#BeforeDating: Notebook Penjaga Rahasia

210 46 16
                                    

"Sama Gathan?"

Kaltha terdiam. Ia bingung harus menjawab apa. Padahal memang iya kalau dia pulang bersama Gathan. Tapi Kakaknya tau dari mana? Apa jangan-jangan...

"I-iya," jawab Kaltha ragu. Ia takut Kakaknya marah.

"Pacar kamu?" tembak Navi lagi.

"B-bukan. Cuma temen kok," jawab Kaltha mencoba menjelaskan.

"Jauhin," perintahnya begitu saja.

Kepala Kaltha yang menunduk seketika mendangak. Menatap Kakaknya yang seolah tak peduli dengan perintahnya barusan. Ia kembali membuka ponsel dan memainkan benda pipih itu.

"Nggak bisa," jawab Kaltha akhirnya.

"Kenapa?" kepo Navi tapi masih dengan nada yang santai.

"Ya, nggak bisa aja."

"Jauhin," titahnya lagi.

"Kak, nggak mau," tolak gadis itu.

"Kenapa? Karena dia pacar kamu?" Navi meletakkan ponselnya. Menatap si adik dengan pandangan selidik.

"Bukan, tapi Kaltha nggak mau aja jauhin dia," jelas Kaltha.

"Ya udah, kalau bukan pacar kenapa nggak mau? Bukannya lebih mudah karena dia bukan pacar kamu?"

Kaltha berdecak. Bagaimana menjelaskannya? Ia tidak mau disuruh menjauh begitu saja dari Gathan. Ia telanjur... Nyaman.

"Kak Navi nggak mau liat kamu deket sama dia lagi. Kalau ketahuan, kamu Kakak pindahin sekolahnya," ancam Navi namun malah membuat Kaltha makin tak gentar.

"Terserah! Kaltha nggak peduli. Kaltha mau temenan sama Gathan terus. Kak Navi nggak boleh ngatur-ngatur Kaltha!" sstelahnya gadis itu melangkah menjauh dari sana.

Ia naik menuju kamarnya dan membanting keras pintu. Biar Kakaknya tau, kalau ia tidak mau disuruh menurut terus. Biar Navi tau, kalau ia serius dengan ucapannya. Biar Navi mengerti, kalah Kaltha sudah dewasa dan bisa memilih sesuatu yang layak untuk kehidupannya.

Si Kakak yang melihat itu menghela napas. Padahal permintaannya tak sulit. Hanya berhenti bergaul dengan laki-laki bernama Gathan. Tapi kenapa adiknya jadi sensitif begitu?

Pintu kamar Kaltha diketuk dari luar. Membuat si cantik yang tengah duduk di atas kasur sembari menekuk lutut itu menoleh tapi tidak berniat untuk membiarkan orang itu masuk.

"Tha, ini Miko," ujar orang itu karena tak mendapat balasan dari Kaltha.

Gadis itu langsung bangkit dari duduknya. Dengan langkah yang bahkan terdengar keras, gadis itu berjalan menuju pintu lalu membukanya. Membiarkan Miko masuk lalu mengunci pintu kamarnya lagi.

"Lo yang kasih tau Kak Navi 'kan?" tuduhnya begitu saja.

"Nggak," jawab Miko menyanggah tuduhan sepupunya.

"Bohong!" seru Kaltha bersikeras bahwa Miko yang melaporkan tentang kedekatan ia dan Gathan.

"Serius, Tha. Gue nggak ada bilang ke Navi," jelas Miko lagi.

"Terus dari mana Kakak gue tau?" nada bicaranya tinggi. Ia masih yakin bahwa Miko lah yang mengadu. Karena kemarin dia yang bersikukuh agar Kaltha jangan bersama Gathan.

"Tha, antek-antek kakak lo banyak. Mata-mata dia ada di mana-mana. Ya, kali Navi nggak tau apa yang lo lakuin selama ini!" Miko ikut meninggikan suaranya. Mendengar Kaltha menuduhnya yang tidak-tidak membuat lelaki itu ikut tersulut emosi.

Bahu Kaltha melemah. Benar juga. Navi punya banyak bawahan. Bisa saja salah satu dari mereka diperintahkan untuk mengawasi Kaltha dari jauh. Lalu saat mengetahui ada yang tidak beres dengan adiknya, Navi bertindak seakan dia adalah cenayang.

Atelier✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang