Dua pencuri hati kaum hawa itu berjalan menuju kantin. Sebelum melanjutkan ke kelas berikutnya, Gathan dan Biru memutuskan untuk makan sejenak. Karena sejak tadi, perut Sabiru Dewangga demo minta diisi. Membuat Gathan berulang kali menatap sinis ke arah sahabatnya. Jadi dari pada di kelas berikutnya ia semakin tidak konsen karena bunyi gemuruh yang merdu, lebih baik mereka mengisi perut dulu.
"Lo mau makan apa?" tanya Biru saat Gathan mengambil tempat duduk di salah satu meja.
"Nggak, lo aja. Gue mau air mineral aja satu," pesannya kemudian mengeluarkan ponsel untuk melihat-lihat isinya.
"Ngoghey," laki-laki bermata sipit itu pun pergi untuk membeli makanan dan minuman milik Gathan.
Kantin tak ramai, hanya diisi oleh beberapa orang saja yang sedang duduk-duduk santai sembari bertukar cerita. Gathan membuka instagram, melihat beragam isinya kemudian membuka instastory milik temannya. Madaharsa, laki-laki berjas hitam itu nampak sibuk dengan pekerjaanya. Nampak oleh Gathan ia memotret laptop dan beberapa berkas di atas meja. Lalu dengan caption jam yang menunjukkan pukul 08.36. Itu artinya sudah tiga jam yang lalu. Bergeser ke sebelah, ada Miko yang membagikan wajah dirinya namun dengan gambar yang blur. Lalu difotonya terdapat tulisan 'finally'. Mungkin skripsinya sudah di acc.
"Gathan," panggil seseorang dari sisi kanannya. Ia liat siapa gerangan, namun buru-buru mengalihkan pandangan.
"Kelas kamu udah selesai?" sambung orang itu tak menyerah meski sudah diacuhkan.
Gathan tak menjawab lagi, ia hanya fokus pada ponselnya yang menampilkan banyak aplikasi.
"Kamu serius bakal diemin aku selamanya?" masih tak mau membalas, laki-laki itu malah membuka kontak dan menelepon salah satu yang ada di sana.
"Halo? Iya, gue otw sekarang," kemudian setelahnya ia mematikan sambungan dan bangkit dari duduk.
"Than, tunggu," cegahnya menarik tangan Gathan.
Pemuda jangkung itu menatap tak santai ke arah lawan bicaranya. Menandakan bahwa ia benar-benar tak senang dengan kehadiran gadis itu.
"Kamu kenapa sih?" marah Audrey. Ia ikut berdiri dan menatap Gathan nyalang.
"Lo yang kenapa?" ia melanjutkan jalannya meninggalkan si jelita yang masih bertanya-tanya tentang apa yang terjadi pada Gathan.
"Tunggu!" Audrey kembali menarik tangan Gathan agar laki-laki itu berhenti, sontak saja itu membuat atensi kantin tertuju pada mereka berdua.
"Aku kenapa? Memang aku kenapa? Kamu yang kenapa, Than? Aku jauh-jauh pulang dari Swiss cuma mau ketemu kamu!" nada bicaranya tinggi. Membuat beberapa pasang mata yang ada di sana enggan berpaling.
"Gue nggak pernah minta lo balik. Gue juga nggak mau ketemu lo lagi," jawab Gathan tanpa menatap mata lawan bicaranya.
"Than? Kenapa? Kok... ada Audrey?" Biru datang setelah mendengar nada tinggi yang ia kenali. Ia juga melihat Gathan di marahi oleh seorang gadis.
"Tau, tanya sama orangnya," setelahnya ia pergi. Benar-benar pergi dan tak dihalang lagi oleh Audrey. Karena pergelangan tangan gadis itu dicengkram oleh Biru.
"Lepas Biru!" serunya meronta-ronta.
Biru melepas pegangannya, ia menatap si jelita yang sudah banjir air mata. "Nggak usah dikejar, lo nggak tau apa yang dia lewati sampai bersikap kaya gitu," ujarnya lugas. Setelahnya, Biru ikut pergi menyusul Gathan. Melupakan makan siangnya yang sudah ia bayar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfic"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020