Bunyi telepon di atas meja membuat Kaltha buru-buru mengangkatnya.
"Ya, dengan Kaltha. Ada yang bisa dibantu?" buka si jelita yang masih fokus pada layar monitornya.
"Bisa keruangan Kak Navi sekarang?" Kaltha menghentikan jarinya yang menari di atas keyboard. Ia terdiam memikirkan apa lagi yang akan Kakaknya bicarakan? Atau ancaman apa lagi yang akan Navi berikan?
"Tentang resign nya Kak Leony? Kaltha masih pikirin, jawabannya belum ketemu," baru saja ia hendak menutup telepon itu, perkataan lain membuat Kaltha kembali menempelkan teleponnya ke telinganya.
"Ada yang mau ketemu. Orang spesial yang kamu kangenin itu," Kaltha terdiam. Orang spesial? Gathan?
"Ya udah, sebentar Kaltha ke sana," setelah itu, telepon di tutup. Gadis itu bangkit dari duduk dan berjalan keluar ruangan.
Seperti biasa, Elang sudah berdiri di depan pintu seakan tak mau mengganggu Navi dan tamunya. Lelaki berbadan besar itu mempersilahkan Kaltha masuk dengan tak lupa membukakan pintu.
Kaltha terdiam di tempatnya. Baru saja kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan sang Kakak, ia dibuat kehabisan kata-kata. Bukan pada Navi atau apa yang dilakukan Navi, tapi pada seorang pria yang berdiri dengan kemeja biru langit yang lengannya ia gulung sampai siku. Tersenyum manis seakan menyambut kedatangan Kaltha. Dan dua bola mata kelinci yang semakin indah saja dari waktu ke waktu.
Menyadari adiknya kehabisan kata-kata, Navi mendekat pada Kaltha.
"Ngapain diem aja? Samperin lah," ujarnya sedikit berbisik.
Lalu seketika, Kaltha berlari ke arahnya. Memeluk si pria yang ikut merengkuh tubuh si jelita yang sekarang sudah setinggi ini saja. Keduanya melepas rindu, menikmati hangatnya peluk disiang yang teduh.
"Ini beneran Kak Saga?" tanya nya hampir menangis. Ia tidak menyangka. Benar-benar tidak percaya bahwa orang yang sedang ia peluk ini sungguhan Sagara. Sahabat kecilnya yang pernah hilang entah ke mana.
"Iya, ini Kak Saga," jawabnya lembut sembari mengusap surai Kaltha.
Gadis itu melepas peluknya, menatap wajah Saga yang lebih tinggi dari kepalanya.
"Kak Saga ke mana aja? Kenapa nggak pernah ngabarin kita? Kenapa hilang gitu aja?" serbu Kaltha yang merasa terkhianati dengan kepergian Saga beberapa tahun lalu.
"Maaf ya, Tha. Kak Saga nggak berniat buat hilang gitu aja. Tapi ada beberapa keadaan yang membuat Kak Saga jadi nggak bisa kontak ke Indonesia," jelasnya menghapus air mata Kaltha yang jatuh.
"Bagi nomor teleponnya. Cepet!" Kaltha menyodorkan ponselnya pada Saga.
Pria itu terkekeh lalu meraih ponsel Kaltha untuk ia isi dengan nomornya.
"Nih," serahnya kembali.
"Jangan ikutan nangis lu!" timpal Navi yang menyadari kalau Saga ikut-ikutan menangis seperti Kaltha.
Keduanya terkekeh kecil, kemudian duduk di sofa yang tersedia di ruangan Navi.
"So, what about New York?" tanya Kaltha setelah menyeka ha bu is air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfic"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020