Sepulang sekolah, Kaltha mampir dulu ke rumah sakit untuk menjenguk Gathan. Tentu ia tidak sendiri. Dengan ditemani sepupunya yang super bawel, gadis itu berjalan di koridor rumah sakit dengan perasaan senang.
Entahlah, ia juga tak tau kenapa.
Ngomong-ngomong soal Miko, motor laki-laki itu kembali ditahan setelah diambil paksa saat mengetahui Gathan pingsan. Ia dimarahi habis-habisan tapi beruntung ada Kaltha yang membela. Jadi Ayah memaafkan dan tidak menambah masa penahanan.
Keduanya masuk ke dalam ruangan yang hening tak terdengar satu suara pun. Di sana ada Gathan yang duduk bersandar di brankarnya sembari menatap keluar jendela.
"Woi, ngapain lu?" ujar Miko sembari menepuk bahu Gathan.
Laki-laki itu tak terkejut, karena ia mendengar pintu ruangannya terbuka. Ia juga tau siapa yang datang dan sedang mati-matian menahan senyum.
"Nggak ada" jawab Gathan mengalihkan pandangan.
"Gimana keadaan kamu?" tanya Kaltha duduk di sebuah kursi yang tersedia.
Duh, Gathan mau menyublim aja deh. Nggak kuat denger Kaltha ngomong aku-kamu. Demage nya khan maen.
"Tadi pusing, tapi begitu kamu dateng langsung sembuh" jawabnya disertai senyum manis.
"Ew!" ini bukan Kaltha. Tapi Miko yang bergidik ngeri. Gila, ni temennya bucin juga.
Gathan hanya tertawa mendengar seruan Miko. Memang bagusnya Miko nunggu di luar aja deh. Karena telinganya pasti nggak bakal kuat dengar rayuan-rayuan receh dari bibir Gathan.
"Gue nunggu di luar aja, ya. Tapi lo jangan macem-macem! Teriak, Tha kalau dia aneh-aneh" sambung Miko kemudian berjalan keluar.
"Kaya Kalthanya mau aja gue aneh-anehin" balas Gathan.
"Gombalan lo aja udah aneh!!" teriak Miko dari luar.
Gathan lagi-lagi hanya tertawa mendengar teriakan temannya. Ia menatap Kaltha yang tak mengalihkan pandangannya dari Gathan. Membuat laki-laki itu sedikit salting.
"Kenapa, Tha? Aku ganteng ya? Kamu nyesalkan baru sadar sekarang?"
"Ihh, ge-er!" seru Kaltha merotasi bola matanya.
"Gapapa, yang penting aku seneng"
"Terserah deh"
Keduanya diam kembali. Membiarkan kecanggungan memenuhi ruangan. Ternyata perubahan panggilan membuat keduanya seperti berada di atmosfer yang berbeda. Kaltha jadi sedikit aneh karena menggunakan kata itu. Seperti ada desiran-desiran halus di tubuhnya. Gathan pun sama.
"Gimana sekolah?" tanya Gathan akhirnya.
"Gimana apanya?" heran gadis itu.
"Pasti nggak ada yang ngerecokin kamu waktu istirahat, kan? Nggak ada juga yang ngasih susu pisang kan?"
Kaltha tertawa mendengarnya. Iya sih, nggak ada yang mondar mandir di depan kelasnya. Nggak ada yang ujug-ujug dateng senyum sambil bawa susu pisang. Nggak ada yang nawarin 'pulang bareng yuk, Tha'. Duh, padahal baru beberapa hari Gathan nggak sekolah. Tapi ternyata rasanya sesepi itu.
Karena bicara susu pisang, ia teringat akan satu hal. Kaltha mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Dua kotak susu pisang yang tadi ia beli disekolah.
"Buat kamu" Kaltha menyodorkan susu itu pada Gathan.
Laki-laki itu nampak termangu sesaat sebelum akhirnya meraih susu itu.
"Buat aku?" tanya nya tak yakin. Gathan mimpi kali ya, dikasih susu pisang padahal biasanya dia yang ngasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fiksi Penggemar"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020