21 Juli 2023
Gadis 23 tahun itu menatap pantulan dirinya di cermin. Rambut yang ditata sedemikian rupa, gaun yang melekat sempurnya di tubuhnya, dan juga tak lupa riasan wajah ikut menyempurnakan penampilannya hari ini.
"Nyebelin!" celetuk seseorang yang sejak tadi setia menemaninya bersiap-siap.
Yang dikatai itu melirik lewat cermin yang ada di hadapannya. "Kenapa sih, Van?" balas gadis itu meminta penjelasan.
"Lo cantik banget!!" serunya memeluk si sahabat dari samping.
Gadis itu—Kaltha Nadindra—tersenyum sembari mengusap lembut lengan sahabatnya. Ia juga dapat merasakan bahagia dan lelahnya Vanya lewat pelukan itu. Sebelum acara lamaran bahkan sampai menuju ke pernikahan, Vanya banyak sekali berpartisipasi dalam membantu Kaltha juga Gathan. Terkadang ia ikut turun ke lapangan, atau juga sekedar memberi rekomendasi WO untuk Kaltha.
"Thanks ya, lo banyak banget bantuin gue," ucap Kaltha di antara pelukan itu.
"I'll do anything for you, Tha," balas sahabatnya.
"Btw, bridesmaid gue yang lain mana?"
"Sama lakik masing-masing paling."
"Lo kenapa nggak sama laki lo?"
"Gue mah nggak sama dia juga nggak apa-apa, yang penting masih sama lo."
Lagi-lagi gadis yang di peluk itu terkekeh. Jika ditanya siapa sahabatnya yang paling berharga, maka jawabannya adalah Vanya. Entah sudah berapa banyak, tapi Vanya selalu ada di saat Kaltha butuh bantuan. Mungkin kalau tidak ada dia, Kaltha tidak akan pernah punya teman.
Tok! Tok!
Suara ketukan pintu mengurai pelukan mereka. Kepala Navi menuncul begitu saja saat pintu terbuka, lalu dengan perhatian pula pria itu bertanya."Udah siap? Ayo berangkat."
"Iya, sebentar," jawab gadis itu sembari mengangguk.
"Gue panggilin bridesmaid lo yang lain, ya?" inisiatif Vanya seakan merasa peka untuk keluar dan membiarkan sepasang kakak-adik itu bicara.
"Buruan, ya?" pesan Kaltha karena agar Vanya tak lama-lama meninggalkannya.
"Hm..."
Gadis itu keluar sementara Navi masuk. Penampilan pria itu terlihat seperti biasa. Selalu rapi dengan setelan jas dan dasi. Tapi kali ini tampak begitu manis karena ada bunga yang terselip di sakunya.
Kakak-adik itu berdiri berhadapan. Navi dengan perasaan bimbang, sementara Kaltha kebingungan. Ia tidak tau harus bereaksi seperti apa. Setelah sekian lama, akhirnya hari ini datang juga. Hari di mana ia akan jadi istri dari seorang Gathan Birawa Landani dan meninggalkan kakaknya yang posesif Navi Anugrah. Sementara sang Kakak sudah dilanda gundah gulana sejak hari lamaran beberapa bulan lalu. Adiknya yang masih sangat terlihat seperti anak kecil kini akan sah menjadi seorang istri. Kehidupan baru akan di sandangnya. Navi akan jadi nomor sekian karena sekarang prioritas gadis itu pasti keluarga kecilnya. Hah... kalau saja ia lebih bisa menghargai waktu, mungkin ia akan banyak menghabiskan waktu bersama Kaltha dari pada sibuk bekerja. Sekarang ia hanya bisa kecewa karena melewatkan banyak momen Kaltha tumbuh dewasa.
"Peluk boleh nggak?" tanya Navi bak anak kecil.
Kekehan terdengar dari bibir manis Kaltha, "Kak Navi boleh peluk Kaltha kapan aja," jawabnya membuka lengan lebar-lebar agar Navi dapat masuk dalam pelukannya.
Si pria mendekat kemudian merengkuh tubuh mungil adiknya. Ia tidak bisa menahan haru hingga tanpa sengaja air matanya keluar begitu saja. Padahal ia sudah berjanji untuk menjadi pria keren nan berwibawa dengan tidak menjatuhkan setetes air mata pun hari ini. Namun ternyata, pertahanannya runtuh juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fiksi Penggemar"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020