Selamat membaca!(◠‿・)-☆
.
.
.
.
Sherina POV.Setelah kejadian itu aku tertidur di perpus sampai sore. Kok bisa sih nggak ada yg bangunin buat makan? Tega banget ya.
Ada jendela diseberang jauh tempatku berada dan terlihat matahari mulai turun walau masih bersinar.
'Ini dah jam berapa sih?'
Aku terbangun di perpus dengan posisi yg sama saat pertama kali memejamkan mata. Kulihat sekitarku cuma ada buku² berserakan.
'Apa nggak ada yg bersihin?'
Buku² itu tampak tua tidak seperti yg sudah tersusun rapi dirak buku. Kualihkan pandangan memutar mencari rak yg kosong tapi hanya ada bagian kosong tempat aku mengambil buku yg kubuat bantal tadi. Lha terus bukunya ditaruh mana?
Aku berdiri dari tempatku dan langsung terjatuh seketika. Aku lupa kalau aku mempertahankan posisi duduk lebih dari 2 jam tadi. Jadinya encok!
"Aduhhh sakit.." keluhku sambil memegang punggung dan pinggangku.
Tok! Tok! Tok!
"Nona! Apa anda didalam? Ini sudah hampir malam!" Terdengar teriakan Marvos dari luar perpustakaan. Walaupun aku tak yakin yg kudengar adalah teriakan. Sepertinya dinding disini lumayan kedap suara.
Aku berdiri kembali dan memperbaiki gaunku yg tertekuk lama karna kupakai duduk dan berjalan kearah pintu yg sejak tadi digedor oleh Marvos.
Pintu pun terbuka. Tampaklah Marvos dan para pelayan perempuan berbaris dibelakangnya. Marvos menyungging senyum diwajahnya sambil berkata..
"Nona. Bukankah Anda harus bersiap untuk makan malam?"
Aku terbingung dengan kata²nya sebentar lalu aku tersadar kalau aku belum makan karna melewati makan siang tadi. Kuingat matahari masih bersinar mungkin butuh 2 jam sampai benar benar tenggelam.
"Eng..secepat ini? Bukannya kamu bilang makan malam?"
Marvos memperdalam senyumnya sambil menyentikkan jarinya. Tiba² para pelayan yg tadinya diam mulai bergerak mengelilingiku seakan ingin menangkapku.
"Apa anda pernah mendengar kata..'Lebih cepat maka Lebih baik'?. Jadi nikmati waktu anda"
Seusai berkata seperti itu Marvos berbalik dan pelayan yg memutariku secara bersamaan menangkapku saat mereka sadar aku ingin melarikan diri lalu menggendongku ke kamar. Ku hanya bisa teriak.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Aku merasa Dejavu saat ini. Selama 2 jam lagi kita akan berjumpa lagi kawan² babay ಥ‿ಥ.
Brian POV.
Setelah kembali dari perpus aku menghabiskan waktuku menyelesaikan banyak dokumen yg terus berdatangan dari istana. Dasar Raja menyebalkan! Kau kira aku apa?!
Kulihat jam yg sekarang menunjukkan pukul 4 tepat. Aku melihat kejendela yg masih terlihat sinar matahari menembus kaca tebal itu.
'Ngomong² dengan kaca. Aku penasaran apa yg dilakukan anak itu'
Kuingat ekspresi terakhir yg terpampang diwajah anak itu saat aku masuk kesini. Sepertinya moodku membaik karna dia. Aku benar² penasaran apa yg sedang dia lakukan.
"James."
Aku memanggil asisten sekaligus teman lamaku yg sedari tadi berdiri disampingku. Dia menatapku dengan tanda tanya.
"Iya Tuan?"
"Apa yg dilakukan anak itu?"
Wajah James membuat ekspresi bodoh seakan berbicara 'Mana aku tau kan sejak tadi aku disampingmu'. Aku mengutuk diriku sendiri atas pertanyaan bodoh yg keluar dari mulutku.
"Bagaimana jika tuan melihat nona sendiri?" James memberiku solusi setelah menghilangkan ekspresi bodohnya.
Aku mungkin saja ingin melakukannya tapi melihat situasi didepanku sekarang sepertinya tak mungkin. Aku hanya membuang napas kasar melihat masih ada satu tumpukan berkas diatas meja.
'Setidaknya aku akan menyelesaikan tugas untuk hari ini.'
Aku menggeleng tanpa menatap James dan kembali berkutat dengan dokumen itu.
"Tuan" James memanggilku dengan nada cemas.
"Apa?"
James menoleh ke kanan dan kekiri untuk memastikan sesuatu. Entah apa yg dia cari.
"Perasaan saya buruk. Sepertinya akan ada sesuatu yg terjadi"
Entah apa yg dikatakannya, James cepat² melepaskan kacamata yg kupinjamkan lalu memeluknya. Aku hanya bisa menatapnya bingung sampai--
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Suara anak itu menggema lagi.
'Itu anak nggak punya kerjaan selain teriak?'
Kulihat James menghela napas lega memastikan kacamat itu tak pecah atau tergores sedikit pun. Bagaimana denganku? Telingaku sakit karna teriakannya. Sepertinya efek suara ini bisa membunuh orang secara teratur.
Tiba² pintu terbuka dan nampaklah Marvos membawa nampan cemilan dan teh hitam kesukaanku. Dia tampaknya tak terganggu dengan suara tadi. Kok bisa sih?
"Ini teh dan cemilannya tuan." Marvos menaruh semua yg ada dinampak dimeja depanku. Seperti biasanya.
"Hei Marvos. Apa kau dengar suara teriakan nona Sherina tadi?" James tepat bertanya seperti apa yg kupikirkan. Marvos memasang senyum dalam yg bisa membuat kami merinding hebat. Dia membuka mulutnya..
"Oh itu Sekarang nona Sherina sedang didandani oleh para pelayan. Soal teriakan tadi saat nona memberontak" Kalimat itu keluar dari mulutnya dengan lancar tanpa jeda.
"Untuk apa?"
"Makan malam:)" Wajahnya yg tadi tersenyum berubah menjadi seringai dalam sedetik. Bulu ludukku berdiri membayangkan apa yg terjadi dengannya.
'Sepertinya aku salah memilih kepala pelayan. Tidak tidak tidak! Lebih baik Marvos menjadi kepala pelayan daripada jadi ajudanku' Aku merinding ngeri membayangkannya.
"Makan malam? Ini kan masih sore" Perkataan James membuyarkan lamunanku dan Marvos makin menyeringai.
"Apa anda tau kata 'Lebih Cepat Lebih Baik' ?" Jawab James seadanya dengan nada bercanda tapi suasana ini bukanlah candaan.
Marvos mengedarkan pandangannya ke mejaku yg masih penuh tumpukan berkas yg belum kubaca. Aku merasa bulu kudukku berdiri.
"Bukankah itu juga berlaku untuk anda tuan?"
Aku menelan ludahku kasar. Saat itu juga aku dipaksa menyelesaikan semua berkas untuk hari esok. James hanya diam tak berani membantuku jika sudah berhadapan dengan Marvos.
'Mau kepala pelayan atau ajudan rasanya sama aja tersiksanya'
Aku dituntut menyelesaikan semuanya tepat sampai jam makan malam.
'Siapapun tolong aku' - Sherina & Brian
.
.
.
.
Tinggalkan jejak!(。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
I became a Villainess? in my brother's novel?!
FantasiaKakak angkatku adalah penulis novel fantasi. satu novel yg sudah diterbitkan ada yg berjudul 'Lady with the light magic' yg bercerita tentang anak biasa yg tiba tiba menjadi seorang bangsawan saat terungkap siapa ayahnya. Dia adalah Protagonis wanit...