Bunyi dari luar membuat Gathan menegakkan kepalanya. Ia menunggu siapa yang hendak masuk. Apakah Kaltha? Setelah bunyi pertanda sandi yang ia tekan benar, pintu terbuka. Seorang gadis baru saja memasuki ruangan dengan helaan napas yang berat. Mungkin ini adalah hari yang panjang baginya.
"Eh, kamu di sini?" sapa Kaltha saat menyadari di unitnya ada Gathan.
Gathan tersenyum menyambut kepulangan Kaltha. Setelah pulang dari kampus tadi, Gathan langsung ke unit Kaltha untuk menunggu kekasihnya pulang.
"Udah pulang?" tanya Gathan basa-basi.
Kaltha tersenyum saja menanggapi pertanyaan kekasihnya. Ia kemudian mengambil tempat duduk di sebelah Gathan dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.
"Gimana hari ini?" tanya Gathan lagi. Topik yang selalu mengawali perbincangan mereka.
"Ya, begitu lah. Terkesan biasa aja, tapi juga luar biasa," balas Kaltha kembali menghela napasnya.
"Mata kamu kok bengkak?" tembak Gathan saat menyadari mata kekasihnya itu sedikit bengkak dan sipit.
"Hah? Enggak kok ini cuma capek aja," jawab Kaltha tak mau membuat Gathan khawatir.
"Kenapa? Ada masalah di kantor?" bujuknya berusaha membuat Kaltha bicara.
Gadis Nadindra itu menghela napasnya. Apa ia bilang sekarang saja? Toh Gathan harus tau tentang ini 'kan? Siapa tau saja ia punya solusi untuk hal ini pula.
"Atasanku resign, Kak Navi mau aku gantiin posisi dia. Karena kata Kak Navi, otakku dan otak Kak Leony itu sebelas dua belas. Ini juga kesempatan yang bagus buat aku. Tapi... Aku bingung," Kaltha mulai bercerita.
"Bingungnya?" heran si pemuda.
"Aku takut nanti terlalu sibuk, Than. Atau nanti siapa tau aku nggak bisa nyeimbangin Leony. Gimana pun, aku belum punya pengalaman apa-apa," balas Kaltha mengeluarkan semua keluh kesahnya.
Gathan tersenyum. Mengusap surai Kaltha lalu mengecup puncak kepalanya. "Tha, semua orang pasti sibuk. Sibuk kerja, sibuk kuliah, sibuk sekolah, sibuk ngurus rumah, nggak ada orang yang bener-bener kosong. Setiap orang punya porsi sibuknya masing-masing 'kan?" jelasnya coba memberi pengertian.
Kaltha menatap Gathan, laki-laki itu tidak tau saja kalau yang ia risaukan bukan sepenuhnya itu, tapi ia khawatir jika nanti malah mengabaikan Gathan. Atau nanti ia kejar-kejaran antara pekerjaan dan sebuah hubungan.
Gadis itu mengangguk, "Menurut kamu, aku terima aja apa nggak?" tanya nya meminta pendapat.
"Terima aja, Tha. Kesempatan nggak dateng dua kali 'kan?" jawab Gathan disertai anggukan.
"Aku pikirin lagi deh," ujar Kaltha tapi keputusannya masih di awang-awang. Ia masih belum bisa memutuskan walau Gathan sudah memberi jawaban meyakinkan. Entah, ia masih ragu saja.
"Kamu, tadi ngapain aja?" tanya Kaltha kini bergantian.
"Skripsinya udah di acc. Jadi minggu depan bisa sidang," jawab lelaki itu tersenyum senang. Disusul Kaltha yang ikut bahagia mendengar jawaban kekasihnya.
"Akhirnya...," ucap si jelita.
Gathan terkekeh kecil menanggapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfiction"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020