Chapter 69 [Makin rumit.]

5.9K 1K 231
                                    

Selamat membaca!🗿✨

Oh juga, di akhir nanti kutambahin sedikit penjelasan oke?🙂
.
.
.
.

Makan bersama itu berakhir dengan lancar, Karsiel menarik Brian untuk memisahkannya dengan Shena, sementara anak-anak bermain sendiri seperti sebelumnya. Mereka memutuskan untuk belajar bersama di perpustakaan saja.

Tentu saja yang niat membaca buku hanyalah Allen saja. Florin dan Veren lagi-lagi bermain dan bercanda ria sementara Shena asik makan saja.

Allen menghela napas setiap melihat satu persatu buku jatuh dari rak yang disenggol oleh Veren atau Florin. Yang parahnya mungkin akan saling dilempar satu sama lain.

Allen tak mempermasalahkannya karena buku itu tak bisa rusak karena sudah dipasangi sihir. Dan soal membereskan, bisa diserahkan pada pelayan saja.

Dia mengalihkan pandangannya kearah Shena yang asik memasukkan kue coklat ke dalam mulutnya. Allen bertanya-tanya bagaimana bisa perut sekecil itu diisi secara terus menerus.

Yah, Allen tidak masalah soal itu, lagipula Shena lebih muda darinya, dan anak-anak suka makanan manis kan? Terutama anak perempuan.

Allen hanya tersenyum saat menyadari pipi Shena belepotan dan cepat-cepat memberi Shena sapu tangan yang dengan canggung Shena ambil sambil berterima kasih.

Shena terlihat berhenti saat dia menatap kosong pada meja. Banyak tempat di piring menjadi kosong, dan itu sudah banyak dari biasa yang dia masukkan dalam mulutnya.

Dia malu, mengingat dia bersikap rakus seperti anak kecil aslinya. Itu sedikit melukai harga dirinya yang sudah orang dewasa didalam. Ugh, Shena baru mengingat efek samping tubuhnya yang tak sesuai dengan jiwanya.

Shena bisa mempertahankan memorinya dan otaknya untuk berpikir sejak dia menjadi bayi didunia ini. Sayangnya efek sampingnya adalah saat dia makan makanan terutama kesukaannya, Shena tidak akan berhenti.

Dia ingin, tubuhnya tidak.

Sepertinya itu alasan dia dimasa lalu tidak bisa menolak Marvos dan para pelayan saat memberinya coklat panas berpuluh-puluh.

Shena mengira itu hanya karena dia kelaparan, tapi sepertinya itu lebih dari sekedar kelaparan. Itu kerakusan. Shena mengatur kembali emosinya dan memilih untuk membaca buku saja menemani Allen.

Dan Allen hanya terkekeh karena dia melihat ekspresi Shena yang seolah dia malu, dia mengira Shena malu karena Shena biasanya bertindak dewasa dan kalem tidak sesuai umurnya, tapi anak kecil tetap anak kecil.

Anak normal pasti juga akan bertindak kekanak-kanakan. Eee.. apakah dirinya masuk daftar normal? Hmm..

Allen tidak ekspresif seperti ayahnya sebelum bertemu Shena, dia juga tidak ada niatan untuk membuat pikirannya mudah terbaca dari ekspresinya. Tapi melihat Shena bertingkah seperti ini..

Itu imut. Allen merasa terhibur.

Jadi Allen hanya diam menikmati melihat Shena. Kadang Shena benar-benar tidak menyadari ekspresi apa yang dia buat.

Allen pikir, Shena terlihat transparan(emosional) juga tidak seperti dia biasanya pada hal-hal kecil seperti ini.

Mereka berdua akhirnya kembali ke buku dan mulai membaca dengan tenang, menghiraukan tawa jahil Veren yang menggoda Florin untuk mengejarnya. Kedua pasang anak ini, bersenang-senang dengan cara yang berbeda

...

Di atap istana, ada seseorang yang sedang menyendiri sambil melihat ke arah langit. Dia memancarkan aura galau saat tangannya terentang dan rambut panjangnya yang bergerak-gerak mengikuti arah angin.

I became a Villainess? in my brother's novel?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang