Dua minggu lebih lamanya Ayah dirawat di rumah sakit, juga melakukan perawatan fisioterapi agar tangan serta kaki kirinya yang mati rasa dapat di gerakkan lagi. Juga Ayah sudah bisa bicara dengan jelas.
Pulang dari rumah sakit yang diantar Harsa, juga Kirana dan Rali. Anak pertama dan menantu Ayah tersebut senantiasa menemani karena Kirana hanya bisa cuti selama seminggu, maka hari selanjutnya saat Ayah masih di rumah sakit ada Harsa dan Rali. Juga Tante Rita yang sesekali datang. Meski tidak menginap. Pun Tante Rita tentu bersikap dingin pada semuanya. Tapi, mereka tidak mempedulikan hal tersebut.
Ayah telah berada di rumah. Masih menggunakan kursi roda karena masih belum terlalu leluasa menggerakkan kaki kirinya. Juga, Ayah masih harus secara rutin check up.
Rumah yang biasanya sepi karena hanya ada Ayah dan Tante Rita kini ramai. Adik Ayah, Om Irawan dan Tante Jana juga datang. Serta anak-anak mereka juga menantu mereka.
Iyo juga hadir serta anaknya. Aurora telah kembali ceria usai demam tinggi.
"Em... Tante Rita mending duduk manis aja, ya? Biar saya yang masak." Tante Rita mendelik sinis pada Rali, tapi Rali tersenyum manis. Hendak membimbing Tante Rita keluar dari dapur, tapi tangannya di tepis.
"Emang kamu bisa masak?!" sinis Tante Rita memperhatikan penampilan Rali. Memiliki beberapa tato berukuran kecil di tangan wanita itu. Karena pakaian Rali tertutup, tapi ia bisa menduga jika di balik pakaian itu terdapat tato juga. Juga penampilan Rali yang modis dalam berpakaian serta selalu full make up. Ya, meski tidak terlalu menor.
"Bisa dong! Saya jamin Tante bakal suka masakan saya." Rali tertawa yang begitu memuakkan di telinga Tante Rita. Segera Tante Rita berlalu dari sana dan berpapasan dengan Kirana. Hanya melirik Kirana sekilas lalu keluar.
"Tante Rita apain Kak Rali?" tanya Kirana, karena sempat menangkap pembicaraan keduanya.
"Gak pa-pa kok. Bantuin aku masak, ya?"
"Oh tentu." Kirana menyiapkan semua bahan-bahan. Marina dan Marisa datang membantu. Hanya seadanya karena memang keduanya tidak terlalu pandai memasak.
Yang terjadi, mereka berdua hanya bertengkar. Seperti biasa.
"Jangan-jangan kamu mandul, Ca. Makanya belum hamil." Marina menakut-nakuti Marisa yang langsung melotot. Melempar daun bayam ke arah wajah Marina. Tentu Marina memekik kesal hendak membalas, tetapi secepatnya Rali turun tangan melerai mereka.
"Kak Rina kok ngomong gitu sih? Perkataan adalah doa. Jangan ngomong sembarangan!" tegur Kirana dengan nada lembut. Ia menenangkan Marisa yang kini ingin menangis.
"Kak Rina jahat!" Marisa menatap kesal Marina.
"Tapi, kalian usahakan Ca? Kayak aku dan Harsa?" Kini Rali menimpali.
"Usaha kok. Tiap malam. Bahkan tiga kali sehari." Rali dan Marina tertawa.
"Kamu pikir minum obat!" Marina menoyor kepala Marisa yang mencebik kesal.
"Naka bersikap baik sama kamu kan, Dek? Em maksud aku dia nunjukin kasih sayangnya ke kamu?"
Marisa mengangguk semangat. Kini tersenyum cerah. "Kak Naka romantis banget tau. Terus kalau aku nagmbek pasti dia bujukin aku dengan beliin aku apa yang aku mau atau ajak aku makan malam romantis."
Kirana sendiri tersenyum. Merasa lega karena Naka memperlakukan Marisa dengan baik. Melihat kemesraan keduanya membuatnya ikut bahagia. Itu berarti keduanya saling membuka hati.
"Duh, Please deh gak usah bikin jomblo cemburu!" gerutu Marina kesal.
"Yee~ siapa suruh jomblo?! Hati-hati lho Kak, Kak Kiki bakal langkahin Kak Rina," ejek Marisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Happy
General Fiction》Love Makes Series 5《 • • • Sosok Kirana yang merupakan guru TK. Sangat menyukai anak kecil sehingga membuatnya memilih pekerjaan menjadi guru TK. Tidak pernah mengalami pengalaman cinta, tapi orang-orang di sekitarnya membuatnya mengerti jika cinta...