Agustus 2015
Seorang lelaki tengah tertidur dengan wajah telungkup dan lengan menjadi bantalan keningnya. Pagi ini, lagi lagi ia bolos pelajaran pertama. Memang pelajaran sejarah paling ngebosenin, bikin ngantuk, ditambah gurunya kebanyakan cerita sejarah. Iya sejarah, tapi bukan sejarah Indonesia, sejarah masa lalu Beliau. Apa nggak lebih baik tidur diperpus aja Gathan dari pada dengerin cerita nggak jelas dari Bu Yosi.
Disaat tengah enak enaknya tidur, ada suara deheman yang membuat Gathan menegakkan kepalanya. Ia lihat seorang gadis dengan wajah tak bersahabat dan sebuah buku gambar berukuran sedang ditangannya.
Gathan menaikkan sebelah alisnya sebagai pertanyaan 'kenapa?'
Gadis itu memutar bola matanya. "Minggir, itu kursi gue" ujar gadis itu.
"Kursi lo?" heran Gathan. Ini kursi perpus kenapa jadi hak milik gadis berambut panjang dengan wajah datar seperti dia ini.
"Iyaa" jawabnya tak santai.
"Ini kursi perpus, bukan kursi lo" jawab Gathan lagi.
Gadis itu menghela napasnya, karena malas berdebat, ia memilih untuk pergi saja dari sana. Namun, belum sempat kakinya melangkah, tangan kanannya sudah ditahan oleh Gathan.
"Iya iya, nih duduk deh disini" ujar lelaki itu kemudian bangkit dari duduknya. Ia pun pergi meninggalkan gadis berambut kuncir kuda itu.Gadis itu pun duduk dikursi yang biasa ia duduki. Kemudian mengerjakan pekerjaan yang biasa ia kerjakan. Menggambar.
Kriiingg!!!
Bel berbunyi, seluruh siswa berhamburan keluar dari kelas masing masing. Kecuali Gathan yang sudah ada diliuar sejak pelajaran pertama karena males ketemu Bu Yosi.Pemuda itu berjalan dikoridor. Sesekali ia juga menyapa beberapa temannya yang juga sedang ngumpul di koridor kelas. Entah kemana kakinya ini ingin pergi. Padahal ia sudah menyusuri seluruh sekolah namun tetap tak menemukan tujuan.
Gathan berhenti, kemudian bersembunyi dibalik tiang koridor. Ia lihat baik baik seorang perempuan yang tengah bicara dengan laki laki bertubuh tinggi dengan lesung dipipinya. Tunggu, ini cewek yang tadi diperpuskan? Kok galaknya ilang? Kok nggak judes? Kok dia punya ekspresi? Kirain itu muka emang datar banget kaya aspal jalan.
"Dor! Hayoloh kaget" seru seseorang sembari menepuk bahu Gathan. Membuat lelaki itu jadi terlonjat karenanya.
"Bangsat!" serunya mengumpati manusia dengan mata sipit segaris ini.
"Kalem. Lagian ngapain sih lo ngintip ngintip? Ntar matanya bintitan tau rasa" balas orang itu. Dia adalah Biru. Sahabat dari Gathan yang nyebelinnya sampe pengen nyeburin dia ke sungai Han.Gathan tak membalas, ia kembali pada kegiatannya. Mengintai gadis tak berperasaan yang sudah mengganggu acara tidur paginya.
"Udah nemu pengganti nih ceritanya?" tanya Biru ketika sadar bahwa sahabatnya tengah menatap perempuan.
"Apaan sih?" balas Gathan acuh.
"Jujur aja kali, atau mau gue kenalin sekalian?"
"Temen lo?"
"He'em, sekretaris osis" jawab Biru dengan anggukan kecil.
Gathan hanya manggut manggut mendengar penuturan sahabatnya.
"Emang anaknya aneh gitu, ya?" tanya Gathan lagi.
"Aneh?" heran Biru. Karena lelaki itu merasa tidak ada yang aneh dengan sekretaris osis itu.
"Iyaa, dia bilang kursi dipojok perpus itu punya dia. Yakali, kan itu punya perpus" ujar Gathan masih mengintai gadis yang asyik bercanda itu.
Alih alih menjawab, Biru malah tertawa. Seolah perkataan Gathan barusan sangatlah lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfiction"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020