Chapter 73 [Isi diary.]

4.1K 921 558
                                    

Selamat membaca!🗿
.
.
.
.

Keesokan harinya datang dengan surat ancaman datang dari Karsiel.

Brian hanya bisa menghela napas panjang setelah mendapatkan firasat buruk kemarin dan benar saja itu terjadi hari ini.

[Kawan baikku, Brian Chevalier. Kita punya janji hari ini kan? Cepatlah datang br*ngs*k.]

Lihat saja bagian yang di tulis tebal, berapa kali Karsiel menebalkan kalimat itu? Intinya itu ditulis dengan penuh penghayatan. Brian menutup surat itu dan meletakkannya dibawah buku lain diatas meja kerja miliknya.

"James, aku akan ke istana."

"Baik, Tuan."

James segera membalas dengan cepat, kemudian dia membereskan tumpukan berkas yang hari ini akan di kerjakan olehnya. Kebiasaan, jika Brian sedang mengerjakan urusan lainnya, maka James akan mengerjakan pekerjaan Brian sebagai gantinya.

Brian langsung keluar setelah menatap sebelah James beberapa detik.

Setelah sepenuhnya keluar dan memeriksa kanan kiri, akhirnya Brian membuka mulutnya.

"Celine, katakan pada Shena aku pergi ke istana, ajak mainlah dia jika bosan." Pinta Brian pada Celine, yang tadi berdiri disebelah James dan mengikutinya keluar ruangan.

Syalina mengangguk, dia juga membaca surat tadi. Walau dia tidak tau soal apa ini, dia hanya harus menjalankan perintah yang diberikan oleh tuannya, yang adalah anak asuhnya sendiri. Brian.

"Hati-hati lah."

Brian pun lanjut berjalan sementara Celine langsung terbang menembus ke lantai atas dan masuk ke kamar yang dulu biasa dia masuki, bekas kamar Brian yang sekarang menjadi kamar Shena.

"Shena! Ayo bangun sayang!!"

...

Sekarang ini, Karsiel dan Brian sedang melakukan kontes menatap. Sudah sekitar 10 menit Brian datang ke ruang kerja Karsiel, tapi Karsiel tetap diam dan hanya menatap mata Brian.

"Dimana?"

Karsiel menunjuk ke dinding tempat pintu rahasia berada dengan lirikan matanya.

"Apa.. sudah kau cek semua?"

".. tidak, hah.. aku baru membaca satu buku dan itupun hanya satu halaman saja sudah membuatku sangat terkejut. Aku menunggumu untuk mengeceknya lagi." Ucap Karsiel sambil menyibakkan rambut depannya kebelakang.

Melihat rambut emas bersinar milik Karsiel, membuat Brian teringat pada Allen.

"Karsiel, kau tidak memberitahu siapa pun kan?"

Bisa bahaya jika ada orang luar yang tau soal ini apalagi ini bukan hal yang bisa disepelekan. Karsiel menggeleng kepalanya dengan cepat.

"Aku saja sudah merinding kemarin saat membaca buku usang itu, mana sempatlah aku memberitahu yang lain."

Keduanya berdiri dari sofa dan mendekat ke dinding.

"Brian, nanti kau yang baca bukunya saja ya. Nanti beritahu aku isinya." Karsiel mengatakan isi hatinya saat dia mengaktifkan pola sihir pintu.

Saat benang berwarna emas bergerak, Brian mengerutkan keningnya. Saat dia akan bertanya apa maksud Karsiel melimpahkan itu kepadanya, Karsiel sudah menyela.

"Kau akan tau nanti."

Itu kata-kata terakhirnya sebelum keduanya masuk kedalam ruang berkas.

...

I became a Villainess? in my brother's novel?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang