"Jauhin dia sekarang"
Kaltha terdiam mendengar perkataan Miko barusan. Kenapa Miko memintanya untuk menjauh dari Gathan. Apa yang salah dengan lelaki itu? Bukankah Gathan termasuk orang yang menyenangkan walau terkadang juga menyebalkan. Lalu, apa yang salah dengan itu?
"Kenapa?" tanya Kaltha singkat.
"Pokoknya jauhin" tekan Miko lagi.
"Kalau gue nggak mau?"
"Harus mau! Mau nggak mau lo harus jauhin dia!" sambung Miko menikkan oktaf suaranya.
"Kenapa? Kasih gue alasan" tanya Kaltha lagi.
"Gue nggak bisa bilang. Pokoknya lo harus jauhin dia dari sekarang kalau lo nggak mau kenapa kenapa"
"Apa sih? Gue nggak ngerti. Kasih gue penjelasan singkat kenapa gue nggak boleh dekat dia?"
"Pokoknya nggak"
"Yaudah, gue nggak mau ngejauh dari Gathan"
"Tha, please..." bujuk Miko kini memelas.
Kaltha memutar bola matanya. "Nggak mau ya, Miko. Lagian lo udah janji buat nggak ngatur ngatur gue kaya Kak Navi. Terus sekarang apa?"
"Iyaa, tapi untuk kali ini aja dengerin gue. Gue nggak mau lo kenapa kenapa, Tha"
"Kalau lo nggak ngasih tau gue alasannya apa, gue nggak bakal ngejauh dari Gathan"
"Gue nggak bisa"
"Yaudah, gue nggak bakal ngejauh dari dia" final Kaltha kemudian mendorong Miko untuk keluar dari kamarnya.
Sstelah pintunya tertutup rapat, ia menyandarkan tubuhnya di pintu. Memikirkan kembali beberapa kalimat yang ia lontarkan untuk Miko. Apa dia barusan mempertahankan Gathan untuk terus bersamanya? Tapi kenapa? Bukankah ia harusnya senang karena lelaki cerewt itu tidak akan lagi mengganggunya. Tapi, ada sebagian kecil dalam hatinya yang tak ikhlas jika kehidupannya kembali seperti semula. Terlalu monokrom dan motonon.
Kaltha menepuk lembut kepalanya. Dia pasti bilang begitu karena tidak ingin Miko mengatur ngaturnya kan? Bukan karena ia ingin terus bersama Gathan kan? Iyakan? Pasti iya.
Gadis Nadindra itu naik ke ranjangnya kemudian menutup seluruh tubuhnya dengan selimut untuk tidur. Melupakan janjinya kepada Bunda untuk langsung makan setelah bersih bersih diri.
"Bun, Yah, Kaltha berangkat ya" pamit Kaltha setelah meneguk susunya sampai habis. Tak lupa ia salam pada Bunda dan Ayah yang masih menikmati roti selai pagi ini.
"Assalamualaikum" ucap Kaltha kemudian pergi meninggalkan meja makan.
"Tha, tungguin!" seru Miko kemudian buru buru menghabiskan susunya.
"Pelan pelan, ntar keselek!" tegur Oza namun putra satu satunya itu tidak menghiraukan perkataan Bundanya.
Setelah segelas susu itu habis, ia langsung berlari mengejar sepupunya yang sudah berjalan cukup jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fiksi Penggemar"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020