Gathan berjalan gontai menuju parkiran kampus. Kelasnya hari ini telah selesai. Sekarang saatnya pulang dan beristirahat. Lelaki itu merasakan ada yang merangkul bahunya dari belakang. Diliriknya siapa yang baru saja berjalan beriringan dengannya. Sabiru. Pemuda bermata segaris itu berjalan santai sambil merangkul sahabatnya.
"Masih kobam, bro?" Biru buka suara.
"Nggak."
"Ya lagian, tiga soju sekali teguk. Sinting apa gimana sih lo?" sahut Biru sambil menaiki motor sport dan juga helm full facenya.
"Gue banyak pikiran," seperti Biru, Gathan juga duduk di motornya namun belum memakai helm. Ia masih memperhatikan Biru yang wajahnya sudah tak terlihat.
"Ya tapi nggak sampe tiga botol juga, Jaenudin!" balasnya ngegas.
"Lo mau langsung pulang?"
"Belum tuh. Kenapa?"
"Nongki."
"Wah, nggak bisa. Ada urusan," balasnya dengan alis bergerak naik turun.
"Sejak kapan lo punya kesibukan?"
"Sejak dua minggu ini."
"Emang ngapain?"
"Mendapatkan hati bidadari, jiakh!" jawabnya kemudian menjalankan motor pergi dari sana. Takut dibogem Gathan.
Lelaki itu termangu mendengar jawaban temannya. Diam-diam ia juga mengumpat dalam hati. Jadi gini ya rasanya dibuat kesel sama orang bucin. Untung orangnya udah pergi.
Gathan menggelengkan kepala kemudian memakai helm full face nya. Sekedar informasi, Gathan kalau pergi ke kampus atau main bareng temannya suka pake motor ketimbang mobil. Lebih kece dan keren. Biar kaya si Boy anak jalanan itu. Nah, kalau sama Kaltha lain lagi. Dia lebih suka pake mobil. Biar lebih keliatan classy.
"Gathan," sebuah panggilan membuat empu nama menoleh ke sumber suara.
Dan detik itu pula, dunia Gathan berhenti seketika. Kenapa disaat Gathan sudah lupa, ia malah muncul dengan seenaknya. Dengan santai pula, ia berjalan mendekat dan memeluk tubuh Gathan erat. Cukup lama Gathan terdiam, membiarkan tubuhnya didekap oleh orang yang dulu mati-matian ia lupakan. Orang yang dulu meninggalkannya jauh ke seberang benua. Namun sekarang ia malah kembali setelah enam tahun kepergiannya.
"A-audrey?"
Kaltha menekan panel sandi yang ada di sebelah kiri pintu unitnya. Setelah sandi yang ia masukkan benar, gadis cantik itu langsung masuk ke tempat tinggalnya. Ia mengganti heelsnya dengan sendal jepit yang selalu ada di rak sepatu. Kemudian melanjutkan jalannya untuk berganti baju dan membersihkan tubuh.
"Jangan lupa perpanjang masa sewa," ujar seseorang tiba-tiba mengagetkannya.
Si jelita menoleh ke samping kirinya. Di sana ada Navi yang sedang duduk di meja makan sembari memakan snack Kaltha. Dalam hati Kaltha bertanya-tanya, kenapa kakak laki-lakinya ada di sini? Bukannya ia harus lembur bekerja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Hayran Kurgu"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020