32. Patah Hati

5.9K 800 44
                                    

Keduanya terdiam di dalam mobil yang melaju pelan karena derasnya hujan membuat Iyo tidak terlalu jelas melihat jalanan.

Kirana sendiri menatap ke arah samping jendela. Merasa ngeri melihat hujan yang sangat deras. Pantas saja sebelum hujan turun tadi, langit begitu gelap.

Menoleh menatap Iyo yang kepalanya agak maju ke arah depan. Sepertinya untuk melihat jelas jalan. "Em... tidak mau menepi dulu? Kayaknya Pak Satrio kesusahan lihat jalanan."

Iyo hanya melirik lalu tertawa geli. "Oh sekalian mau lama-lama dengan saya?"

Kirana mengerjap beberapa kali, lalu menggeleng. Kembali membuang mukanya.

"Saya bercanda, Ki-ra-na." Iyo tertawa.

"Kenapa Pak Satrio selalu mengeja kalau memanggil nama saya?" Inilah yang sering ingin Kirana sampaikan. Pria itu jika memanggilnya, pasti mengeja namanya. Dan sekaligus mengalihkan topik pembicaraan.

Iyo melirik sekilas lalu tersenyum geli. "Terus kamu kenapa panggil saya 'Pak'? Padahal saya sudah suruh kamu panggil 'Mas Rio'?"

Kirana terdiam sejenak. Lalu menghela nafas pelan. "Em... kenapa 'Mas Rio' bukannya nama panggilan em.. Mas... itu 'Iyo'?"

Rasanya Iyo ingin bersorak, tapi ia menahan diri. Tetap bersikap cool. Melirik sekilas Kirana. "Ya karena kamu spesial."

"Emangnya saya martabak?"

Iyo tertawa, sementara Kirana hanya mendengus geli lalu kembali menatap ke arah jendela. Sebentar lagi mereka akan tiba di apartemen.

Masuk ke area apartemen, hingga ke depan lobi.

Kirana bersiap turun, tapi perkataan Iyo menghentikannya.

"Saya rasa duda yang ditinggal mati lebih baik daripada duda bercerai dari istrinya."

Keduanya saling bertatapan sejenak. Kirana menatap bingung Iyo. "Maksudnya?"

"Gak ada maksud apa-apa. Sama-sama Ki-ra-na."

Kirana sedikit meringis, ia pun berterima kasih. Lalu turun dari mobil.

Pintu kaca jendela turun, Kirana menatap ke arah Iyo. "Masuk gih."

Mengangkat sebelah alisnya bingung. Tapi, ia tetap diam. Mulai melangkah menaiki tangga hingga naik ke teras.

Saat hendak masuk ke dalam lobi, ia menoleh ke belakang. Ternyata Iyo belum pergi. Bahkan pria itu melambai padanya dengan senyuman manis.

Ia hanya membalas singkat lalu kembali menghadap ke depan. Berjalan menuju lift.

*****

Sedari tadi apartemen tersebut diisi dengan suara tangis Marisa. Gadis itu baru saja tiba dari Malang dan langsung mencurahkan isi hatinya pada Kirana diiringi tangisan yang tidak berhenti meski telah sejam lebih.

Gadis itu patah hati karena Adrian selingkuh. Ternyata kekasihnya itu menduakan dirinya. Menjalin hubungan dengan wanita lain.

Memang rencana Marisa berhasil memberi kejutan ulang tahun pada Adrian meski terlambat. Mereka berdua saling melepas rindu dengan jalan-jalan berduaan dan saling berpelukan. Tapi, untung saja Marisa tidak kehilangan keperawanan.

Hampir saja. Karena Adrian telah menggodanya. Mencumbunya dengan seduktif. Ketika pria itu hendak berbuat jauh, pintu kosnya tiba-tiba terbuka dan masuk seorang wanita yang membawa kue. Sepertinya ingin memberi kejutan ulang tahun untuk Adrian juga.

Dan ternyata wanita itu kekasih lain Adrian.

Sungguh, perasaan Marisa tercabik-cabik. Hubungan mereka yang sudah terjalin tiga tahun sia-sia. Janji akan menikahinya yang pernah Adrian katakan padanya pupus sudah.

Love Makes HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang