Kaltha dan Miko langsung lari memasuki gedung yang menjadi tempat tinggal Gathan. Beruntung Miko tau alamat juga nomor kamar laki-laki itu, hingga keduanya tidak tersesat. Setelah sampai, pintu kamar Gathan memang sudah terbuka. Di sana terlihat Biru masih berusaha menyadarkan Gathan.
Kaltha datang menghampiri, ia lihat keadaan Gathan yang tampak buruk dengan bibirnya yang pucat. Ia juga melihat ke sekeliling yang terdapat banyak botol-botol berwarna hijau.
"Gathan kenapa?" tanya Miko ikut panik saat Kaltha bilang Gathan pingsan di apartemennya.
"Nggak tau, gue dateng udah kaya gini" jawab Biru.
"Bawa ke rumah sakit aja"
Kemudian mereka sama sama menggotong Gathan keluar ruangan. Tidak lupa Biru membawa kunci mobil Gathan karena mereka akan pergi menggunakan itu. Biru tidak bawa mobil, ia hanya naik motor karena niatnya memang cuma mampir.
Dengan kecepatan di atas rata rata, Biru berhasil membawa mobil Gathan beserta isinya selamat sampai tujuan. Ketiganya kembali menggotong Gathan masuk ke rumah sakit. Beruntung pihak medis cekatan dan langsung mengeluarkan brankar untuk membawa Gathan menuju ruang pemeriksaan. Ketiganya menunggu di luar, tentu dengan perasaan tak tenang. Apa yang terjadi sebenarnya? Bahkan Biru masih memakai seragam sekolahnya.
"Kenapa sebenarnya?" tanya Kaltha sedikit ngos-ngosan.
"Gue juga kurang tau, Tha. Pulang nongkrong gue disuruh nyokap buat liat Gathan dulu. Terus pas sampai sana Gathannya udah pingsan" jelas Biru juga sedikit ngos-ngosan.
Biru dan Gathan sudah berteman cukup lama. Dan orang tua mereka juga saling mengenal dekat. Jadi jika terjadi apa-apa, pasti keluarga Biru ikut turun tangan.
"Botol botol itu... Gathan minum semua?" tanya Kaltha ragu.
"Ya, emang ada orang lain lagi?" balas Biru cukup logis.
Iya sih, tapi Kaltha sedikit ngeri membayangkan Gathan minum tujuh, tidak mungkin delapan botol itu sendirian. Sangat tidak masuk akal dan juga membuat ia merinding.
"Sekarang lo tau kenapa gue nggak mau lo deket-deket Gathan kan?" kini giliran Miko yang bicara.
Kaltha hanya menunduk tak berani membalas apa-apa.
"Tapi nggak separah itu juga kok, Tha... kan nggak sering" imbuh Biru sembari menyentuh pundak Kaltha.
"Nggak separah itu, kalau ada yang lebih parah gimana?" sahut Miko sedikit menaikkan intonasi suaranya.
"Ya kita jaga sama-sama. Jangan langsung mikir negatif, Miko. Mikir tuh yang positif-positif biar hasilnya juga baik"
"Terserah"
"Tuh kan, dibilangin juga"
"Terus sekarang Gathan gimana?" tanya Kaltha setelah perdebatan itu usai.
"Ya gimana, kita tunggu aja sampai dia selesai diperiksa" balas Biru kemudian melipat tangannya. Udara dingin mulai menusuk kulitnya hingga kemeja berbalut jaket kulit itu tidak mampu melindunginya dari udara dingin.
Cukup lama menunggu, seorang Dokter keluar dan menghampiri ketiganya. Mereka pun langsung mendatangi Dokter tersebut untuk bertanya perihal Gathan.
"Gimana, Dok?" tanya Biru.
"Pasien mengalami overdosis. Dia mengonsumsi obat dan alhokol terlalu banyak hingga hilang kesadaran" jawab Dokter tersebut membuat jantung mereka yang mendengar merosot seketika.
"Saat ini pasien sudah ditangani dan sudah dipindahkan keruang perawatan" sambung sang Dokter.
Kemudian Dokter itu pun pamit meninggalkan ketiganya. Mereka kompak menghela napasnya dan terduduk di kursi tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfic"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020