Part ini aman kok. Nggak emosional sama sekali:/
Selamat membaca.
.
.
.
.Shena melihat ke arah orang yang sedang memeluknya dengan erat. Betapa terkejutnya saat dia menemukan kalau tebakannya benar. Papanya ada disini. Didepannya, sedang mengelus kepalanya dengan lembut.
"Papa..?"
"Ya sayang, aku disini. Aku disini. Aku nggak bakal ninggalin kamu sendirian." Brian terus mengelus kepala putrinya yang sedang bersedih.
"Ya manisku, putriku yang paling cantik. Papa disini sayang."
Brian menggendong Shena dan mendekapkan kepala putrinya di bahu, sementara Shena sendiri sudah memeluk erat lehernya seakan tidak mau melepaskan. Brian bisa merasakan kalau bahunya mulai basah karena air mata, tapi dia tidak mengeluh dan terus menepuk-nepuk punggung Shena.
"Tenang ya.. tenang.."
Shena masih tetap diam tidak menjawab, tapi Brian tau kalau Shena menggerakan kepalanya untuk mengangguk dan itu membuatnya tersenyum.
"Shena anak yang kuat kan? Jadi ayo jangan bersedih.."
Akibat tindakan Brian, Shena yang tadi mentalnya terombang-ambing mulai sedikit demi sedikit mendapatkan kendali atas emosinya. Brian tersenyum saat rambut putih kesedihan ini mulai kembali hitam--
Walau hanya ujungnya saja.
'... Sepertinya akan butuh banyak waktu untuk memulihkan kondisi mentalnya.'
Cecil sebelumnya memberitahukan soal kondisi mental yang berkaitan dengan perubahan warna rambut. Awalnya Brian kaget tapi saat mengingat kalau wanita itu juga bisa merubah warna rambutnya menjadi putih, ternyata itu beneran.
Brian khawatir pada putrinya.
"Papa nggak akan ninggalin kamu. Selamanya."
Shena mengangguk dan tanpa sadar matanya menjadi basah kembali.
"Papa.. papa beneran nggak akan ninggalin Shena kan? Papa janji?" Tanya Shena dengan penuh perasaan berharap kalau kali ini bukan hanya sekedar janji manis saja.
Semoga saja tidak.
Dia nggak mau. Dia nggak mau ditinggalin lagi untuk ke sekian kalinya. Shena mohon. Dia benci....ditinggalkan sendirian.
"Papa janji sayang."
'Aku berjanji dengan hidupku.' batinnya saat melihat mata penuh harap yang diarahkan padanya. Aku tidak akan pernah membiarkanmu sendirian sampai aku mati nanti.
Shena merasa dia menangis lagi. Benar-benar, dia tidak pernah cengeng sebelumnya, dan sekarang dia terus tenang lalu balik nangis, kemudian tenang lagi, cuma karena perkataan manis Brian.
Uuhhh
Sepertinya mentalnya sudah terpengaruhi oleh tubuhnya yang masih anak-anak.
"Janji ya.."
"Iya. Janji."
Shena kembali memeluk leher Papanya bedanya sekarang dengan lebih lembut. Dia merasa lebih tenang, tapi siapapun bisa mengatakan kalau pandangan mata Shena masih terlihat kosong seperti kehilangan semangat hidup.
Bagaimanapun, ada bagian di hatinya yang pecah berkeping-keping.
Shena.. terasa hampa.
Brian menyadarinya dan hanya bisa mengelus rambut putrinya dengan lembut. Dia tidak bisa mengobati hati seseorang yang sedang hancur, cuma waktu yang bisa. Sekarang yang bisa dia lakukan hanyalah menyemangati putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I became a Villainess? in my brother's novel?!
FantasiaKakak angkatku adalah penulis novel fantasi. satu novel yg sudah diterbitkan ada yg berjudul 'Lady with the light magic' yg bercerita tentang anak biasa yg tiba tiba menjadi seorang bangsawan saat terungkap siapa ayahnya. Dia adalah Protagonis wanit...