#BeforeDating: Susu Kotak dan Senyum Gathan

663 118 32
                                    

Kaltha berjalan santai dikoridor. Sekolah sudah cukup ramai karena tadi pagi ada drama dulu bersama Tamiko Radiansyah. Tapi untung saja pagar belum ditutup, jadi masih bisa masuk walaupun bel sudah berbunyi sejak tiga menit yang lalu.

"Pagi Kaltha" sapa seseorang yang berdiri ditembok kelas.

Kaltha acuh dan terus berjalan meninggalkan si tersangka yang pagi pagi sudah absen mengganggui dirinya.

Lelaki itu mengejar langkah Kaltha hingga ia berhenti tepat di depan gadis Nadindra itu. Kaltha menghela napasnya, sejak kemarin lelaki ini terus terusan mengiriminya pesan. Dan tentu saja, tidak satupun pesan darinya yang Kaltha balas.

"Apa sih mau lo?" tanya Kaltha tidak santai.

"Masih pagi jangan marah marah. Awali lah pagimu dengan senyum manis Gathan. Hehe" ujarnya sembari tersenyum cerah ke arah Kaltha.

Gadis itu memutar bola matanya. Apaan sih ni orang? Nyengar nyengir kaya orang gila. Begitu pikirnya.

"Nggak jelas" ucapnya kemudian pergi lagi meninggalkan Gathan yang merasa sedih karena diacuhkan.

Tak menyerah, lelaki jangkung ini kembali mengejar Kaltha dan berdiri dihadapan gadis itu hingga langkahnya terhenti.

"Nih, susu kotak. Biar itu muka nggak cemberut terus" ujarnya sembari menyerahkan sekotak susu untuk Kaltha.

Namun bukannya tersenyum senang, Kaltha malah semakin mengerut wajahnya.

"Gue nggak suka susu stroberi!" balasnya kemudian pergi lagi meninggalkan Gathan.

Pemuda itu terdiam lagi. Dia pikir semua perempuan suka susu stroberi. Soalnya kan lucu, warnanya pink. Ternyata Kaltha nggak ya, kalau begitu berarti...

"Lo nggak suka susu stroberi? Sama dong. Jangan jangan kita–" Gathan langsung membungkam mulutnya saat Kaltha berhenti dan menatapnya tajam.

Tanpa mengucap sepatah katapun, Kaltha pergi memasuki kelasnya. Meninggalkan Gathan yang diam diam menaruh harapan pada kata benci menjadi cinta. Sungguh rasanya Gathan ingin mutilasi pencipta kata kata benci jadi cinta itu. Bikin orang jadi berharap aja.

.

.

.

.

Di perpus Kaltha sedang melakukan hal yang biasa ia lakukan. Menggambar. Dengan lihai tangannya bergerak menuntun pensil pada sebuah imajinasi yang ada dikepalanya. Dengan ditemani musik lewat earphone-nya, kaki Kaltha yang hanya dialas kaus kaki itu bergerak mengetuk ngetuk lantai mengikuti irama musik yang ia dengar.

"Siang, Tha" ucap seseorang membuat Kaltha menghela napasnya.

"Nih, ada tiga varian susuk kotak. Lo pilih aja" sambungnya memperhatikan Kaltha yang fokus pada buku gambarnya.

"Nggak suka semua" balas Kaltha acuh.

"Tau nggak kalau bohong itu dosa?" tanya Gathan membuat Kaltha memutar bola matanya.

"Taulah, gila lo" balasnya sedikit sarkas.

"Ooh, kirain nggak tau. Berarti kamu tadi berdosa, Tha" balas Gathan lagi membuat jemarinya yang sedang menari itu berhenti.

"Kamu?" tanya Kaltha seperti salah dengar.

Gathan diam, baru sadar kalau dia menggunakan kata ganti yang berbeda.

"Maaf, keceplosan" ucap Gathan dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya.

Kaltha menghela napasnya kembali. Tidak memikirkan lebih lanjut perihal Gathan yang banyak tingkahnya.

Atelier✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang