Biru memasuki apartemen Gathan. Di tangannya ada sekotak brownies buatan Mamanya. Tadi Mama Biru sedang brownies dan teringat dengan Gathan yang baru saja putus. Jangan heran tau dari mana, tentu saja anak bujangnya yang doyan bercerita. Jadi malam ini Biru diminta Mama untuk mengantarkan brownies itu untuk Gathan.
Namun saat masuk, unit sahabatnya itu nampak sepi. Beberapa lampu mati dan tirai jendela masih terbuka. Pun piring bekas sarapannya masih menumpuk di wastafel. Apa yang terjadi pada Gathan? Ke mana lelaki itu jam segini belum juga tiba? Apa Gathan masih di tempat Mamanya? Tapi bukannya tidak boleh ada tamu yang bermalam di sana? Lalu, ke mana perginya Gathan?
Tok! Tok! Tok!
Bunyi ketukan pintu dari luar menyadarkan lamunan Biru. Lelaki itu mendekat untuk melihat dari lubang pintu siapa yang bertamu malam-malam begini."Audrey?" gumamnya saat mengetahui ada gadis yang ia kenal sedang berdiri dengan paper bag kecil di tangan.
Pintu terbuka. Mulanya gadis itu nampak gugup dan takut. Namun saat sadar yang keluar adalah Biru, wajahnya malah tertekuk.
"Kok lo sih? Gathan mana?" tanyanya sembari berjinjit untuk melihat ke dalam.
"Gathan nggak ada, gue nggak tau dia ke mana," balas Biru dengan nada tak suka. Ya jelas, ia masih marah dengan Audrey akibat kejadian tempo hari.
"Bohong."
"Ngapain gue bohong. Dia nggak ada, liat aja tuh, kosong," Biru sedikit minggir agar Audrey dapat melihat bahwa unit Gathan memang sepi.
"Terus dia ke mana?" tanya Audrey lagi.
"Udah gue bilang, gue nggak taaauu!!" kesal biru.
"Coba telepon," pintanya.
Biru berdecak, namun ia tetap menuruti keinginan Audrey.
Bunyi tut menggema beberapa kali sampai akhirnya suara mbak operator pun terdengar.
"Nggak diangkat," ujar Biru memberi tahu.
"Coba lagi," pinta Audrey kembali.
Lagi, bunyi decakan keluar dari bibir Biru. Ia men-loud speaker ponselnya agar gadis itu dapat mendengar bahwa Gathan benar-benar tidak menjawab teleponnya.
"Tuh, nggak diangkat," ujar Biru kemudian mematikan sambungan saat suara mbak operator kembali terdengar.
"Ke mana ya Gathan?" risau Audrey sembari berpikir.
"Perasaan gue nggak enak. Gue cari di atas lo cari di bawah, gimana?" tawar Biru mengusulkan rencananya.
"Iyaa, boleh," Audrey menyetujui.
"Sambil terus ditelepon ya?" Biru menutup pintu kemudian mulai berjalan menuju lift untuk naik ke atas. Disusul Audrey yang mengangguk sembari menunggu di depan lift yang membawa Biru ke lantai atas.
Sejak ia sampai dan mengetahui unit Gathan kosong, Biru sudah merasakan perasaan aneh. Entah apa itu, tapi ia merasa ada sesuatu yang terjadi. Biru takut kalau kejadian tiga tahun yang lalu terulang kembali. Ia takut Gathan akan kembali menggila seperti waktu itu lagi. Ia tidak mau apa pun terjadi pada sahabat dekatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfiction"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020