Gathan Menaiki motornya yang terparkir rapi di antara motor-motor yang lainnya. Sebelum pergi ke kampus, Gathan ingin mengantar ponselnya dulu untuk diperbaiki. Layar ponselnya retak bahkan tak menampilkan gambar apapun selain warna hitam. Kaltha pasti sangat kecewa hingga membanting ponselnya dengan begitu kencang. Bahkan perasaan kecewa itu masih bisa Gathan rasakan saat tak sengaja bertemu Kaltha di lobi. Gadis itu bahkan tak mau melihatnya. Mengacuhkan dia seakan tak melihat apa-apa.
Sebelum menyalakan kendaraannya, sebuah motor berhenti di sebelahnya. Gathan kembali membuka helm karena mengetahui siapa pengendara itu.
"Kenapa nggak ngangkat telepon?" tanya orang itu yang tidak lain tidak bukan adalah Biru. Sejak tadi ia sibuk menelepon Gathan tapi tak diangkat. Membuat ia jadi penasaran apa yang terjadi pada sahabatnya. Langsung saja pemuda bernama lengkap Sabiru Dewangga itu menyusul Gathan.
"Rusak, layarnya pecah," jawab Gathan memperlihatkan ponselnya yang sudah tak ada bentuk.
"Kok bisa?" Biru meraih benda itu. Membuka layar kuncinya namun tak menemukan apa-apa selain hitam saja.
"Kebanting" jawab si pemuda.
"Lo yang-ANJRIT! INI APA BANGSAT?!" Biru yang bicara tiba-tiba berteriak bagai orang kesetanan.
"Apa?" bingung Gathan yang melihat temannya berteriak.
"INI! LO HABIS-" masih dengan volume suara yang tinggi, Biru menyentuh leher Gathan yang terdapat rona merah keunguan yang memudar.
Gathan menyumbat mulut sahabatnya dengan tangan dia. "Nggak usah teriak teriak!" ujarnya.
"Beneran lo abis-"
"Nggak!" sanggahnya.
"Boong dosa!!"
"Demi Allah, kagak!" Gathan membentuk huruf V dengan tangannya.
"Terus itu siapa yang buat? Nggak mungkin lo sendiri, 'kan? Kaltha ya?" tanya Biru membuat ekspresi wajah mengintimidasi
"Bukan. Audrey," jawab Gathan sedikit tak bersemangat mengingat betapa jahatnya ia semalam.
"Audrey? Lo sama-"
"Enggak, cuma cium doang" jawabnya seolah santai.
Plak! "Cium doang, cium doang! Kalau Kaltha tau gimana?! Mau gue laporin?!"
"Udah tau," jawabnya lagi.
"Serius? Wah, lo bakal mati di tangan Navi, man" bukan memberi solusi, Biru memang lebih sering mengatai.
"Iya, gue tau. Nggak usah di kasih tau lagi" Gathan memakai helmnya kemudian menyalakan motor. Membuat Biru panik seketika, ini anak nggak pake pamit dulu main nyeloning aja.
"Than! Mau kemana?!" teriak Biru. Lelaki itu pun memakai kembali helmnya dan menyusul Gathan yang sudah pergi lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
أدب الهواة"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020