⚠It's mature, everyone. Please skip if you are uncomfortable. Thank you.
•
Gathan yang awalnya kaget dengan tindakan Audrey terdiam. Ia tak membalas, ia hanya diam dengan segala perlakuan Audrey kepadanya. Bahkan awalnya ia menutup bibirnya rapat-rapat, namun karena Audrey menggigit bibirnya dengan keras, bibir Gathan tiba-tiba saja terbuka dan Audrey mulai bergerak masuk. Gathan masih diam. Gadis itu benar-benar gila. Bahkan hampir saja ia mengikuti permainan Audrey yang liar. Pemuda itu masih menahan nafsunya, ia masih memiliki akal sehat untuk tidak mengikuti permainan gadis gila ini.
Namun perlahan, pertahannya runtuh. Matanya mulai tertutup dan mengikuti pergerakan Audrey. Tangan kekarnya mulai melingkar di pinggang ramping Audrey. Menarik gadis itu agar lebih dekat dengannya. Audrey tersenyum puas dengan respon Gathan. Tentu saja, lelaki mana yang akan menolak, pikir Audrey. Gadis itu melepas tautan bibirnya, kemudian bergerak turun menuju leher Gathan. Gadis itu membuat tanda kecil, namun dapat terlihat jelas bagi siapa pun yang melihat. Setelah itu Audrey tersenyum miring. Masih menatap Gathan yang memeluknya hingga mereka sangat dekat. Napas keduanya juga terengah-engah.
"You really can't refuse, babe," ujar Audrey tepat di depan wajah Gathan.
Gathan diam, menatap Audrey dengan pandangannya yang sayu. Astaga, dia pasti sudah gila.
"Your turn."
Gathan membalikkan kondisinya. Audrey lah yang kini bersandar pada dinding dan dihapit oleh lengan kekar Gathan. Bibir mereka kembali bertautan. Lengan Audrey kembali mengalung pada leher Gathan. Dan pemuda itu meraih tengkuk Audrey untuk memperdalam ciumannya. Hanya nafsu yang menyelimuti mereka. Kecapan mulai terdengar. Saling berbalas sentuhan meski bukan perasaan yang mendasari. Audrey dengan obsesinya, sementara Gathan dengan nafsunya.
"Gathan!" teriakan seseorang menginterupsi kedua orang itu. Tautan itu terlepas dan Gathan mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Ada Kaltha, dengan wajah memerah akibat menahan amarah.
Gadis itu maju, berdiri di antara Gathan dan Audrey. Dengan tatapan menghunus, ia memegangi tangan Gathan dan menyembunyikan kekasihnya itu di belakang tubuhnya.
"Pergi dari sini," ujar Kaltha dingin.
Audrey diam, tidak bicara, pun juga tidak bergerak.
Dan setelah jeda yang cukup lama, Audrey berujar, "He's mine, and always mine," ujar Audrey tajam.
"Stop dreaming, bitches!" sarkas Kaltha.
"Dream? Please, taking a mirror!" setelah berujar begitu, Audrey pergi dari hadapan Kaltha dan Gathan. Gadis itu keluar dan menutup pintu apartemen Gathan dengan kasar.
Kaltha menghela napas jengah. Ia menarik poni panjangnya ke belakang. Rasanya ia sangat panas. Entah karena setelah melihat adegan panas, atau hatinya memang panas melihat hal tadi. Kaltha menatap Gathan yang juga menatapnya. Air muka pemuda itu terlihat sangat menyesal dan sedih.
Kaltha memijat pelipisnya lembut sebagai bentuk penetralan atas beban pikirannya. Setelah beban itu sedikit berkurang, tangan Kaltha melayang mengenai pipi tirus kekasihnya. Sebuah tamparan yang terdengar sangat nyaring. Gathan hanya diam. Ia juga merasa pantas mendapatkan itu. Karna memang dia lah yang brengsek di sini. Dia yang bodoh telah mengikuti permainan Audrey. Dan ia sangat menyesal akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfiction"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020