Pintu kamar VIP itu terbuka. Membawa masuk seorang gadis yang masih memakai pakaian rapi beserta tasnya. Gadis itu langsung menghampiri si pasien yang sedang duduk bersandar sembari memainkan ponsel.
Sadar orang yang ia tunggu akhirnya tiba, Gathan meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia juga menyambut kedatangan Kaltha dengan senyum lebar merekahnya. Kaltha balas senyuman itu, ia duduk di salah satu kursi yang ada di sebelah ranjang Gathan.
"Kok cepet pulangnya?" tanya Gathan sedikit keheranan.
"Iya, kerjaan hari ini nggak terlalu banyak, jadinya bisa langsung ke sini," jawab Kaltha dengan senyum yang tak luntur dari paras cantiknya.
"Udah mau selesai dong berarti?" tanya Gathan lagi memastikan.
"Belum sih, masih ada beberapa pesanan perabot yang belum selesai dibuat," jawab gadis itu menjelaskan.
"Susah ya jadi designer interior. Harus milih material perabot, bikin desain juga. Kamu nggak pusing?"
"Pusing sih... tapi gimana dong, udah jadi profesi."
"Jangan capek-capek, ya," ucap laki-laki itu sembari mengusap rambut Kaltha lembut.
"Cepet sembuh, ya," balas Kaltha melakukan hal yang sama.
"Besok udah boleh pulang kok," jawab Gathan meraih tangan Kaltha untuk ia genggam. Gadis yang diperlakukan seperti itu tersenyum malu-malu menatap Gathan. Apa tidak apa-apa mereka seperti ini? Meski sudah berpisah, tapi perasaan itu masih tetap utuh sampai sekarang. Bahkan tidak berkurang sama sekali.
"Syukurlah," ucap Kaltha merasa lega. Jadi ia tidak perlu mondar-mandir kantor-rumah sakit untuk memeriksa keadaan Gathan.
Senyuman Gathan makin terus mengembang. Entah sudah keberapa kali, tapi menatapi Kaltha dengan senyuman seperti sebuah kebiasaan yang Gathan lakukan akhir-akhir ini. Entah Kaltha sedang sibuk dengan laptopnya, memainkan ponsel, menjawab telepon penting, bahkan bercerita tentang kesehariannya. Setiap melihat Kaltha yang kembali dengan semua kebiasaanya membuat Gathan lega. Seolah kekhawatirannya beberapa hari lalu hilang dan diganti dengan perasaan tenang.
"Kenapa sih?" heran Kaltha ketika sadar dirinya diperhatikan.
Gathan menggeleng, membuat Kaltha jadi semakin heran.
"Mau jalan-jalan?" tanya Kaltha lagi.
"Ayo," jawab Gathan kemudian membuka selimutnya.
Kaltha terkekeh kecil melihat Gathan yang bersemangat karena akhirnya keluar kamar juga. Karena Gathan sudah tidak lagi di infus, ia tidak perlu lagi bersusah payah menyeret tiang infus. Jadi mereka bisa menikmati suasana yang ada sembari bergandeng tangan.
Sore ini ramai orang berlalu-lalang di koridor. Ada yang sedang duduk di kursi, ada juga yang sedang jalan-jalan menggunakan kursi roda bahkan tongkat. Gathan tersenyum senang, akhirnya keluar juga dari ruangan ber-AC itu.
Mereka berdua tiba di taman rumah sakit. Di sana tidak terlalu banyak orang, hanya beberapa orang yang sedang menikmati cuaca sejuk sore ini. Keduanya mengambil tempat duduk di salah satu kursi yang tersedia. Dengan tangan yang sejak tadi terus bergandengan, Kaltha dan Gathan menikmati sore yang tenang dengan angin yang menghenbus pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfiction"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020