#OurLittlefamily: The Geng dan Ekornya

357 29 11
                                    

"Sayang, aku berangkat dulu, ya. Bajunya Atan udah aku siapin di kamar. Nanti langsung berangkat aja aku nyusul. Sama satu lagi, hadiahnya Ruby itu di atas meja nanti sekalian dibawa. Aku berangkat dulu," dengan terburu-buru Kaltha menyiapkan barang-barangnya sembari berpamitan.

"Nggak sarapan dulu?" tanya Gathan yang sudah menyajikan sepiring omelet di atas piring dan siap dimakan.

"Nggak keburu," jawabnya kemudian mencium pipi Gathan.

"Nanti pulangnya jam berapa? Nggak kelamaan, 'kan?" tanya Gathan setelah melakukan hal yang sama pada kedua pipi istrinya.

"Nggak, aku cuma ketemu klien aja. Habis itu aku langsung nyusul. Oh ya, jangan kasih Atan cokelat, ya."

"Iyaaa"

"Bye~~"

"Ibu..." baru saja ia hendak membuka pintu. Suara rengekan dari Rathan membuat langkahnya berhenti.

Ia lihat putranya baru saja bangun sembari menggosok sebelah matanya. Si Ibu menghela napas kemudian menghampiri buah hatinya yang masih setengah sadar. Ia langsung menggedong anaknya sembari berusaha membuatnya tidur kembali. Ia usap punggung Rathan dengan penuh sayang dengan harapan bisa membuat putranya tenang.

Dering ponsel membuat Kaltha duduk untuk mengangkat panggilan itu.

"Iya Mas?" buka Katha sembari terus mengusap-usap punggung si kecil.

"Iya sebentar lagi saya ke sana," balas Kaltha bicara dengan teleponnya.

Tepat setelah panggilan terputus, Rathan pun tertidur. Balita itu langsung diambil alih oleh Ayahnya untuk dipindahkan lagi ke kamar. Setelah anaknya aman bersama si Ayah, Kaltha langsung berangkat menemui kliennya.

Singkat cerita, Rathan sudah rapi dengan pakaian yang disiapkan Ibu. Tapi sebelum berangkat, ia mampir dulu ke kafe Ayah. Sembari memegang jari Ayahnya, anak itu jalan memasuki kafe yang sudah siap untuk menerima pesanan.

"Hai Atan!!" sapa seorang perempuan akhir belasan bersemangat menyambut seseorang yang datang.

"Jangan di kasih coklat Ra," pesan Gathan sebelum masuk ke dapur.

"Beres pak bos!" jawab wanita yang dikenal sebagai Rara itu.

"Atan mau ke mana? Ganteng sekali," puji wanita itu menaikkan si bocah ke atas meja kasirnya.

"Mau ulang tahun. Uby ulang tahun kak," jawabnya senang.

"Temennya Atan?" tanya Rara lagi.

"Iyaa," jawabnya.

Mendengar cara bicara Rathan yang menggemaskan, Rara mencubit lembut pipi anak dari atasannya.

"Atan mau itu," pintanya menunjuk cokelat yang ada di belakang Rara.

"Tidak boleh. Ayah bilang tidak boleh mam coklat," jawab Rara kemudian berusaha menutupi coklat itu dari pandangan Rathan.

"Atan, ayo berangkat. Ruby udah nungguin," ujar Gathan keluar dari dapur.

"Atan mau cokelat," pintanya merengek pada sang Ayah.

"Tidak. Ibu bilang tidak boleh mam cokelat," jawab Gathan kemudian menggendong buah hatinya.

"Mauu... Atan mau coklaat..." rengeknya dengan tangan yang mencoba menjangkau cokelat itu.

"Tidak. Nanti Ayah dimarahin Ibu," tolak Gathan mendudukkan Rathan di baby car seat.

Setelah anaknya aman di tempat duduknya, Gathan masuk ke mobil. Ia lihat anak laki-lakinya mulai menangis.

"Jelly aja, ya?" bujuk Gathan menunjukkan jelly kecil dengan bentuk beruang.

Atelier✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang