24. Ada Hati Yang Panas

6.8K 845 41
                                    

Iyo baru saja bangun. Hanya mengenakan baju kaos berwarna abu-abu serta celana pendek berwarna senada. Rambutnya pun acak-acakan.

Meregangkan tubuh di pinggir kolam renang. Memikirkan, hari ini sebaiknya ia berenang. Apalagi hari ini ia ke kantor pada siang hari.

Saat hendak melepas baju kaosnya, ia mengurungkan niatnya saat melihat kehadiran sosok bocah di belakangnya.

Berkacak pinggang, ia mengangkat dagunya. Menatap tajam Orion yang sudah lengkap memakai seragam.

"Kenapa?"

"Anterin aku ke sekolah," sahut Orion datar.

Iyo berdecak kesal karena Orion tidak meminta, tapi memerintah. Hal yang harusnya Orion lakukan. Apalagi ia adalah orang tua bocah itu.

"Sana sama Pak Didin!  Iyo mengendikkan dagu ke arah dalam rumah. Menyuruh Orion diantar Pak Didin saja.

"Kalau ada Pak Didin, aku gak akan minta ke Papi."

Iyo menghela nafas pelan. Pak Didin memang sedang tidak ada karena izin untuk pulang kampung.

"Kamu naik taksi aja. Suruh Mbak Darti pesan." Iyo hendak kembali memutar tubuhnya menghadap ke arah kolam renang. Tapi mendengar perkataan Orion mengurungkan niatnya.

"Aku gak usah ke sekolah." Lalu bocah itu berlari masuk ke dalam rumah.

Iyo berteriak kesal. Lalu berdecak pelan.

Terserah Orion saja. Lagian masih TK. Tidak apa-apa kan kalau tidak ke sekolah?

Tapi, Iyo mengurungkan niatnya untuk berenang.

Masuk kembali ke dalam rumah. Berteriak memanggil Orion agar segera keluar. Menghitung hingga angka tiga. Kalau Orion tidak keluar, ia mengancam akan menyeret bocah itu.

Dan di sinilah mereka berada. Saling diam.

Iyo fokus menyetir, sedangkan Orion sedang menatap keluar jendela.

"Kamu gak boleh malas ke sekolah! Mau jadi apa kamu kalau malas?!" Iyo mulai bicara. Menekan setiap katanya. Melirik Orion yang hanya diam, tetap berada di posisinya.

Mendengus pelan.

Tanpa diragukan lagi Orion memang anaknya. Tapi seingatnya, ia tidak sebandel Orion.

"Dengerin Papi kalau ngomong!" tekan Iyo.

"Iya," sahut Orion malas.

"Kita singgah bentar. Papi belum sarapan." Iyo memasuki area restoran cepat saji. Menuju ke arah drive thru. Memesan menu sarapan. Menoleh menatap Orion yang kini menatap gambar menu. Tapi, bocah itu hanya diam.

"Kamu mau apa?"

Orion tersentak, tapi kemudian menatapnya datar lalu menggeleng. Kembali membuang pandangannya.

Iyo mendengus pelan, lalu kembali mengulang pesanannya serta memesan McFlurry Choco.

Kemudian melajukan mobil dengan pelan untuk mengambil pesanan.

Memberikan es krim pada Orion yang tidak langsung diambil. Malah tidak mengacuhkan dirinya.

Iyo meraih tangan Orion, lalu meletekkan es krim tersebut. Kemudian ia mengambil pesanannya. Usai membayar dan mengambil kembalian, ia mengemudikan mobil keluar dari area tersebut menuju ke sekolah Orion.

Iyo menikmati kopi panas, lalu memakan burger. Matanya melirik Orion yang kini memakan es krim tersebut membuatnya mendengus geli.

Dasar bocah, batinnya. Padahal tadi enggan mengambilnya. Masih bocah, tapi sudah gengsian.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang