Lantunan musik klasik mengisi kamar yang bernuansa pastel tersebut. Seorang wanita sedang merebahkan tubuh di atas ranjang yang empuk dengan posisi tidak benar. Dalam artian kedua kakinya menggantung di kepala ranjang.
Kedua bola matanya bergulir membaca kata demi kata sebuah novel romansa komedi yang membuatnya tertawa, tersenyum tanpa sadar bahkan berdebar.
Pintu kamarnya terbuka, tanpa wanita itu ketahui karena menyetel musik begitu keras serta fokus membaca. Hingga saat musik yang diseteln melalui speaker portable berhenti membuat fokusnya terbuyar.
Ia merasakan ranjangnya merengsek menandakan ada yang bergabung naik. Melirik malas pada adik sepupunya yang memasang wajah merengut.
"Mau kemana, Dek?" tanyanya pada Marisa. Adik sepupunya yang berusia empat tahun lebih muda darinya. Merupakan teman satu atapnya semenjak gadis itu memasuki dunia perkuliahan.
"Kak Kiki!" Rengek Marisa pada Kiki sapaan akrab Kirana.
"Apa? Jangan bikin aku kesel ya?" ujar Kirana. Walaupun kalimatnya menandakan ia kesal, tapi nada bicaranya masih saja lembut. Kirana memang wanita lemah lembut, suara tawanya saja sangat kalem tak pernah tertawa dengan mulut terbuka lebar.
"Adrian gak jadi ajak aku dinner. Aku bete. Kesel. Pengen nangis!" Rengek Marisa semakin manja. Menoel-noel lengan Kirana yang masih sibuk melanjutkan bacaannya.
"Kan masih ada hari esok. Jangan nangis! Aku gak punya permen buat nenangin kamu."
Marisa mencebikkan bibirnya kesal mendengar penuturan Kirana. "Kak Kiki, aku bukan anak kecil tau!"
"Makanya gak usah nangis. Cuma gak jadi makan malam bareng doi kok nangis segala. Harusnya kamu tuh nangis karena belum nemu judul yang tepat buat skripsi mu nanti." Kirana mulai mengomel. Masih saja begitu lembut. Itulah yang membuat Marisa betah tetap mendengar omelan Kirana karena tidak membuat telinganya sakit, malah ia merasa seperti Kirana sedang bersenandung saking lembutnya suara Kirana.
"Masih ada satu semester Kak. Masa aku harus nyari judulnya sekarang," ujar Marisa gemas.
"Kalau kamu nyarinya pas semester depan. Aku yakin kamu bakal kelabakan, otak buntu dan gak dapet-dapet. Makanya pikirin dari sekarang, jangan pacaran terus."
"Bilang aja Kak Kiki iri karena jomblo." Marisa tertawa lalu terhenti seketika saat Kirana mulai menatapnya. Sama sekali tidak ada tatapan tajam, tapi Marisa tau jika Kirana kesal. Siapa coba yang tak kesal jika disinggung soal status. Pasti semua orang seperti itu.
"Kak Kiki kita makan di luar yuk. Masa aku udah dandan cantik kayak gini, gak jadi keluar? Lagian Adrian juga udah reservasi tempatnya, kan sayang kalau gak pergi," bujuk Marisa menggoyangkan pelan lengan Kirana.
"Emang kenapa Adrian gak bisa?"
"Adrian tiba-tiba disuruh anterin Mamanya ke Bandung soalnya Neneknya sakit."
"Oh iya? Neneknya atau Neneknya?" Kirana mulai memanasi Marisa yang semakin cemberut.
"Neneknya dong!"
"Aku gak punya uang, Dek." Tolak Kirana kembali fokus pada bacaannya.
"Yah Kak Kiki!" Lalu Marisa terdiam sejenak. Kemudian kembali menatap Kirana, "Aku traktir deh!"
"Ya udah ayo!" Marisa mendengus geli melihat Kirana yang bergegas turun dari ranjang.
"Harusnya Kak Kiki yang traktir aku soalnya kakak udah punya kerja, sedangkan aku masih mahasiswi." Mata Marisa mengikuti setiap gerakan Kirana yang telah menemukan pakaian untuk dipakai.
Kirana menoleh sejenak menatap Marisa, memicingkan mata pertanda ia protes pada perkataan Marisa.
"Aku masih lama gajian. Kan kamu tiap minggu dapet kiriman dari Papamu plus uang jajan dari Adrian, kan?" Marisa terkikik mendengar omelan Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Happy
General Fiction》Love Makes Series 5《 • • • Sosok Kirana yang merupakan guru TK. Sangat menyukai anak kecil sehingga membuatnya memilih pekerjaan menjadi guru TK. Tidak pernah mengalami pengalaman cinta, tapi orang-orang di sekitarnya membuatnya mengerti jika cinta...