Selamat membaca!:)
.
.
.
.
Sherina beruntung karna kantor Duke tidak terlalu jauh dari ruang makan tadi, jadi Sherina bisa bernapas lega mengetahui dirinya tak sampai muntah.Saat membuka pintu besar itu tampaklah ruangan penuh berkas berkas diseluruh ruangan. Yah memang tugasnya sebagai seorang Duke terhormat dan setengah mengerjakan pekerjaan sahabatnya yg nggak tau diri itu.
Duke langsung menaruh Sherina di sofa dekat dengan meja kerjanya. Lalu mengancam Sherina.
"Diam disini. Atau perlu ku rantai agar kau tidak lari?" Duke berbicara dengan penuh ancaman, sayang sekali Sherina yg sekarang ini sedang tidak fit hanya bisa mengangguk ringan.
Duke hanya menghela napas lalu mengelus pelan pucuk kepala Sherina. Dia melihat kondisi anak itu yg benar² menyedihkan sekarang. Ada lingkaran hitam di sekitar matanya (karna nggak tidur), wajahnya yg menghijau (mau muntah). Mengenaskan.
Dia tak tau kalau itu semua karnanya. Dan James yg sekarang ada disebelah Duke juga menatap nanar nona mudanya, dia tak tau kalau itu karna perbuatan bos nggak ada akhlak disebelahnya
Sherina yg akhirnya tersadar dari lamunan saat Duke menjauhi tempatnya lalu duduk di kursinya dan berkutat dengan lembaran² takd--dokumen.
...
Sherina POV.
Kulihat Duke sedang duduk di kursinya dan didepannya banyak sekali kertas bertumpuk tumpuk membentuk gunung.
'Yah dia terlihat menyedihkan'
Tanpa sadar aku terus menatapnya dan dia balik menatapku!
Dia mendengus kesal..? Lalu kembali menatapku yg sekarang ini malah mengalihkan pandangan.
"Ada apa?"
Aku tak menjawabnya karna aku merasa dia sedang menatapku dengan tajam. Duke kembali bertanya.
"Kenapa kau berteriak tadi pagi?"
'Eh?'
Aku kembali menuju tatapannya dan kulihat dia menggaruk telinga dengan jari kelingkingnya.
"Untung saja telingaku masih utuh."
Dia mengatakan kata² itu sambil menyeringai. Dia mengejekku hah?!
'Apa suaraku sekencang itu?!'
Aku memasang wajah marah dan terlihat jika James hanya menghela napas panjang melihat tingkahku dan atasannya saat ini.
"Karena suaramu itu cangkir teh yg kupegang pecah. Dan kacamata yg digunakan James juga ikut pecah berkeping keping."
Duke menjawab dengan nada marah yg menandakan moodnya sedang jelek. Kualihkan pandanganku menatap James yg ada disebelah Duke. Dan dia mengangguk kawan kawan!!
'Seburuk itu?!'
Aku kembali menatap Duke yg sedang meminta penjelasan.
"Karna kau." Aku menjawab pelan kearahnya. Aku tak tau dia bahkan bisa mendengarnya.
"Apa maksudmu?"
Udara mendingin dan mata Duke yg tadinya berwarna ungu sekarang berwarna biru karna sihirnya.
James panik melihat atasannya hampir meledak. Sementara aku cuma balik menatapnya.
"Karna kau menakut-nakutiku tadi malam. Kau bilang dia akan menarik kakiku dari balik selimut!"
Suasana tak kusangka menjadi hening, terlihat mata Duke berkedip seolah tak connect dengan apa yg kukatakan sementara James memasang wajah bingung.
"Ah?"
"Ya karena kau. Itu juga salah mu. Apa kau mengirim seseorang untuk mengintai di jendela ku?"
"..! Apa maksudmu? Untuk apa aku melakukannya? Aku tidak peduli denganmu, dan kau sadar itu kan?"
Sekarang ini Duke menatapku bodoh atas apa yg kukatakan. Tapi aku benar! Tadi malam aku melihat ada sesuatu dibalik tirai! Yg ngeri itu aku bisa merasakan tatapan intens dari bayangan itu!
"Katakan dengan jujur!"
"Aku berkata jujur!"
"Tidak! Kau pasti bohong!"
"Hah....aku benar benar jujur kau tahu?"
Duke mengacak-acak rambutnya frustasi terhadap sinar keras kepalaku. Kenapa kau yg frustasi!?
James semakin panik melihatku dan atasannya yg bukannya makin akrab malah bertengkar. Apalagi dengan alasan yg tak diketahuinya.
"Baiklah! Jika itu bukan orangmu lalu siapa yg menatapku dengan intens dari saat kau pergi sampai pagi tadi?!."
Itu tak bohong. Aku merasakan hawa keberadaan itu tetap mengawasiku sampai aku selesai berganti baju dan keluar dari kamar, dan kulihat ekspresi pelayan nampaknya tidak ada yg menyadarinya.
Kuharap Duke segera mengaku tapi ternyata salah. Duke membeku terlihat seperti mengingat sesuatu yg sangat penting. Kenapa kau tidak menjawab?
"Hei~? Duke!"
Sesaat setelah aku berteriak, terlihat dia seperti kembali ke kenyataan. Dia menatapku dalam diam.
"Itu bukan orangku."
"Lalu?"
"Kau melihat bayangannya kah?."
Aku mengangguk cepat.
"Ingat siapa yg punya figur seperti itu."
Duke lalu diam kembali dan berkutat dengan dokumen mengabaikanku. Aku tidak peduli. Kenapa dia menyuruh ku mengidentifikasi figurnya?
Yg kuingat dia tinggi dan sepertinya dia punya rambut panjang yg digerai. Bajunya juga seperti memakai gaun, maksudnya sedikit lebar.
Akhirnya aku menyadarinya..
Fitur itu...
Figur yg sama dengan yg mengajakku berbicara di depan pohon beringin waktu itu...
Pengasuh Duke!
'Bagaimana aku baru menyadarinya?!'
Aku kehabisan kata-kata dan wajahku memucat. Duke hanya diam sambil tetap membaca dokumennya walaupun aku tak melihat bagaimana ekspresi diwajahnya. James malah semakin bingung terlihat dari ekspresinya.
Ekspresi James berkata 'BISAKAH SESEORANG MENJELASKAN SESUATU YG TIDAK AKU TAHU?!' James mengacak rambutnya frustasi.
Sepertinya rencana untuk membuat ayah dan anak itu akrab lebih sulit dari perkiraannya.
Duke yg daritadi diam sebenarnya bersyukur. Iya bersyukur ada yg merasakan apa yg pernah dialaminya waktu kecil. Duke tersenyum dari balik dokumennya.
..
.
.
Tinggalkan jejak!:)
KAMU SEDANG MEMBACA
I became a Villainess? in my brother's novel?!
FantasiaKakak angkatku adalah penulis novel fantasi. satu novel yg sudah diterbitkan ada yg berjudul 'Lady with the light magic' yg bercerita tentang anak biasa yg tiba tiba menjadi seorang bangsawan saat terungkap siapa ayahnya. Dia adalah Protagonis wanit...