Bunyi panel sandi terdengar dari luar. Kaltha langsung menegakkan tubuhnya untuk melihat siapa yang datang. Pintu terbuka, Biru dan seorang perempuan masuk menggotong Gathan yang nampak tak sadar. Perempuan itu adalah Audrey. Orang yang Kaltha kira tak akan muncul lagi karena ia pulang ke Swiss, ternyata menampakkan diri kembali.
Kaltha mengambil alih tubuh Gathan dari Audrey. Membantu Biru menggotong Gathan masuk ke dalam kamarnya. Sementara Audrey mengintip saja dari depan pintu.
Lelaki bernama lengkap Sabiru Dewangga itu melepas sepatu Gathan, menyalakan pendingin lalu menyelimuti tubuh sahabatnya. Kaltha memijat pelipisnya. Ia bingung dengan apa yang terjadi sekarang. Ada Audrey, Gathan pingsan. Sebenarnya Gathan di mana dan apa yang dilakukannya?
"Ini kenapa begini sih?" tanya Kaltha meminta penjelasan Biru.
Biru menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Jujur ia saja bingung menjelaskannya karena ia tak tau kejadian awalnya. Takut kalau nanti ia jelaskan berdasarkan informasinya yang sedikit malah menimbulkan salah paham.
"Kenapa Biru?" tanya Kaltha lagi.
"Euu... Gue jawab, tapi lo jangan marah ya?" balasnya mengantisipasi.
"Apa dulu, kalau harus marah ya gue marah lah!"
"Iya, tapi jangan marah-marah banget ya?"
"Berarti masalah besar nih?"
"Yaa, pokoknya jangan marah."
"Ya udah buru bilang!"
Biru mengambil oksigen lalu melepaskan karbon dioksida ke udara. Menetralkan perasaannya agar bisa bicara apa yang ia lihat saat menjemput Gathan di club.
"Euu... Gathan sama Audrey... They're kissing again," ujar lelaki itu takut-takut.
Terdengar helaan napas dari Kaltha. Ia kembali memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri. Belum selesai masalah salah paham dengan Saga, sekarang muncul lagi kini dengan Audrey.
Gadis itu berjalan keluar kamar Gathan dan menghampiri Audrey yang dengan santainya melihat-lihat bingkai foto Gathan yang ada di atas meja.
"Urusan sama lo nggak ada udahnya ya!" seru Kaltha membalik paksa bahu gadis itu.
"Ah! Sakit!" serunya mengusap bahunya yang tak tertutup kain."Kalau gitu ini bakal lebih sakit," ujar Kaltha kemudian melayangkan satu tamparan tepat di pipi kiri Audrey.
Yang di tampar terdiam, memegangi pipinya yang terasa perih dengan sedikit denyutan di sana. Ia tidak menyangka tangan Kaltha akan melayang ke wajahnya. Apalagi Biru yang sebenarnya sudah berniat mengejar namun berhenti kala bunyi plak yang menggema.
Audrey tersenyum sinis, ia menatap Kaltha dengan nyalang kemudian berujar. "Lo nampar gue?"
"Kenapa? Sakit? Menurut lo lebih sakit mana sama gue?" balas gadis itu dengan emosinya yang memuncak.
"Lo nggak ngasih gue pilihan," balas gadis itu kemudian menarik rambut Kaltha.
Yang ditarik lantas berteriak dengan tak lupa ikut menjenggut rambut lawannya. Biru yang menyaksikan itu langsung berlari mendekat dan berusaha memisahkan keduanya. Astaga, kenapa meraka bisa sampai seperti ini?
"Tha, udah Tha lepas!" seru Biru berusaha melerai.
"Nggak, dia yang lepas dulu!" balas Kaltha semakin kuat menarik rambut lawannya.
"Haha, nggak akan!" si lawan menjawab dengan tak lupa makin menguatkan tenaganya.
"Anjing!" seru Kaltha kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Atelier✔
Fanfiction"Ini bukan hanya tentang cinta dan kita. Ini juga tentang bertahan dari sebuah gangguan mental" ©sshyena, 2020