Beberapa minggu berlalu. Kini tibalah saat bahagia bagi Vanya dan Madaharsa. Pernikahan yang diselenggarakan secara outdoor seperti keinginan Vanya. Nuansa pesta yang jika melihat sekeliling hanya diisi oleh putih dan hijau. Kira-kira seperti ini pesta pernikahan mereka;
Kaltha bergumam kecil dengan pemandangan di depannya. Rasanya terharu sekaligus bangga. Teman sepergibahan kantornya menikah setelah dua tahun menjalin hubungan dengan pasangannya. Ya, setelah dua tahun mereka akhirnya melangkah maju. Lalu Kaltha? Sudah hampir lima tahun hubungan mereka, tetap saja jalan di tempat. Ia tidak berharap lebih, namun wajar 'kan jika sedikit merasa sedih?
Kaltha dan Gathan memilih duduk di salah satu kursi yang telah di susun menjadi sejajar. Acara pemberkatan akan segera dimulai. Para tamu undangan juga sudah berdatangan. Banyak tamu yang kagum dengan dekorasi pernikahan mereka. Mereka semua mengambil posisi di kursi masing-masing, dan pemberkatan pun dimulai.
Kaltha melihat kedua ibu dari mempelai jalan berdampingan menuju altar dengan lilin di tangan. Lilin itu sebagai tanda bahwa restu sudah diberikan pada kedua mempelai. Setelah penyalaan lilin, Mada pun keluar sendirian, berjalan di antara kursi-kursi yang berbaris rapi di kanan dan kirinya. Lihatlah betapa hebatnya Mada menyembunyikan rasa gugupnya. Itu mungkin karena ia sudah biasa menghadapi rasa gugup, jadi tidak terlalu kentara bahwa hatinya di dalam sana sedang gonjang-ganjing. Setelah Mada, lalu keluarlah Vanya. Perempuan itu mengenakan gaun ala-ala princess. Nampak sangat pas pada tubuhnya. Ia juga memegang sebuket bunga Gypsophilla atau juga dikenal sebagai Baby Breath. Wajahnya tertutup oleh kain tile yang tersangkut pada mahkotanya. Pun tile itu menjuntai ke belakang sampai terseret di atas kain yang dipijaknya. Mada yang menatap itu sedikit mengukir senyum. Astaga, wanitanya secantik ini saat mengenakan gaun pernikahan. Bahkan ia tak percaya gadis itu akan menjadi istrinya sekarang.
Hingga akhirnya, si jelita yang hari ini tengah berbahagia sampai di hadapan pasangannya. Mereka saling menggandeng tangan dengan wajah senang luar biasa. Tidak menyangka ini akan jadi perjalanan baru mereka. Perjalanan yang akan ditempuh berdua. Susahnya, senangnya, dan hal-hal rumit lainnya.
Setelah mendengar pembuka dari pendeta, berdoa, janji suci, pengenaan cincin pernikahan dan hal-hal lainnya, acara pemberkatan pun selesai. Kedua mempelai berjalan dengan dilempari bunga dari kanan dan kiri. Mereka akan melaksanakan sesi foto bersama para undangan. Kaltha sedikit menitikkan air mata. Begitu terharu dengan prosesi pernikahan sahabatnya. Ia jadi berkhayal kalau suatu saat akan menikah juga dengan Gathan. Duduk di depan penghulu, Gathan mengucapkan akad, dan saksi berujar 'sah'. Astaga ia tidak bisa bayangkan rasa bahagianya seperti apa. Mungkin ia bisa jungkir-balik jika hal itu terjadi. Namun seketika, khayalannya buyar kala sebuah jemari mengisi kekosongan di sela-sela jarinya. Tentu, pelakunya tak lain tak bukan adalah Gathan Birawa Landani. Pemuda yang saat ini sangat tampan dengan setelan jas dan bunga putih di sakunya. Ngomong-ngomong, Kaltha memutuskan untuk memakai gaun pemberian Gendis dalam pernikahan sahabatnya. Rasanya cocok saja dengan dress itu. Dan Gathan, ia memakai jas miliknya sendiri yang masih terlihat sangat bagus meski sudah dua tahun tak terpakai. Itu hadiah dari kakeknya saat ia berulang tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfiction"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020