Gathan tengah goleran di kasurnya. Menikmati waktu luangnya dengan bermalas-malasan. Kelasnya baru dimulai siang nanti. Jadi ia memanfaatkan pagi ini untuk memanjakan badan. Pemuda ini masih mengenakan kaus oblong dan celana di bawah lutut. Belum mandi, bahkan beranjak dari kasur pun enggan.
"Papa kamu mana?" tanya seseorang tiba-tiba membuka pintu kamarnya.
Gathan membuka mata lalu bangkit dari rebahannya. "Ke tempat Mama."
"Nanti aku pulang jam enam. Kamu bisa temenin aku ke tempat Mama kamu?" tanya Kaltha lagi saat Gathan sudah sampai di hadapannya.
"Bisa, dong!" jawabnya percaya diri.
Kaltha mengangguk sekali kemudian beranjak hendak berangkat kerja. Namun, sebuah tangan melingkar di lengannya. Ia ditarik sedikit paksa mendekat ke arah Gathan. Dan yang terjadi setelahnya, Gathan mengecup pipi Kaltha singkat.
"Ck! Apa sih?" gas Kaltha lalu menyeka pipinya yang dicium Gathan.
"Semangat kerjanya!" ujarnya kemudian mengacak lembut rambut Kaltha yang hari ini sengaja ia gerai.
"Nggak jelas!" jawab Kaltha kemudian pergi berlalu dari hadapan Gathan.
Pemuda itu hanya terkekeh singkat lalu masuk dan menutup pintu kamarnya lagi. Ia ingin bersiap-siap untuk berangkat ke kampus lebih awal.
Kaltha melangkahkan kakinya menuju lift. Lalu turun menuju lobi. Setelah itu keluar dan menuju basement.
Singkat cerita, gadis Nadindra itu tiba di kantor dengan tepat waktu. Ia langaung duduk di mejanya dan kemudian dihampiri oleh Ditto. Karena Vanya sudah ambil cuti dari seminggu yang lalu, laki-laki jones itu mengambil tempat duduk di meja gadis itu.
"Selamat pagi Ibu Kaltha Nadindra," sapa laki-laki menyebalkan itu.
"Apa?" balas Kaltha agak tak santai.
"Dih, galak. Eh, betewe lo sama siapa besok ke nikahan Ibu Vanya?" tanya laki-laki itu bak tak ada kerjaan.
"Ya menurut lo?" masih dengan nada judesnya.
"Sama kekasih hati, ya? Duh enaknya kalau punya pacar. Mau kondangan nggak perlu pusing nyari gandengan," sambung Ditto menyindir diri sendiri.
"Makanya cari pacar, Ditto. Itu jari-jari lo udah berdebu sangking nggak ada yang ngisi," omel rekannya. "Eh, betewe kemaren gimana acara nonton lo? Berhasil?" sambung Kaltha tiba-tiba teringat dengan niat Ditto yang ingin mengajak Aira untuk nonton bioskop.
"Ya, bisa dibilang berhasil sih. Tapi, dia pulangnya langsung dijemput cowok, Tha. Kayanya pacarnya deh, soalnya ngeliat gue sinis banget. Kaya matanya bisa mengeluarkan samurai. Hih, serem!" Ditto agak bergidik di akhir kalimatnnya.
"Ah, masa?" heran Kaltha. Setaunya, Arin tidak punya pacar karena katanya belum menemukan yang pas. Juga gadis itu terlalu sibuk dengan jabatannya memang yang lebih tinggi dari Kaltha.
"Iyaa, Tha. Serem dah kalau lo liat."
"Abangnya kali, soalnya waktu gue, Vanya sama yang lain lagi cerita, dia ngaku kalau dia nggak punya pacar."
"Masa sih?" Ditto ikut skeptis.
"Yeu, dicoba aja dulu. Atau tanya 'kalau aku ajak jalan kamu ada yang marah nggak?' yahaa, kedengeran kaya buaya banget lo!" sambung si jelita menertawakan temannya.
"Terus dia ilfeel kan? Emang niat lo selalu busuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfiction"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020