Hari ini, Kaltha ada janji pergi bersama Gathan. Sejak kejadian putus waktu itu, mereka tak pernah menghabiskan waktu berdua lagi. Jadi sekarang, Kaltha mengajak Gathan untuk jalan-jalan mumpung dirinya sedang libur bekerja.
Gadis cantik itu sudah memakai pakaiannya. Kini ia sedang duduk di hadapan meja rias untuk berdandan sedikit. Tangannya meraih bedak lalu memakainya tipis. Kulitnya sudah putih, jadi tidak usah tebal-tebal. Setelahnya ia memakai eyeshadow lalu eyeliner. Alisnya sudah rapi, tidak perlu ukir-ukir alis lagi. Memang Kaltha itu definisi cantik natural. Nggak perlu make up juga udah cantik dari sononya. Setelah bagian matanya selesai, ia beralih memakai blush, dan terakhir memakai lipcream. Setelah siap, ia membenahi rambutnya sedikit lalu keluar kamar dan menghampiri Gathan yang sedang duduk santai di sofa sembari memainkan ponsel.
"Udah, Than," interupsi Kaltha dari belakang.
"Iyaa," balas Gathan kemudian bangkit dari duduknya.
"Liat, Byan sama Anna," sambung Gathan memperlihatkan boomerang Byan bersama Anna. Sudah dekat saja mereka. Padahal baru beberapa minggu kenal. Mungkin karena keduanya sama-sama cocok dan sama-sama nyambung. Jadi mudah akrab dan menyesuaikan diri.
"Udah deket aja mereka," ujar Kaltha melihat interaksi manis Byan bersama pasangannya.
"Iyaa, yuk jalan," balas Gathan menggandeng jemari Kaltha setelah menyimpan ponselnya ke dalam saku.
Keduanya jalan beriringan menuju lift yang langsung membawa mereka ke basement. Keduanya masuk ke dalam mobil dan memasang seatbelt. Setelah sabuk pengaman dari masing-masing mereka terpasang, Gathan langsung melajukan mobil menuju tempat yang sudah mereka rencanakan sebelumnya.
Singkat cerita keduanya telah sampai di tempat tujuan. Di mana? Teater. Entah kesambet apa Kaltha semalam hingga mengajak Gathan untuk nonton teater. Padahal ia juga tidak tau pertunjukan apa yang akan ditampilkan di sana. Tapi ia ingin sekali menonton meski tidak tau harus menonton apa.
Setelah membeli tiket, Gathan juga Kaltha masuk ke dalam dan mengambil tempat duduk. Kursi mereka terletak di nomor tiga dari depan. Pertunjukan yang mereka tonton berjudul Sendyakala yang berkisah tentang seorang gadis bernama Jingga dengan dua orang pengelana bernama Karang dan Langit.
Kaltha begitu menikmati pertunjukan itu. Diam-diam juga mengukir senyum melihat bagaimana indahnya Karang mencintai Jingga dan bagaimana menakjubkannya Langit memperjuangkan Jingga. Dalam hati Kaltha berfikir, kalau ia diposisi Jingga, siapa yang akan ia pilih? Diperjuangkan dengan sebegitu kerasnya oleh sosok Langit? Atau dicintai dengan begitu indahnya oleh seorang Karang? Tunggu, dialah Jingga dalam musikalisasi itu. Bahkan rasanya, ia seperti melihat pertunjukan kisah asmaranya sewaktu SMA. Sampai akhirnya tibalah, bagian ending yang sudah Kaltha nanti-nanti. Tentang siapa yang akan Jingga pilih dan siapa yang akan pergi dari kehidupan Jingga.
"Langit, aku titip Jingga, jaga dia baik-baik," ucap Karang pada Langit. Tiga orang itu tengah berada di pesisir pantai. Ya, Karang memilih pergi dan merelakan Jingga untuk Langit.
Langit mengangguk "Hati-hati," balasnya dengan tatapan sendu. Berat melepaskan sahabatnya untuk lanjut berkelana sendirian di laut lepas.
"Karang, tidak bisa kalau kamu di sini saja? Bersama aku dan Langit," ujar Jingga menatap Karang yang ada di hadapannya. Ia menyayangkan keputusan Karang untuk pergi meninggalkannya dan Langit hanya untuk melanjutkan perjalanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfiction"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020