Kaltha melihat pantulan dirinya di kaca rias. Malam ini ia akan pergi keluar bersama Gathan. Laki-laki itu bilang sudah di jalan, Kaltha pun sudah bersiap-siap. Ia memakai setelan crop top yang dibalut dengan cardigan, baggy jeans dan flat shoes.
Gadis itu meraih tas, juga ponselnya kemudian keluar kamar. Tadi ia sudah izin pada Bunda dan Ayah. Mereka mengizinkan asal pulang jangan larut malam. Tapi Kaltha bilang kalau tidak sampai larut malam, ia akan melewatkan pesta kembang apinya. Jadi Ayah memberi batasan waktu sampai pukul satu saja. Kalau pukul satu Kaltha tidak tiba di rumah, Ayah dan Bunda akan memberitahukannya pada Navi.
Ini malam terakhir di tahun 2015, beberapa jam lagi tahun akan berganti menjadi 2016. Karena itulah Kaltha keluar bersama Gathan. Laki-laki itu bilang ingin mengajak Kaltha melihat kembang api di malam tahun baru. Jadi ia akan membawa gadis itu ke pusat kota. Kalau kalian mencari Miko, sepupu Kaltha itu sudah pergi selepas maghrib tadi. Peraturannya juga sama dengan Kaltha. Pukul satu pagi sudah harus di rumah atau hukuman Miko akan dua kali lebih berat dari yang sebelumnya.
"Ayah, Bunda, Kaltha pergi dulu, ya?" pamitnya sembari mencium punggung tangan Ayah dan Bunda.
"Hati-hati sayang," balas Bunda.
"Jangan pulang larut ya, Tha," timpal Ayah memperingati keponakannya.
"Tenang, Kaltha pulangnya pagi kok," balas gadis itu bercanda.
"Heh!" kaget beliau
"Satu pagi, 'kan, Yah?"
"Iyaaa," kepala keluarga itu bernapas lega. Ia pikir anak gadis itu akan pulang besok subuh. Kalau begitu, ia kurung saja Kaltha di kamarnya dan tidak boleh ke mana-mana.
Kaltha menutup kembali pintu rumah. Di depan pagar sudah ada Gathan menunggu bersama motornya. Gadis itu langsung menghampiri Gathan dengan tak lupa menutup kembali pagar rumah. Gathan memasangkan helm pada kepala Kaltha dan gadis itu pun naik ke atas motor Gathan.
Motor itu melaju membelah jalanan. Seperti yang sudah-sudah, jalanan Jakarta memang tidak pernah lepas dari kata macet. Apalagi ini malam tahun baru. Di mana semua orang pasti akan keluar untuk merayakannya. Kalau sudah begini, Gathan cuma bisa berharap motornya bisa terbang hingga tidak perlu terjebak macet.
"Macet banget!" seru Gathan dari balik helmnya.
"Namanya juga tahun baru, nggak tahun baru aja udah macet, ini lagi yang jelas-jelas ada perayaan,"balas Kaltha yang memajukan wajahnya sampai sejajar dengan wajah Gathan.
"Terbang aja nggak sih kita?" sambung Gathan mengada-ada.
"Emang bisa?" heran gadis itu.
"Nggak," jawabnya sembari tertawa.
Gadis itu pun ikut tertawa mendengarnya. Aneh, nawarin tapi nggak bisa dilakuin, ya buat apa.
Setelah terjebak macet selama hampir dua jam, akhirnya mereka sampai juga di monas. Tujuan hampir semua orang yang ingin merayakan tahun baru, jadi tempat ini lumayan ramai. Ada yang membawa keluarga, bahkan teman satu tongkrongan. Itu semua hanya untuk merayakan datangnya tahun baru, juga harapan baru.
Keduanya kini berkeliling, selain mencari tempat yang pas, mereka juga melihat-lihat apa saja yang ada di monas. Namun di sela-sela itu, ponsel Kaltha berdering. Itu membuat empunya jadi refleks berhenti untuk mengambil ponselnya yang ada di dalam tas. Nama Aqsala tertera di sana. Sedikit bingung Kaltha harus bagaimana, ia melirik Gathan yang kebingungan, kemudian mulai menggeser tombol hijau.
"Halo?" sapa Kaltha lebih dulu.
"Tha, kamu sibuk nggak? Mau lihat kembang api dari rumah pohon ku? Cantik banget kalau dilihat dari situ," ujar Aqsala berbondong. Jelas itu membuat Kaltha semakin tak enak. Ia sudah keluar bersama Gathan, tidak mungkin kan ia meninggalkan Gathan lalu pergi bersama Aqsal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfiction"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020