Kaltha
Than, Bisa ketemu sebentar?Isi pesan Kaltha yang Gathan terima beberapa menit yang lalu. Laki-laki yang baru saja membuka mata itu langsung bergegas mandi dan bersiap-siap. Jujur saja, semenjak lulus mereka sudah tidak lagi bertemu karena sibuk mempersiapkan diri untuk utbk yang Ada di depan mata.
Setelah dirinya telihat tampan dia pun langsung tancap gas menuju tempat yang sudah dijanjikan dengan Kaltha. Tidak butuh waktu lama, motor Gathan sampai di sebuah kafe yang pernah mereka datangi. Gathan langsung masuk dan mencari keberadaan Kaltha. Tanpa kesulitan, Gathan langsung dapat melihat Klatha sedang duduk menatap kosong keluar jendela. Dengan senyumnya yang merekah, lelaki itu langsung mendekati kekasihnya.
"Hei, udah lama?" tanya Gathan langsung duduk di hadapan si jelita.
Kaltha tersenyum menyambut kedatangan Gathan. "Belum."
"Kamu udah pesan?" tanya Gathan lagi.
"Belum" jawab gadis itu menggeleng pelan.
"Kamu mau apa?"
"Milkshake aja."
"Some cake?"
"No, thanks."
"Wait a minute, princess."
Kaltha mengangguk dengan senang hati. Suasana hati Gathan nampak sangat baik, Kaltha jadi semakin tidak enak mengatakan maksudnya minta bertemu hari ini. Ia takut Gathan akan sangat kecewa dengan dirinya. Tapi mau bagaimana? ia tidak bisa menentang kehendak Kakaknya.
Tidak lama Gathan kembali dengan membawa dua minuman. Satu milkshake dan satu lagi cokelat panas dengan tambahan foam di atasnya. Kaltha meraih minumannya untuk membasahi tenggorokan sebelum bicara. Pun berpikir dari mana ia harus memulai. Setelah beberapa tegukan, Kaltha berdehem sejenak. Ia pun melihat Gathan yag sangat menikmati minuman hangatnya.
"Than," panggil Kaltha mengambil atensi.
"Ya?" jawab lelaki itu menoleh.
"Kayaknya aku nggak bisa bareng kamu di DKV," sambung gadis itu sembari menunduk.
Benar saja, senyum Gathan yang semula terpatri di wajah tampannya kini hilang seketika.
"Kenapa?" tanya Gathan terdengar sedikit kecewa dalam nada bicaranya.
"Aku disuruh Kak Navi kerja di kantornya," Kaltha masih belum menatap Gathan. ia hanya menuduk sembari memainkan jemarinya.
Gathan tak membalas, ia ikut menunduk karena merasa sedih dengan pernyataan Kaltha. Bahkan ia yang biasanya hanya belajar seadanya, kemarin-kemarin jadi lebih giat bahkan begadang karena membahas soal. Jika Kaltha tidak jadi kuliah, apa semangat belajarnya akan semenggebu kemarin?
"Maaf, Than. Aku nggak bisa melawan Kakak. Dia yang selama ini ngejagain aku, cuma dia yang aku punya, jadi aku nggak mau dia kecewa," sambung Kaltha menatap Gathan juga. ia juga menyentuh tangan kekasihnya karena takut Gathan marah padanya.
Kepala pemuda itu terangkat juga. terlihat kekecewaan di matanya, namun bibirnya malah melukiskan kurva.
"Nggak apa-apa, Tha. Mau gimana lagi coba?" balas lelaki itu masih tersenyum.
"Maaf, Than. harusnya dari kemarin aku bilang sama Kak Navi kalau mau kuliah. pasti dia bakal pertimbangin lagi mau ku sama mau nya," gadis Nadindra itu kembali menunduk menunjukkan rasa bersalahnya yang begitu besar.
"Udah, Tha. Bukan salah siapa-siapa," Gathan mengusap lembut lengan kekasihnya, berharap dengan begitu Kaltha tak menyalahkan dirinya terlalu banyak.
"Kamu gimana? kamu bakal tetap masuk DKV, 'kan? Masuk aja, Than. kamu jangan nyerah sama mimpi kamu," sambung gadis itu menatap Gathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fiksi Penggemar"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020