E p i l o g

1.8K 190 50
                                    

Kaltha berjalan memasuki area kampus. Bahkan dari luar saja sudah ramai orang yang mungkin adalah keluarga dari mahasiswa atau mahasiswi yang wisuda. Gadis itu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Gathan dan bertanya di mana laki-laki itu berada.

"Aku udah sampai nih, kamu di mana?" tanya Kaltha sembari menilik satu per satu orang yang ada di sana.

"Aku di sini loh, Tha, di dekat pohon masa nggak keliatan," jawab Gathan yang ada di seberang telepon.

"Pohon mana?" tanya Kaltha masih berusaha menilik orang-orang yang ada di sana.

"Agak nyerong ke kiri coba," titahnya dan dilakukan Kaltha. Benar saja, di sana ada Gathan beserta teman-temannya lengkap dengan baju toga yang masih menyelimuti jas yang ia kenakan.

Kaltha tersenyum bangga kemudian berjalan mendekat. Ia juga membawakan Gathan bunga sebagai bentuk selamat atas wisuda laki-laki itu. Wah, kalau dipikir-pikir lagi, mereka saling bertukar bunga, ya?

"Selamat, yaa," ucap Kaltha menyerahkan buket bunga itu sembari memeluk kekasihnya. Tunggu, mereka sudah balikan,'kan?

"Makasih," balas Gathan balas memeluk dan mengecup puncak kepala Kaltha.

"Foto dulu dong," ujar Biru sembari membidik dua pasangan itu dengan kameranya.

Gathan dan Kaltha langsung bergaya menatap kamera. Dengan berbagai gaya, keduanya nampak serasi dengan buket bunga di tangan Gathan.

"Buka toga lo, Than, biar makin serasi gitu bajunya," ujar Biru lagi menginterupsi.

Gathan pun membuka jubah serta topinya dengan bantuan Kaltha. Setelah jubah hitam itu terlepas dari tubuhnya, terlihatlah jas yang rapi beserta dasi terselip di sela-sela kerahnya.

"Cakep," puji Biru kemudian kembali membidik Gathan serta Kaltha yang hari ini nampak rapi serta serasi.

"Satu...dua..." cekrek.

"Anjaayy," seru Biru sembari melihat hasil bidikannya.

Di sela-sela itu, ponsel Gathan berdering kembali. Segera lelaki itu melihat siapa yang menghubunginya. Tulisan 'Papa' tertera jelas di sana dengan panggilan video call. Segera Gathan mengangkat telepon itu dengan wajah bahagianya.

"Hoi, jagoan Papa!" seruan dari seberang membuat beberapa yang mendengar sedikit terkekeh geli. Seperti anak kecil saja.

"Gimana?" sambung Landani kemudian.

"Sarjana nih bos!!" serunya berbangga diri.

"Tos-an dulu dong!" Papa mengangkat tangannya seolah bersiap untuk tos dengan anaknya.

Gathan pun melakukan hal sama. Ia mengangkat tangannya lalu bergerak seolah sedang tos dengan sang Ayah.

"Loh, Than? Balikan?" tanya papa dengan sedikit berbisik saat mengatakan 'balikan'. Beliau tidak sengaja melihat Gathan berada di sebelah perempuan yang mirip dengan Kaltha.

Gathan terkekeh, kemudian menjawab, "Gimana, Tha? Balikan?" balasnya kemudian mengikutsertakan Kaltha dalam panggilan itu.

Si jelita tak menjawab, ia hanya tertawa cantik saja sembari memukul lengan Gathan lembut.

Mata Gathan kemudian melirik Biru yang juga menatapnya, lalu dalam hitungan detik keduanya mengangguk samar.

"Pa, Gathan mau nunjukin sesuatu," ujar laki-laki itu kemudian menyerahkan ponselnya pada Biru.

"Apa?" tanya beliau malah penasaran.

Biru menyerahkan kotak kecil itu pada Gathan dengan diam-diam. Ia juga mengarahkan kamera Gathan menjadi kamera belakang agar tetap terus membidik si pemuda beserta jelitanya.

Gathan tersenyum menatap Kaltha. Sementara gadis yang ditatap itu mengerut keheranan dengan apa yang akan dilakukan kekasihnya.

Lalu perlahan, tangan yang bersembunyi di balik punggungnya muncul dengan kotak kecil di genggamannya. Kaltha tidak mau ge-er, tapi kalau tidak ge-er ia terlalu rendah diri. Ah, tolong siapa saja pegangi Kaltha. Ia merasa gravitasi di sekitarnya seola-olah hilang entah ke mana.

"Tha, untuk secangkir coklat panas yang akan dinikmati berdua, untuk segala sesuatu yang akan menjadi doa, dan untuk hal-hal rumit di kepala, aku mau jadi sesuatu yang membuat kamu merasa utuh. Bukan cuma cukup, tapi juga penuh," Gathan membuka kotak kecil itu hingga menampakkan sepasang cincin berkilau di dalam sana.

Kaltha menutup mulutnya tak menyangka. Astaga, jadi ini ya rasanya dilamar?

"Will you merry me?" tanya Gathan hingga membuat banyak pasang mata yang ada di sana tersipu sekaligus terharus dengan momen yang sedang berlangsung di depan mata.

Siapa saja, tolong katakan pada Kaltha bahwa ini bukanlah mimpinya. Dan kalaupun iya, jangan bangunkan dia. Biarkan saja, bahkan jika ia tak bangun selamanya pun tak apa. Akhir bahagia yang ia tunggu akhirnya tiba. Memeluknya seakan besok ia tiada.

"Say yes! Say yes! Say yes! Say yes!" seru orang-orang yang ada di sana. Itu membuat jantung Kaltha maupun Gathan makin kencang detaknya.

Gathan mengangkat alisnya seakan menunggu jawaban Kaltha. Dan si jelita yang masih tak menyangka dengan ini semua masih setia menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Kaltha menunduk sejenak, membuat orang-orang yang menanti jawabannya jadi ikut deg-degan dengan jawaban yang akan ia berikan. Lalu setelah satu tarikan napas, ia mengangkat kepalanya lagi sembari berkata.

"Yes, i will," jawabnya sehingga sorakan bahagia ikut menjadi backsound hari bahagia mereka.

Tanpa aba-aba, Gathan langsung membawanya ke dalam pelukan. Meleburkan bahagianya menjadi satu bersama degup jantungnya yang kian beradu.

Setelah satu pelukan itu, Gathan juga Kaltha melepas pelukannya. Terdapat setitik air mata pada netra si dua manusia bahagia luar biasa. Gathan meraih tangan Kaltha kemudian memasangkan cincin itu di jari manis pasangannya. Membuat tepuk tangan riuh kembali terdengar dari sekitar mereka.

Merasa malu, Kaltha kembali memeluk Gathan dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang si pemuda. Sementara Gathan hanya terkekeh geli sembari memeluk kekasihnya erat.

Ini akhir sekaligus awal baru dalam sebuah perjalanan. Di mana lembar yang sudah banyak coretan itu ditutup dengan lukisan indah di akhir buku. Kini saatnya menyambung pada buku yang baru. Entah di buku ini akan dipenuhi coretan indah atau malah sebaliknya, tapi buku lama akan jadi sebuah pelajaran yang akan disimpulkan lalu disatukan dalam buku yang baru sebagai cerita yang pernah dilukis semesta.

-Atelier-



Dor!
Yeay, selesai sudah cerita ini!!

Sebelumnya, aku mau bilang untuk kalian yang sudah membaca Atelier versi sebelum di revisi, tolong banget jangan ada yang bilang 'bagusan yang lama' 'lebih seru yang lama' 'yang ini nggak gereget' 'nggak sebagus yang lama'. Karena gimana pun ini keputusanku untuk merubah cerita yang kupunya.

Kalau semisal kalian lebih suka versi yang lama gapapa, tapi jangan bilang aku ya. Simpan sendiri aja karena aku takut malah merasa sia-sia ngelakuin ini semua. Jadi mohon pengertiannya :)

Dan, makasih juga buat kalian semua yang sudah baca cerita ini sampai akhir! Yang baru datang ataupun yang sudah berada di sini selama satu tahun lebih. Terima kasih banyak💛💛

Untuk yang belum baca #beforedating , selamat membaca yaa^^ jangan lupa vote dan komennya.

Sekali lagi, makasih banyak banyak banyak banyak buat kalian semua!! Sampai jumpa di work ku selanjutnya...

사랑해 ❤❤❤❤❤❤

Atelier✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang