Dua orang itu menunggu di depan ruang IGD. Mondar-mandir layaknya setrika panas di atas kain. Menggigiti kuku seolah tak ada makanan lain. Siapa lagi kalau bukan Biru. Ia tidak tenang saat melihat Gathan tidak bergerak sama sekali. Bahkan bernapas pun nampaknya ia tidak. Itu membuat bebannya bertambah karena bingung harus mengatakan apa pada Papa Gathan saat pria itu bertanya. Ya, Landani memang cukup percaya pada Biru hingga beberapa kali beliau bertanya pada sahabat anaknya tentang apa-apa saja yang sedang Gathan lalui. Bahkan Papa Gathan juga sudah tau kalau anaknya baru putus.
"Tenang, Ru," celetuk Audrey yang capek sendiri melihat Biru.
Biru menghela napasnya. Akhirnya ia berhenti juga. Pemuda itu bersandar pada tembok sembari memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Sebenarnya apa yang ada dipikiran Gathan sampai menceburkan diri ke kolam? Apa ia sudah gila?
"Jangan bilang sama Kaltha kalau Gathan tenggelam," sambung Biru menatap gadis di sebelahnya.
"Kenapa?" heran gadis itu. Ya, dia bingung saja, bukannya di saat seperti ini, Kaltha yang harus tau?
"Dia lagi sibuk ngerjain proyek buat promosi. Takutnya jadi beban pikiran."
Audrey mengangkat bahu, "Gue juga nggak ada niatan ngasih tau."
Biru mengangguk sembari memejamkan matanya. Mencoba menenangkan kepalanya yang terasa sangat kacau.
Dokter yang menangani Gathan menghampiri mereka. Itu membuat semua perhatian yang ada pada Biru dan Audrey hanya tertuju pada sang Dokter.
"Pasien dalam keadaan baik. Detak jantungnya kembali normal. Hanya saja pasien masih dalam keadaan koma karena otaknya kehilangan oksigen dalam waktu yang lama," jelas dokter tersebut membuat Biru dan Audrey menghela napas kompak.
"Terima kasih, Dok," ucap Biru setelah kelegaannya.
Dokter tersebut mengangguk kemudian pergi dari sana. Memang rasanya sedikit lega mengetahui Gathan tidak apa-apa. Hanya saja, kepalanya terus memikirkan apa yang harus ia katakan pada Papa Gathan? Bagaimana caranya ia menjalaskan? Disaat seperti inilah Biru benci menjadi kepercayaan seseorang.
"Gue nggak mau!" tolak gadis itu keras. Si pemuda baru saja mengatakan maksud kedatangannya. Tapi gadisnya menolak dengan nada tinggi. Tunggu, gadis itu sudah bukan gadisnya lagi.
"Tha, aku mohon. Mama lagi dalam keadaan nggak baik. Dia cuma mau ngobrol sama kamu, Tha. Tolong temui Mama sekali aja," mohonnya sekali lagi kini dengan kedua tangannya yang menyatu.
"Nggak mau! Nyokap lo ya urusan lo! Kenapa jadi masalah gue?!" nadanya makin tinggi. Ya, ia tau memang permintaan itu sangat sulit untuk ukuran pasangan yang sudah tak lagi memiliki hubungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fiksi Penggemar"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020