Tok! Tok!
Bunyi ketukan dari luar membuat Kaltha yang tadinya tengah menonton anak jalanan langsung buru buru membuka pintu.Pintu terbuka dan memunculkan seorang laki laki dengan tubuh yang hanya lebih tinggi beberapa darinya saja, lengkap dengan kacamata yang selalu bertengger dibatang hidung mancungnya.
"Eh, Miko nya lagi nggak ada" ujar Kaltha begitu saja karena tau itu teman Miko, Aqsal.
"Em, nggak cari Miko, kok" jawab Aqsal sedikit gugup.
"Terus?" heran Kaltha.
"Cari kamu" jawabnya membuat Kaltha membelalak. Ia menunjuk dirinya sendiri karena tak percaya seorang Aqsal mencari dirinya.
"Iyaa, kamu Kaltha" sambung Aqsal.
"K-kenapa, ya?" tanya Kaltha tergagap.
"Sibuk?" Aqsal balik bertanya.
"E-enggak tuh"
"Mau keluar?" tawar Aqsal menatap Kaltha yang kebingungan setengah mampus.
"Kemana?"
"Ketempat kesukaanku"
Kaltha ikut setelah diajak Aqsal. Tapi sebelum pergi, tentu saja Kaltha berganti pakaian dulu sebentar. Sementara Aqsal menunggu dikursi yang tersedia diluar. Rumah Bunda malam ini sepi. Tadi Bunda pamit pergi bareng Ayah, mungkin mau pacaran dulu mumpung malam minggu. Sementara Miko langsung kabur bagitu orang tuanya pergi. Dan, tinggallah Kaltha sendirian dirumah.
Aqsal menghentikan motornya di depan toko buku yang tak terlalu ramai. Setelah melepas helmnya, Kaltha menilik kesekitar untuk melihat dirinya ada di daerah mana. Setelah paham, ia menatap Aqsal yang juga sudah turun dan melepas helmnya.
"Ayo, masuk" ajak Aqsal berjalan duluan.
Kaltha mengekori Aqsal dari belakang. Melihat lihat buku yang tersusun rapi pada rak yang sama tinggi dengan kepalanya.
"Toko buku dan perpustakaan itu tempat kesukaanku. Tau nggak kenapa?" ujar Aqsal pada Kaltha yang ada disebelahnya.
Kaltha menggeleng sebagai jawaban.
"Karena ada buku" jawab Aqsal tersenyum menatap Kaltha.
"Ish! Ya iya dong, namanya toko buku. Kalau toko material adanya semen sama batu bata!" balas Kaltha kesal.
Aqsal tertawa melihat respon gadis disebelahnya. "Karena ini dunia ku, Tha. Tempat dimana imajinasiku terbang" sambung Aqsal lagi lagi menatap Kaltha dengan tatapannya yang teduh.
Kaltha tak membalas, ia hanya terdiam menatap netra indah milik Aqsal yang dilindungi oleh kacamata.
"Sini, ku tunjukkan siapa penulis favoritku" ajak Aqsal kemudian menarik Kaltha dari deretan buku tebal kumpulan soal UN.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfiction"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020