Selamat membaca🗿
.
.
.
.Tak ada yang berani membuka mulutnya untuk menghilangkan suasana suram ini, pandangan mereka masih terpaku pada Brian dan Shena.
Terlihat jelas mata Allen menjadi kosong seperti tak hidup saat menatap Brian. Karsiel hanya menahan tangannya untuk tidak mematahkan pena yang baru dia ambil kembali.
Berbeda dengan mereka berdua, Erion masih tegang sementara Darien menutup mulut dengan tangannya saking terkejut mendengar perkataan kejam Brian.
Semua mata sekarang beralih ke gadis yang berhadapan dengan Brian.
Shena mencoba dengan keras untuk mengangkat kedua sudut mulutnya keatas, tapi terlihat sangat jelas matanya bergetar. Melihat respon seperti itu, tiba-tiba Karsiel punya tebakan kasar jika Shena pernah mengalami hal lebih buruk dari ini. Benarkah?
Brian masih tetap memandang dengan datar dan acuh ke arah Shena, seperti melihat hal yang mengganggu di pandangannya.
Erion hampir saja maju jika tidak langsung di tahan oleh tangan Allen. Dia berhenti setelah melihat mata biru kosong milik Allen.
"...ahaha.. begitu..."
Suara Shena bahkan tidak bergetar walau mengeluarkan tawa dan senyum paksa seperti itu. Brian yang melihat raut wajah putrinya malah mendecih.
"Cih! Merepotkan."
Satu lagi serangan dari mulut Brian membuat suasana semakin suram.
Shena hanya menghela napasnya lalu mencoba mencairkan suasana disana. Lagipula ini salahnya karena bertanya pertanyaan tak masuk akal seperti itu.
"Ah! Papa, kamu tau tid--"
"Berhenti tersenyum."
Darien menjatuhkan buku yang dia pegang dengan dramatis, tapi tidak ada yang memperhatikan itu.
Senyum dari wajah Shena luntur.
'Benar. Apa yang ku harapkan? Dia bukan kak Allen, jadi berhenti berharap. Segini saja sudah cukup.'
Memori masa lalunya kembali terngiang di kepalanya. Semua hal-hal menyenangkan dan indah adalah saat kakaknya ada sisi Shena.
'Bodohnya aku..'
Bahkan orang tua kandungnya dimasa lalu saja tidak pernah memujinya dan selalu mengekangnya untuk belajar dan belajar menjadi pewaris yang layak. Alicia, Shena dimasa lalu, dengan polosnya dia belajar giat tanpa menyadari bahwa pelajaran itu bukan untuk anak sekecil dirinya.
Dia haus pujian. Dia juga ingin disayang.
Alicia terus saja belajar tanpa mempedulikan kesehatannya.
Bukannya mendapatkan pujian, Alicia malah mendapatkan kritikan dan dibanding bandingkan dengan anak yang lebih tua darinya.
Hatinya hancur, semua harapannya musnah. Alicia lama kelamaan pun berhenti berharap dan hidup seperti orang tanpa semangat hidup. Dia menjadi lebih pendiam dan jarang tersenyum.
Sampai suatu hari..
"Halo, senang bertemu denganmu^^"
Ayah dan ibunya, kedua orang yang jarang sekali dia lihat. Pulang membawa seorang anak laki-laki yang lebih tua darinya.
Rambutnya berwarna pirang kecoklatan serasi dengan warna matanya. Yang lebih penting, anak itu tersenyum manis pada Alicia.
"Dia Allen. Mulai sekarang akan tinggal disini bersamamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I became a Villainess? in my brother's novel?!
FantasyKakak angkatku adalah penulis novel fantasi. satu novel yg sudah diterbitkan ada yg berjudul 'Lady with the light magic' yg bercerita tentang anak biasa yg tiba tiba menjadi seorang bangsawan saat terungkap siapa ayahnya. Dia adalah Protagonis wanit...