Hari menunjukkan pukul empat sore. Kaltha belum juga kembali ke apartemennya karena asik berkumpul dengan anggota keluarga. Belakangan ini ia sibuk dengan pekerjaan, juga dengan Gathan yang suka hilang-hilangan kabar. Jadi untuk saat ini biarkan Kaltha menghabiskan harinya sejenak dengan keluarga.
Drrrtt...
Sebuah panggilan masuk ke ponsel Kaltha yang ada di atas sofa sebelah Navi. Pria itu melihat nama yang tertera kemudian mendengus pelan."Kaltha, anak lo nyariin nih!" teriak Navi agak keras karena adiknya itu sibuk dengan istrinya dan Bunda di kamar entah sedang apa. Biasalah, wanita.
Tak lama dari panggilan itu, bunyi langkah kaki terdengar menuruni tangga. Kaltha segera merampas ponselnya yang tergeletak di sebelah sang kakak yang asik ngemil kacang bersama Miko. Kacang mulu heran.
"Pacar! Bukan anak!" sinis Kaltha kemudian menekan tombol hijau pada ponselnya.
"Halo?" sapa Kaltha membuka pembicaraan.
"Sayang, kamu di mana?" tanya Gathan.
"Kan udah aku bilang, aku di rumah Kak Navi," jawabnya sedikit mendengus.
"Berantem, tuh" celetuk Miko pelan yang dibalas cekikikan oleh Navi.
"Hehe, lupa."
Kaltha geleng kepala. Ya, dia maklum saja, Gathan semalam dalam keadaan setengah sadar. Jadi kalau hari ini dia lupa, itu wajar-wajar saja.
"Ya udah, aku tunggu di apart, ya."
Dahi Kaltha berkerut. Kenapa lagi ini anak?
"Kenapa emang?" tanya Kaltha.
"Udah sini aja."
Semakin bingung saja Kaltha dibuatnya. Lantas, ia meng-iya-kan saja permintaan kekasihnya.
"Ya udah, iya-iya."
"Oke!"
Setelah itu sambungan terputus. Kaltha menggeleng keheranan, kemudian menyimpan ponselnya ke dalam tas.
"Kak, Kaltha pulang, ya. Udah sore," ujarnya sambil menyampirkan sling bagnya di bahu.
"Halah, bilang aja anak lo nangis," balas Navi sedikit sinis.
"Yeu, tau aja lo," balas Kaltha sambil meninju lengan atas kakaknya.
Ia naik kembali menuju kamar untuk berpamitan dengan Bunda dan Sharon. Pasangan mertua-menantu itu tengah asyik mengajak bermain Nohan yang tumben saja hari ini tidak rewel.
"Kak, Bunda, Kaltha pamit pulang dulu ya, ada urusan mendadak," pamitnya kemudian cepika-cepiki bersama dua wanita itu.
"Loh, nggak mau ikut makan malem sekalian?" tanya Bunda sedikit kecewa
"Maaf, Bunda. Ntar kalau urusannya udah kelar Kaltha ke sini lagi. Assalamualaikum," pamitnya dengan tak lupa menutup kembali pintu kamar.
Ia sedikit berlari menuruni tangga, tanpa cepika-cepiki atau apa, Kaltha langsung berteriak pada sepupunya. "Miko gue balik! Kelarin skripsi lo cepet!"
"Bacot!" balas Miko emosi.
"Ayah, Kaltha pulang dulu. Assalamualaikum," pamitnya sembari salim pada sang Ayah.
"Walaikumsalam. Hati-hati!"
.
.
.
Tak butuh waktu lama, mobil Kaltha sampai di basement apartemen. Gadis itu segera masuk melalui lobi. Tepat setelah kakinya meginjak di sana, ia sudah dapat melihat Gathan duduk sambil memainkan ponsel dengan airpod bersarang di telinga. Jika dilihat dari penampilannya, nampaknya lelaki ini akan pergi keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fiksi Penggemar"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020