari bahwa Sherina ternyata peduli pada Tuannya yg terkenal akan hati batunya.

Marvos memasang wajah kecewa lalu berganti dengan senyum "Bagaimana jika kita lanjut berjalan?"

Flashback End!

Dan kembali kewaktu sekarang mereka berdua menghela napas lega secara bersamaan. Di lorong yg sepi ini hanya mereka ber empat.

"Kenapa kau ingin tidur sekarang? Matahari baru saja tenggelam." Brian ber basa basi memecah keheningan. Sherina yg merasa ditanya hanya menatap sebentar lalu kembali ke arah depan.

"Aku capek." Yah bukan hanya MC kita yg tapi ayahnya pun mengalami hal yg sama.

"Kan hanya didandani apa capeknya? Kau kan tinggal duduk diam bisa." Duke memikirkan bagaimana anak itu bisa lelah, tidak seperti dirinya yg sudah berkutat dengan puluhan berkas bercabang, anak itu hanya tinggal mandi dan duduk diam dikursi.

Sherina mendengus kesal pada ayah angkatnya ini yg sayangnya laki². Jika saja kau perempuan!

"Lebih baik kau rasakan sendiri. Daritadi para pelayan juga ribut soal pakaian dan perawatan."

"Perawatan? Perawatan kulit?" Duke terkaget untuk apa perawatan pada anak kecil yg bahkan belum ada 7 tahun ini.

"Bukan hanya itu. Aku merasa tubuhku kaku semua karna sedari tadi diseret kanan kiri. Para pelayan itu benar² memperlakukanku sebagai boneka 2 jam lamanya:(" Sherina menjelaskan panjang mengeluarkan semua yg ada di ubun²nya.

"Ya jika aku dituntut menyelesaikan berkas berpuluh-puluhan dan sayangnya juga bercabang menjadi beberapa kertas." Duke pun sama. Sementara orang yg dibelakangnya cuma diam.

"Siapa yg menyuruhmu soal itu?"

Sherina diam sebentar lalu membuka mulutnya sambil menunjuk ke belakangnya, tempat Marvos berdiri. "Tanya pada orang yg menyuruh mereka"

Duke menghadap belakang dan melihat Marvos yg tersenyum sarkastik langsung kembali menatap ke depan. "Nasib."

"Ya kita sangat mengenaskan. Lalu kenapa kau menjadikan Marvos kepala pelayan, jika kau tak ingin mengalami hal tadi?!" Sherina bertanya sedikit berteriak.

"Lebih baik menjadi kan Marvos kepala pelayan daripada ajudanku!" Ucap Duke tak ingin disalahkan.

"Seharusnya kau menjadikannya ajudan saja agar hanya kau yg tersiksa oleh Marvos!" Sherina tak ingin kalah juga.

"Bagaimana bisa aku ingin lebih tersiksa dari ini?!"

Terjadilah perdebatan panjang diantara mereka berdua. Orang yg dibelakang mereka berdua diam menonton. James menelan ludahnya dengan kasar. Kenapa kalian berbicara didepan orangnya?!

Beda lagi dengan Marvos yg masih memasang senyum di wajahnya. Sepertinya kalian lebih ingin tersiksa dari ini.

Sherina dan Duke tidak sadar karna pertengkaran mereka. Mereka baru sadar saat merasakan aura hitam dari belakang mereka atau lebih tepatnya Marvos.

Mereka berdua langsung berdehem lalu berjalan dengan cepat kearah kamar Sherina tak menghiraukan aura hitam Marvos. Walaupun didalam hatinya mereka berdua menyalahkan satu sama lain.

'Ini salahnya!' -Duke & Sherina
.
.
.
.
Tinggalkan jejak!:)

I became a Villainess? in my brother's novel?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang