Gathan dan Biru sampai di unit Gathan. Lelaki bernama lengkap Sabiru Dewangga itu ingin menginap di sana, katanya ingin curhat. Entah apa yang pemuda itu galaukan hingga harus menginap di unit apartemen sahabatnya.
Biru masuk ke kamar sahabatnya, membanting tas juga membanting tubuhnya. Sementara Gathan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia menatap langit-langit kamar Gathan. Memikirkan bagaimana kelanjutan kisah cintanya. Apa ia menyerah saja? Atau terus berjuang entah untuk apa?
Perkara cinta memang bukan dia pakarnya. Dia mah pakar selingkuh. Jadi kalau bosan atau apa, tinggal cari yang baru aja. Dia nggak bisa menyelesaikan masalah yang dia dan pasangannya alami. Karena menurutnya, yang namanya pacaran pasti juga bakal putus. Nggak usah serius-serius banget. Makanya dia kalau punya pacar nggak cukup satu. Sekali pacaran bisa sampai dua atau tiga. Kalau ketahuan, dia putusin semua. Terus cari cewek lain lagi. Makanya sobat yang lain suka heran pacar Biru ini sebenarnya siapa. Gandengannya ganti-ganti terus. Jadi sekalinya ingin serius, dia bingung harus apa.
Tak lama, Gathan keluar dari kamar mandi. Dengan pakaian lengkap tentu saja. Pemuda itu mendudukkan diri di ranjangnya sembari meraih ponsel yang tersimpan di atas nakas.
"Mandi sana!" titah Gathan saat melihat tak ada pergerakan apa pun dari Biru.
"Males, ntaran aja," jawab lelaki itu sembari merenggangkan tubuhnya.
Gathan tak memaksa, biarkan saja Biru melakukan semaunya. Kalau dia mau ya bagus, kalau nggak ya udah.
"Than," panggil Biru setelah cukup lama terdiam.
"Hm?" balas sahabatnya tanpa menoleh.
"Gimana caranya dipercaya sama orang tuanya pacar?" tanya Biru mulai menumpu perhatian pada Gathan.
Laki-laki yang ditanya itu menghela napas, melirik langit-langit sembari berpikir. Gimana caranya, ya?
"Lo nanya gue?" tanya Gathan membuat Biru mengangguk.
"Gue juga nggak tau. Tapi kalau lo tau jangan lupa bagi-bagi. Mau gue terapin ke Navi," jawab Gathan kembali fokus pada ponselnya.
Sementara Biru yang mendapat balasan itu hanya mendengus. Jawaban yang sangat-sangat membantu. Bahkan Biru sangat berterima kasih untuk itu.
"Kenapa sih? Nggak direstui lo?" tanya pemuda itu lagi tanpa menoleh.
"Iyaaa," jawab sahabatnya dengan nada yang menyedihkan.
"Kasian," balas Gathan iba. Tapi dari nada yang ia ucapkan, tak terdengar sedikit pun rasa prihatin terhadap sahabatnya. Bahkan terdengar meledek di telinga Biru.
"Tai!" teriaknya sembari melempar bantal ke arah orang yang ia umpati.
Sabiru membuka ponselnya. Ingin mengirimi pesan pada orang yang sudah lebih dari seminggu ini jadi pacaranya. Isi konversasi mereka baik-baik saja, seperti pasangan pada umumnya. Namun kalian tak tau saja, bahwa Shafa harus mati-matian menyembunyikan pesan Biru agar tak dibaca orang tuanya.
"Kenapa bisa nggak direstui?" tanya Gathan kini meletakkan ponselnya dan menatap Biru.
"Dia punya strict parents. Keluar malem aja nggak boleh. Keluar siang kalau nggak sama temen ceweknya juga nggak dibolehin. Dan yang lebih nyebelin, dia nggak dibolehin keluar bareng cowok," cerita Biru tanpa mengalihkan pandangan.
"Lebih parah dari Navi?" Gathan bertanya lagi.
"Navi mah cuma protektif. Ini tuh udah kaya di penjara, anjrit!"emosi Biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fiksi Penggemar"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020