Bugh!
Gadis kecil itu terjatuh dari sepeda. Meringis sakit seraya memegang kakinya. Di bawah lututnya terluka membuatnya dengan hati-hati membersihkannya. Meski ingin menangis, tapi ia menahannya karena tidak mau nantinya dimarahi.
Salahnya sendiri yang bermain sepeda saat teriknya matahari. Karena baru pandai mengendarai sepeda yang hanya beroda dua membuatnya ingin terus-menerus bersepeda.
Kepalanya mendongak menatap sosok pemuda yang hampir ditabraknya. Menatapnya dengan sorot dingin.
Secepatnya gadis kecil itu kembali menunduk, takut pada kakaknya tersebut.
Orion menghela nafas pelan, ia hendak membantu adiknya itu berdiri, tapi suara seseorang menghentikan niatnya.
"Astaga Adek!" Nora dengan tertatih berdiri, menoleh pada Maminya yang berjalan menghampirinya dengan raut kekecewaan.
"Adek gak pa-pa kok, Mami. Don't wory!" seru Nora ceria padahal lukanya sakit.
Tatapan Kirana bertemu dengan Orion, anak lelakinya itu berlalu begitu saja.
"Adek hampir nabrak Abang." Suara Nora mencicit, tapi Kirana kembali menatap putri bungsunya tersebut.
"Kan Mami udah larang Adek naik sepeda." Tatapan Kirana turun ke luka yang ada di bawah lutut Nora.
Segera menyuruh Nora masuk bersama dengan dirinya di dalam rumah.
Sepatu serta tas Orion tergeletak begitu saja di lantai. Kirana memungutnya. Meletakkan sepatu pada rak. Lalu tas Orion di atas sofa. Menyuruh Nora agar lukanya diobati Mbak Nani.
Sementara ia ke arah meja makan. Melihat Orion telah menyantap makan siang. Masih mengenakan seragam putih birunya.
"Abang, kok gak bareng Kakak pulang?" Meski Orion bersikap dingin padanya, tapi Kirana senantiasa mengajak putranya tersebut bicara.
Semenjak kejadian delapan tahun tersebut membuat semuanya berubah. Orion seakan menjaga jarak darinya, begitupun pada Nora. Juga pada Iyo. Pun Iyo bersikap demikian membuat hubungan ayah dan anak itu semakin dingin tiap harinya.
Bukan hanya pada Orion, Iyo bersikap dingin, tapi pada Aurora juga.
Bersyukur karena Aurora tetap seperti yang dulu. Tidak menjaga jarak padanya dan Nora.
"Abang," panggil Kirana lembut seraya menuangkan air ke dalam gelas Orion. "Kok gak bareng Kakak pulang?"
"Lagi les," jawab Orion pendek, tanpa menatap Kirana. Bahkan tergesa-gesa menghabiskan makanannya.
"Abang gak mau ikut les juga? Kan sekarang udah kelas sembilan. Sebentar lagi masuk SMA."
"Bisa diem gak sih?!" desis Orion dingin seraya menghempaskan garpu dan sendok menatap Kirana yang langsung terdiam.
Segera Orion beranjak, tidak menghabiskan makanan serta tidak minum.
Kirana hanya mampu menghela nafas pelan. Ia meraih baki, lalu meletekkan piring berisi makanan Orion tadi. Tidak lupa menambahnya serta memberi gelas. Menyuruh salah satu ART mengantar makanan tersebut ke kamar Orion. Karena tau jika ia yang mengantar, Orion tidak akan menerimanya.
*****
Suara gelak tawa mengisi ruang tengah tersebut. Film kartun yang sedang tayang tidak lagi menarik bagi si penonton karena mereka sibuk berbincang.
Nora yang berada di tengah antara Papi dan Maminya tak henti tergelak karena Papi yang memiliki brewok serta kumis menggelitik lehernya.
"Papi! Perut Adek sakit." Kini Nora tergelak mengeluarkan air mata. Kirana segera menyuruh Iyo agar berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Happy
General Fiction》Love Makes Series 5《 • • • Sosok Kirana yang merupakan guru TK. Sangat menyukai anak kecil sehingga membuatnya memilih pekerjaan menjadi guru TK. Tidak pernah mengalami pengalaman cinta, tapi orang-orang di sekitarnya membuatnya mengerti jika cinta...