Chapter 81 [Sedih]

1.9K 403 59
                                    

Part kali ini sedikit emosional🙂🙏😢
Selamat membaca
.
.
.
.

William membawa keponakannya menuju ruang khusus yang sebelumnya sudah dia persiapkan dengan bantuan Cecil. Shena mengerutkan keningnya saat William memutar kenop dan memperlihatkan isi ruangan.

Putih.

Semuanya berwarna putih. Lantai, dinding, semuanya putih. Hanya ada satu kursi ditengahnya. Jika saja Shena tak melihat sebuah benda lain diatas kursi, pasti tak akan terlihat kalau ada kursi disana karena berwarna putih seakan akan menyampur dengan dinding dan lantai.

William menurunkan Shena dan menutup pintu yang juga berwarna putih. Setelah ditutup rapat, Shena tidak bisa melihat lagi kehadiran pintu tersebut karena sudah bercampur dengan lingkungan.

"Ini dimana?"

William tersenyum dan menepuk pucuk kepala Shena beberapa kali sebelum menunjuk kursi didepan mereka beserta.. buku..?

"Duduklah dikursi dan pegang bukunya dengan erat."

Shena bertanya-tanya kenapa dia harus melakukan itu, tapi akhirnya dia berjalan dan duduk diatas kursi sambil memeluk buku yang tampak seperti diari dengan kunci yang aneh.

Buku itu tiba-tiba mengeluarkan cahaya dibagian sampul saat Shena akan mengajukan pertanyaan pada William.

"E-eh??"

Seakan ada sesuatu yang keluar dari sampul dan masuk ke kedua matanya, Shena langsung melempar buku itu dan mengusap kedua matanya.

'Agh.. apa itu tadi?'

Shena membuka matanya setelah beberapa kali mengusap dan berkedip memastikan matanya tidak kenapa-kenapa. Betapa terkejutnya ia saat melihat satu bukan, dua orang yang sangat dikenalnya sedang melihatnya.

"Reene? Marie?"

Wanita berambut Cokelat, Reene,dan wanita berambut abu-abu, Marie. Dua orang yang akrab dan kenal baik dengan Shena karena keduanya adalah yang mengasuh, merawat dan membesarkan Shena layaknya anak mereka sendiri.

"Hai manisku."

"Halo Sherina."

Sapaan manis kedua wanita itu membuat Shena tersenyum bahagia.

"Kak Reene! Kak Marie! Astaga! Aku rindu banget sama kalian!" Shena sangat bersemangat bahkan bisa terlihat matanya berbinar-binar penuh kerinduan.

Kedua wanita itu mendekati Shena. Reene mengelus kepala Shena sementara Marie mengelus pipi imut Shena. Shena diam menikmati belaian keduanya yang sangat hangat dan nyaman.

"Aku beneran rindu kalian."

Hm?

'Cuma perasaanku atau tangan Marie tadi menegang?'

Saat Shena melihat ke wajah dua wanita itu cuma ada senyuman lembut seperti biasanya. Pasti tadi salah.

Dia tidak sadar kalau Marie dan Reene merasa tertusuk sesuatu di hatinya saat mendengar kan apa yang dikatakan olehnya. anak asuh mereka. Bahwa mereka... Juga merindukannya.

"Kami juga merindukanmu kok sayang."

"Hehehe~"

Shena merasa sangat senang.

"Jadi bagaimana di panti? Bagaimana dengan anak-anak lainnya? Apa mereka makan dengan baik? Mereka banyak bermain seperti biasanya kan?"

"..."

"Hmm.. aku rindu mereka. Rasanya baru kemarin aku pergi dari panti. Kalau tidak salah peraturannya anak yang sudah diadopsi tidak boleh berkunjung ke panti selama setahun sebagai masa percobaan kan? Ah! Saat sudah setahun nanti aku akan berkunjung! Bagaimana kak Marie? Kak Reene?"

I became a Villainess? in my brother's novel?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang