Bunyi bel menggema ke seluruh rumah. Pintu bercat putih yang sudah lama tak ia lihat sejak hampir satu bulan terakhir. Beberapa bunga hias baru ikut meramaikan pekarangan rumah. Pun dengan pagar yang mulai mengelupas catnya.
Sekali lagi, Kaltha menekan bel yang ada di sebelah kanan pintu. Membuat seseorang dari dalam lantas berseru "Sebentar!"
Kemudian setelahnya, pintu terbuka dan menampilkan wanita paruh baya yang masih memakai mukena. Kaltha tersenyum melihatnya, begitu pun tuan rumah yang nampak bahagia menyambut tamunya.
"Assalamualaikum, Bunda," ucap si jelita sembari mengambil tangan Bunda untuk ia cium punggungnya.
"Walaikumsalam... Ayo masuk, Tha" ajak beliau mempersilahkan keponakannya masuk.
Kaltha Nadindra, adik dari Navi Anugrah. Mereka hanya dua bersaudara. Mama dan Papa sudah tak ada sejak Kaltha berusia lima tahun. Keduanya ditinggalkan di rumah saat Mama dan Papa pergi ke Jogja. Namun semesta maha pengatur segala, orang tua mereka merenggut nyawa dalam perjalanan pulang. Hingga dua kakak beradik itu harus diasuh oleh Bunda—adik dari Mamanya. Dan dari sana pula, Navi jadi mulai mengekang adiknya. Berdalih menjamin kehidupan Kaltha, namun sebenarnya mengurung Kaltha pada ruang sempitnya.
"Kenapa, Nak? Kok kamu udah pulang?" tanya Bunda setelah keduanya duduk di ruang tamu.
"Bunda, Kaltha pindah apartemen, ya?" bujuk si jelita sedikit memajukan bibirnya.
"Kenapa pindah? Memang mau pindah ke mana?"
"Apartemen Gathan."
"Satu unit?"
"Ya, nggak lah, Bunda," jawab Kaltha sedikit tertawa.
"Udah bilang sama kak Navi?" seolah tau sifat keponakannya yang satu itu, Bunda memastikan.
"Udah, kok."
"Boleh?" kembali beliau bertanya. Takut kalau-kalau Navi tidak mengizinkan dan Kaltha malah jadi melawan.
"Boleh," Kaltha mengangguk sembari memamerkan senyumnya yang manis.
Kaltha menilik ke sekeliling. Rumah ini tampak sepi seperti tak ada orang. Sunyi tanpa suara terdangar dari mana pun.
"Miko mana, Bun?" tanya gadis itu tak melihat keberadaan sepupunya.
"Kuliah, katanya hari ini dia mau ketemu sama dosen pembimbing."
Kaltha hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Kalau Ayah, tak perlu ditanya. Sudah pasti jawabannya adalah bekerja. Dan Bunda, beliau adalah ibu rumah tangga. Dulu mengurus tiga anak yang sekarang sudah tumbuh dewasa. Bahkan salah satunya sudah menikah dan memiliki anak.
"Kaltha gimana sama Gathan?" tanya Bunda tiba-tiba teringat dengan kabar laki-laki itu.
"Baik-baik aja kok, Bunda," balas Kaltha seadanya.
"Dia nggak apa-apa, 'kan?" Bunda dan Gathan bisa dibilang cukup dekat. Status Gathan yang merupakan teman dari Miko membuat Bunda jadi mudah mengenali wajahnya. Juga dengan ia yang merupakan pacar dari Kaltha membuatnya jadi cukup sering berjumpa dengan Gathan.
"Gathan baik, Bunda," jawabnya sepengertian mungkin.
"Kenapa kemaren nggak ikut ulang tahunnya Arum?" Beliau penasaran.
"Ada Kak Navi, jadi Kaltha males ngajaknya."
Wanita itu tertawa menanggapinya. Beliau juga tau bagaimana hubungan Navi dan Gathan. Tidak pernah baik bahkan selalu melempar tatapan sengit. Bukan Gathan, hanya Navi. Laki-laki itu seperti punya dendam terkesumat yang membuatnya jadi amat membenci Gathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fiksi Penggemar"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020